Perubahan iklim menjadi masalah global yang memerlukan perhatian serius semua pihak, salah satunya generasi muda. Pasalnya, generasi muda memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan adaptasi perubahan iklim. Dimana, hal ini memerlukan upaya nyata dalam mempersiapkan generasi muda sebagai generasi penerus yang tangguh dan mampu mengatasi perubahan iklim. Oleh karena itu, Kemitraan Indonesia melibatkan generasi muda sebagai pelaku dan penggerak masyarakat dalam upaya penyadaran publik terkait perubahan iklim. Hal ini terungkap dalam kegiatan Media Gathering Pekan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim “Hasil dan Pembelajaran Program Adaptation Fund di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Kemitraan Indonesia dengan mengundang sejumlah awak media online, TV, radio, maupun cetak, berlangsung di Ruang Jlamprang Setda Kota Pekalongan, Jumat sore (21/7/2023).
Direktur Program Kemitraan Indonesia, Dewi Rizky mengungkapkan bahwa, proyek Adaptation Fund di Indonesia, selain di Kota Pekalongan juga dilaksanakan di beberapa daerah lainnya diantaranya 4 kabupaten yang dialiri Sungai Sadang, Sulawesi Selatan (Enrekang, Pinrang, Toraja, dan Toraja Utara), Bulukumba, Sulawesi Selatan, Samarinda, dan Maluku Tengah. Dengan adanya dana program Adaptation Fund yang disalurkan melalui Kemitraan diharapkan bisa mendorong Indonesia dalam pencapaian adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi bisa sesuai dengan yang ditargetkan.
“Kita libatkan anak-anak muda juga karena dari kita untuk kita, dalam hal ini, dari Kota Pekalongan untuk Kota Pekalongan. Kemitraan hanya sebagai fasilitator,”ucapnya.
Dewi menjelaskan, meskipun menghadapi tantangan, anak muda Kota Pekalongan memiliki peluang untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan melalui pendidikan lingkungan yang lebih menyeluruh, pemberian informasi yang lebih mudah diakses dan dipahami, serta pelibatan anak muda dalam kegiatan-kegiatan lingkungan yang menyenangkan. Ia menilai, antusias generasi muda di Kota Pekalongan dalam proyek Adaptasi Perubahan Iklim ini sangat besar sekali. Bahkan, Dewi mengaku terharu sekali, mereka yang mayoritas juga merasakan perubahan iklim karena bertempat tinggal di wilayah yang terdampak banjir dan rob, sehingga mereka benar-benar bertekad menolak Kota Pekalongan tenggelam. Dengan semangat itulah akhirnya mereka gotong-royong dan bahu membahu untuk menciptakan suasana adaptif bagaimana bisa tetap berdampingan dengan kondisi alam saat ini.
“Ini yang kami inginkan, bagaimana semua melihat kolaborasi antara pemerintah, non pemerintah dan masyarakat bisa berjalan dengan baik. Sebab, adaptasi perubahan iklim itu tanggung jawab semua pihak, bukan hanya pemerintah saja.