KIBAS

Kelurahan Degayu,kota Pekalongan di bentuk pada tahun 1991, dengan luas total wilayah 33.705 Ha yang terdiri dari persawahan,perladangan,perkebunan,peternakan dan terdiri dari 8.127 Jiwa yaitu sebanyak 2.582 KK.”Pada tahun 2001 Banjir ROB mulai masuk di kelurahan Degayu, dan di tahun 2005 masyarakat Degayu mengalami banyak kerugian yaitu, para petani sawah yang perlahan kehilangan lahanya yang di sebabkan oleh banjir ROB”.(Yachoni, RW08). Selain sebagai RW08, Bapak Yachoni termasuk salah satu warga yang mempunyai rasa kegelisahan di dalam diri terkait adanya isu “Perubahan Iklim”. Beliau termasuk warga yang ikut andil dalam rencana pelaksanaan aksi Penanaman mangrove bersama mas Dhani.

“Mangrove bukan hal baru lagi buat saya, karena saya dari kecil sampai sekarang sudah terbiasa dengan mangrove. Karena orangtua saya sendiri sudah memulai pembibitan mangrove sejak tahun 2004 dan dari sinilah saya sangat tertarik dengan mangrove”, begitulah cerita Dani (27 tahun).  Dani yang memiliki nama lengkap Danial Khairul Anam, pemuda lulusan SMU tinggal di pesisir Kota Pekalongan, Kelurahan Degayu. Dalam kesehariannya Dani memiliki aktifitas pembibitan dan memelihara mangrove bersama ayahnya yang tergabung dalam kelompok tani MAPAN, disamping usahanya sebagai pedagang angkringan.

Kelompok tani MAPAN pada mulanya dibentuk oleh ayah Dani pada tahun 2004. Sementara Dani baru aktif dalam kelompok pada tahun 2011. Adanya abrasi wilayah pesisir yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Faktor alam inilah yang menggelitik hati Dani untuk melakukan penghijaun melalui penanaman mangrove. Satu hal yang terpikir olehnya adalah: “Selamatkan Kelurahan Degayu”.

Dani merasakan kegelisahan adanya perubahan iklim yang terjadi dan ingin melakukan suatu perubahan bagi kondisi alam yang terjadi di kelurahan Degayu. Tetapi,Dani merasa minder dalam menyuarakan rasa gelisah yang dirasakan olehnya. Kemudian, adanya program dari kemitraan tentang pemutaran film SEMESTA dimana film tersebut menceritakan tentang peran tokoh lokal dalam aksi perubahan iklim. Dari salah satu tokoh dalam film SEMESTA Dani merasa bisa melakukan hal serupa dalam menjada wilahnya dari dampak perubahan iklim. Menyelamatkan alam harus segera dimulai, apalagi sudah hampir 3 tahun terakhir warga di Kelurahan Degayu dilanda banjir Rob, kondisi ini semakin parah jika musim penghujan tiba.

Rob dan banjir memang sudah sangat memprihatinkan dan tergolong sudah memasuki tahap siaga besar. Dampak tersebut juga sudah merusak area sawah di Dusun Clumprit, Kelurahan Degayu, lebih dari 5 Ha sawah warga yang terdampak banjir, kemudian meluas memasuki area pemukiman warga yang mencapai hampir kurang lebihnya 15 Ha. Bahkan hampir 500 kepala keluarga terdampak akibat banjir dan rob tersebut. Demikian informasi dampak Banjir Rob yang didapatkan Bapak Hermanto (Ketua RT setempat).

Dani pemuda yang pendiam, tak banyak bicara. Ditengah kegundahan niatannya untuk menyelamatkan daerah tempat tingggalnya, diam-diam dia keliling kelurahan memetakan area mana yang berpotensi dilakukan penghijauan mangrove. Dan terpilihlah dusun Clumprit, area di depan Yayasan TPQ di RT05/RW07, lokasi dimana ada MCK Umum yang dibiasanya digunakan oleh warga sekitar tetapi saat ini tidak bisa dimanfaatkan karena tergenang air rob.  MCK umum itu letaknya sudah dekat pemukiman warga, dan jika kondisi ini dibiarkan maka tempat tinggal warga akan terancam tergenang juga.

Dari sini muncullah keberanian Dani untuk mengutarakan maksudnya kepada tokoh masyarakat setempat dusun Clumprit yang kebetulan hadir juga dalam pemutaran Film SEMESTA di kelurahan mereka. Gayung bersambut, tokoh masyarakat dusun Clumprit mendukung ide Dani, bahkan pemilik tambak di area tersebut merelakan tambaknya untuk ditanami mangrove demi perlindungan warga. Aksi penanaman mangrove ini mendapat dukungan dari KEMITRAAN- AF Pekalongan berupa bibit mangrove jenis Rizhopora sebanyak 500 bibit. Pihak Kelurahan pun mendukung aksi penanaman melalui surat permohonan bibit kepada DLH dan mendapat tambahan dukungan bibit sebanyak 300 bibit mangrove jenis Rizhopora.

Maka aksi penanaman mangrove ini adalah aksi pertama kali bagi warga kelurahan degayu melakukan aksi penanaman mangrove. Aksi ini diharapkan masyarakat Degayu yang tinggal di sekitar dusun clumprit terbebas dari banjir dan rob. Acara aksi penanaman ini di hadiri oleh Bapak Wakil Walikota Kota Pekalongan, Dinas LH Kota Pekalongan, Ibu Camat Pekalongan Utara, Ibu Khomsiyatun – lurah Kelurahan Degayu beserta ibu carik dan staff kelurahan, kemudian dari lingkup kelurahan juga hadir mulai dari Babhinkabtimas, dandim, LPM, BKM, PKK, FKSS, Karang taruna, forum anak serta masyarakat.

Aksi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kelurahan Degayu khususnya dusun Clumprit. Tokoh masyarakat yang mendukung kegiatan ini yaitu: Tisya Oktariadhani ( Carik Degayu ), Ratih ( Faskel Kelurahan ), Yakhoni ( Ketua RW 08 ), Bapak Faruk ( Ketua RT 07 RW 08 ) bersepakat membentuk kelompok peduli lingkungan dengan nama “Degayu for the Future“ . Dani dan 11 anggota kelompok peduli lingkungan bertekad melanjutkan perawatan dan pemeliharaan bibit mangrove yang ditanam. Perawatan akan di monitoring secara berkala dan melakukan penyulaman kembali jika terdapat mangrove yang rusak atau mati.

Aksi warga Dusun Clumprit Kelurahan Degayu ini, mendapat perhatian dari pemerintah Kota Pekalongan dengan memberikan dukungan pembangunan jalan menuju MCK umum agar dapat dimanfaatkan kembali oleh warga.

Dituliskan oleh:

Mochamad Baihaqi

Community Organizer AF Pekalongan

kemitraan
Author: kemitraan