Krisis air bersih menjadi salah satu tantangan yang sedang dihadapi oleh Kota Pekalongan sebagai dampak dari adanya perubahan iklim. Dalam satu dekade terakhir, kenaikan muka air laut yang masif menyebabkan banjir rob dan intrusi ke sumber air yang selama ini menjadi tumpuan warga, sehingga tidak hanya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan melainkan juga berdampak pada terganggunya mata pencaharian serta sumber ekonomi khususnya para perajin batik.
Alokasi anggaran serta program pembangunan di Kotal Pekalongan juga belum mampu menyelesaikan persoalan kelangkaan air bersih dan banjir rob di tengah warga. Pada sisi lain, anak muda yang jumlahnya hampir setengah penduduk Kota Pekalongan belum terlihat mengangkat isu krisis air dan penanganan banjir rob sebagai salah satu tema dalam percakapan di dunia maya, meskipun berdampak pada aktivitas mereka sehari-hari. Hal inilah yang mendasari Kemitraan Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memiliki perhatian terhadap isu adaptasi perubahan iklim di Kota Pekalongan melibatkan anak muda untuk rembug bareng terkait Penanganan Krisis Air di Kota Batik yang dikemas dalam kegiatan Youth Camp “Water and Flood Management” mulai tanggal 25-28 Agustus 2023. Kegiatan ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran para anak muda (umur 18-26 tahun) Kota Pekalongan terhadap permasalahan daerahnya, salah satunya terkait krisis air bersih dan banjir rob, berlangsung di La Ranch Glamping Adventure Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan.
Selain dari KEMITRAAN, kegiatan ini turut dihadiri oleh narasumber ahli, antara lain; Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI-KLHK), perwakilan Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup dan PDAM Kota Pekalongan. Hadir juga sebagai narasumber dari masyarakat sipil, yakni Kepala Biro Harian Kompas Jawa Tengah dan DIY.
Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan Andi Kiki mengungkapkan bahwa, krisis air bersih menjadi salah satu tantangan yang sedang dihadapi Kota Pekalongan sebagai dampak dari perubahan iklim. Dalam satu dekade terakhir, kenaikan muka air laut yang masif menyebabkan banjir rob dan intrusi ke sumber air yang menjadi tumpuan warga. Menurutnya, Kegiatan Youth Camp ini diawali dengan pemahaman anak muda terhadap isu demokrasi dan tata kelola pemerintahan daerah, termasuk peran anak muda dan masyarakat sipil di anak muda di dalamnya. Sehingga, diharapkan berkontribusi dalam implementasi tata kelola pemerintahan. yang baik (Good Governance) di daerahnya.
“Melalui serangkaian diskusi interaktif dan intensif, kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat sipil dan anak muda dalam penyelesaian problem yang ditimbulkan dari dampak. perubahan iklim di Kota Pekalongan,” terang Andi.
Andi menjelaskan, pada akhir kegiatan ada penyerahan petisi kepada Pemkot Pekalongan terkait penanganan krisis air bersih dan banjir rob.
“Kami berharap anak-anak muda Kota Pekalongan bisa berkontribusi dan melakukan sebuah perubahan untuk Kota Pekalongan yang lebih baik,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perekonomian, Sumber Daya Alam dan Infrastruktur Kewilayahan Bappeda Kota Pekalongan, Imron Rosyidi mengatakan, air, banjir dan rob ini menjadi salah satu masalah utama di Kota Pekalongan.
“Pemkot Pekalongan sejauh ini sudah berupaya keras untuk menanganinya. Tapi, tentu tidak cukup dari pemerintah, masih sangat dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak lain, baik dari masyarakat maupun NGO,” paparnya.
Andi berharap, “Youth Camp” tersebut bisa menambah banyak kader secara sadar untuk mengambil peran dalam penanganan banjir dan rob di Kota Pekalongan. Dimana, anak-anak muda yang mengikuti kegiatan tersebut diharapkan bisa menjadi inspirasi anak-anak muda Kota Pekalongan lainnya.
“Kami berharap mereka akan menjadi penggerak di lingkungannya masing-masing, kemudian mengajak kelompok masyarakat yang lebih banyak lagi untuk turut andil dalam penanganan banjir dan rob,” pungkasnya