Terdapat empat lokasi urban farming yang ada di kelurahan Pasirt Kraton Kramat yang pernah di kelola oleh kelompok masyarakat, yaitu: Kelompok Ibu Dayatun, Kelompok Bp.Suyono, Kelompok Ibu Dewi, dan Kelompok Bp.Dicko. Kelompok Ibu Dayatun dan Bp.Suyono terletak di Pasirsari, sedang kelompok Ibu Dewi dan Bp. Dicko di Kramatsari.
Kelompok Ibu Dayatun beranggotakan dari ibu-ibu Fatayat dan Muslimat yang berlokasi di RW.06 sedang kelompok Bp. Suyono beranggotakan dari KRPL binaan Dinperpa yang berlokasi di RW.04, yang keduanya terletak di Pasirsari.
Kelompok Ibu Dewi beranggotakan ibu-ibu PKK yang berlokasi di RW.11 sedang kelompok Bp. Dicko beranggotakan dari Sapu lidi yang berlokasi di RW.10, yang keduanya terletak di Kramatsari
Spesifikasi yang dikelola oleh Ibu Dayatun adalah tanaman hias dan bibit tanaman buah-buahan, yang dikelola oleh Bp. Suyono adalah Bibit tanaman jambu kristal, yang dikelola oleh Ibu Dewi adalah tanaman jenis sayuran, sedangkan yang dikelola oleh Bp. Dicko adalah jenis tanaman cabe.
Sayangnya usaha kelompok urban farming ini gagal akibat dampak rob dan banjir yang terjadi di kelurahan Pasirkratonkramat, Bp. Dicko adalah salah seorang yang berkali-kali jatuh bangun dalam mengusahakan agar kegiatan urban farming ini tetap eksis walaupun berkali-kali usaha kelompoknya gagal terkena dampak banjir dan rob.
Belum ada solusi untuk mengatasi dampak banjir dan rob pada usaha urban farming tersebut dikarenakan keterbatasan dana untuk membangun kembali, namun demikian semangat Bp. Dicko terus tetap terjaga walaupun dengan keterbatasan yang ada beliau tetap mengusahakannya secara mandiri.
Cita-cita beliau adalah membangun kampung cabe di lokasi sekitar dengan membuat persemaian bibit tanaman cabe yang rencananya dibagikan pada warga yang membutuhkan yang ingin menanam cabe di lingkungan rumah masing-masing. Yang beliau inginkan pada masyarakat adalah belajar ilmunya sehingga keberlanjutannya itu akan tetap ada, jadi tidak hanya sekedar menanam tetapi tidak bisa merawat tanamannya, tidak bisa membuat persemaian tanaman secara mandiri, dan lain-lainnya.
Untuk itu beliau mengharapkan pihak terkait untuk memfasilitasi kegiatan tersebut karena potensi yang dimiliki oleh kelurahan Pasirkratonkramat sebenarnya sudah ada baik lahan maupun sumber daya manusianya, sehingga tinggal bagaimana pihak terkait menghadirkan nara sumber sebagai tenaga ahlinya untuk memberikan ilmu dan metoda yang cocok untuk diaplikasikan di daerah/wilayah yang terkena dampak banjir dan rob, praktisi yang bisa memberikan pendampingan pada masyarakat sampai masyarakat mampu dan mandiri dalam pengelolaannya, dan pendanaan untuk memberikan stimulan dan simultan pada kegiatan urban farming yang sebelumnya sudah ada akan tetapi terhenti akibat dampak banjir dan rob yang terjadi.
Pembelajaran yang diambil dari beberapa kejadian setelah berkali-kali terdampak banjir dan rob, demplot percontohan urban farming yang dibangun oleh kemitraan dengan sistem vertikultur yang berlokasi di kelurahan krapyak dapat dijadikan studi silang oleh beberapa kelurahan lain untuk mengantisipasi kejadian banjir dan rob yang berdampak pada kegiatan urban farming, demikian usaha Bp. Dicko sebagai praktisi tanaman cabe yang berkolaborasi dengan mas Awi kelompok urban farming yang ada di kelurahan Krayak, beliau bersedia menjadi support suply bibit tanaman cabe berikut ilmunya untuk kelompok urban farming yang ada di kelurahan Krapyak.
Mengacu pada hasil pola kegiatan yang sudah dibentuk oleh POKJA PI Tingkat Kelurahan di Kelurahan Pasirkratonkramat yang memfokuskan kegiatan terhadap penyadartahuan dan pemahaman masyarakat terhadap perubahan iklim yang terjadi di wilayah pesisir kota Pekalongan, sehingga diharapkan masyarakat mampu beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang terjadi dan dapat menerapkannya pada pola kehidupan sehari-hari.
Guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim serta mengurangi dampak pemanasan global maka diharapkan masyarakat dapat berperan aktif di lingkungan sekitar dengan menciptakan aksi/ kegiatan adaptasi perubahan iklim yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Namun dengan keterbatasan sarana dan prasaranamengadakan yang ada masyarakat berusaha kegiatan aksi kerja bakti pembersihan gulma enceng gondok di sungai bremi yang kemudian dimanfaatkan untuk dijadikan bahan baku pembuatan pupuk organik asam humat yang seterusnya dimanfaatkan sebagai media tanam untuk kegiatan urban farming yang ada di kelurahan Pasirkratonkramat.
Yang melatarbelakangi adalah bahwa EICHORNIA CRASSIPES SOLMS atau biasa disebut Enceng Gondok yang tumbuh dan berkembang dengan cepat di sungai Bremi menjadi Gulma yang menutupi aliran sungai, sehingga apabila banjir menjadi penghalang lancarnya air sungai yang mengalir ke laut.
Pokja PI Kelurahan Pasirkratonkramat berinisiatif dan membuat inovasi mengubah gulma enceng gondok menjadi barang yang bermanfaat menjadi Pupuk organik yang nantinya dipergunakan untuk pemupukan tanaman urban farming.
Menurut literatur, Enceng gondok mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, yaitu senyawa Asam Humat, senyawa yang dapat mengaktifkan mikro organisme dalam tanah sehingga mikro organisme tersebut dapat mengubah bahan-bahan organik menjadi unsur hara yang siap diserap oleh tanaman, sehingga asam humat dapat mengubah tanah menjadi subur atau disebut juga soil codition/pembenah tanah.
Yang menjadi masalah adalah Gulma enceng gondok yang tumbuh dan berkembang dengan cepat di sungai Bremi menjadi sesuatu yang mengganggu karena menutupi permukaan sungai, sehingga apabila banjir menjadi penghalang lancarnya air sungai yang mengalir ke laut. Kegiatan tersebut adalah memanfaatkan gulma enceng gondok menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, sedangkan tujuan dari kegiatan tersebut adalah membersihkan gulma enceng gondok yang ada di sungai Bremi, membuat aliran sungai menjadi lancer, memanfaatkan gulma enceng gondok menjadi barang yang bermanfaat, dan menjadikan pupuk organik asam humat enceng gondok media tanam pada urban farming yang ada di kelurahan Pasirkratonkramat
Pemecahan masalah tersebut adalah dengan membersihkan gulma enceng gondok yang tumbuh dan berkembang dengan cepat di sungai Bremi agar apabila banjir tidak menjadi penghalang lancarnya air sungai yang mengalir ke laut.