Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Perubahan Iklim juga berdampak pada kesehatan, budaya dan perekonomian serta sektor lainya,.
Dampak ini sangat dirasakan bagi para nelayan dan warga pesisir, selain kenaikan air laut yang menyebabkan rob, juga berdampak pada kegiatan ekonomi warga, khusus nya nelayan tradisional, diantaranya adalah sulit memprediksi cuaca. Cuaca sangat berpengaruh pada keselamatan kerja dan hasil tangkapan saat melaut, juga semakin jauh juga zona tangkap, karena posisi ikan yang menjadi target tangkapan bergeser semakin ke tengah.
“Dulu kami bisa melaut seminggu bisa 6 kali sampai 7 kali dalam seminggu, dan libur saat musim musim tertentu seperti ketika angin baratan, sekarang susah diprediksi, jadi kita asal berangkat saja kalau situasi tidak memungkinkan di lautan ya kita pulang dengan tangan hampa, dan jelas kita sudah rugi BBM dan perbekalan” Menurut Sunardi, nelayan dari panjang baru kota pekalongan.
“Sekarang repot, kita mesti jauh ke tengah dan itupun hasil nya tak seperti dulu, ditambah lagi kita susahnya mengakses BBM subsidi untuk modal melaut ” Menurut safii nelayan asal desa betah walang kab demak.
Menurut Slamet Ary Nugroho, ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Jawa Tengah “untuk mengatasi dampak perubahan iklim pada sektor ekonomi nelayan, KNTI berusaha menggandeng instansi pemerintah terkait dan lembaga lain mengupayakan alternatif untuk mengatasi dampak ekonomi pada nelayan dan warga pesisir dengan cara mengembangkan budi daya perikanan darat seperti tambak nila, mujaer dan ikan lain, serta melakukan pelatihan pengolahan dan pemasaran hasil laut untuk Komunitas Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) diseluruh pesisir Jawa Tengah.