Selain membuat program ketahanan ekonomi di tengah dampak perubahan iklim, Kemitraan Indonesia juga membangun program-program sarana dan prasarana fisik untuk membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim di Kota Pekalongan. Salah satunya, Kemitraan membangun 23 Unit Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Komunal Adaptif di 8 kelurahan terdampak banjir dan rob di Kota Pekalongan. Saat ini, pembangunan MCK komunal adaptif tersebut sudah 95 persen rampung dikerjakan. Namun, diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan oleh masyarakat setempat selaku penerima manfaat
Menindaklanjuti hal tersebut, Kemitraan Indonesia menyelenggarakan Kegiatan Workshop Sanitasi Publik dan Pengelolaan MCK Komunal Adaptif di Koya Pekalongan yang dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pekalongan, Nur Priyantomo didampingi Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, dan dihadiri oleh kelompok kerja (pokja) perubahan iklim dan fasilitator kelurahan se-Kota Pekalongan, berlangsung di Hotel Aston Kota Pekalongan, Selasa (28/5/2024).
Sekda Nur Pri, sapaan akrabnya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Tim dari Adaptation Fund Kemitraan Indonesia yang terus memberikan pendampingan kepada Pemerintah Kota Pekalongan dan masyarakat untuk bersama- sama membahas tentang perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang masih terjadi di sejumlah titik di lingkungan masyarakat. Dengan pertemuan workshop ini, dapat meningkatkan pengetahuan dan memberi pemahaman kepada masyarakat, bahwa perilaku BABS sangatlah tidak dianjurkan karena dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Maka, harapannya pertemuan ini dapat memberikan beberapa alternatif solusi dalam upaya menurunkan tingkat bebas BABS, sekaligus mencapai predikat Open Defication Free (ODF) atau tidak BAB sembarangan secara menyeluruh di Kota Pekalongan.
“Sebagaimana dilaporkan teman-teman dari Adaptation Fund, bahwa masih terdapat empat kelurahan (Panjang Wetan, Degayu, Krapyak, dan Padukuhan Kraton) yang teridentifikasi masih melakukan BABS. Dimana, kebiasaan ini masih dipengaruhi oleh perilaku sosial yang perlu penyadaran kolektif, baik dari individual maupun kelembagaan,”ucapnya.
Sekda Nur Pri juga menyampaikan apresiasi kepada fasilitator kelurahan dan Tim AF yang ke depannya memiliki keinginan untuk segera membangun pengelolaan MCK Komunal Adaptif, dengan metode pendampingan langsung kepada masyarakat, agar tujuan dari tercapaianya kota sehat di Kota Pekalongan dapat direalisasikan.
Pihaknya menilai, diperolehnya status Kota Sehat merupakan salah satu cita-cita yang masih terus Pemkot Pekalongan upayakan pencapaiannya. Memperoleh status tersebut akan menjadi sebuah prestasi luar biasa, yang mana dapat turut menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyelenggrakan akses kesehatan terhadap masyarakat secara menyeluruh.
“Tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai status Kota Sehat tersebut, seperti salah satunya terkait pemenuhan standar sanitasi yang tinggi dengan tercapainya Open Defecation Free (ODF). ODF sendiri mencerminkan adanya akses yang memadai terhadap fasilitas sanitasi yang layak, seperti toilet atau jamban. Selain itu, ODF juga melibatkan perubahan perilaku masyarakat untuk menghindari praktik buang air besar sembarangan dan menerapkan kebiasaan mencuci tangan yang baik setelah menggunakan toilet,”paparnya.
Lanjut Sekda menambahkan, bahwa mencapai status ODF sangatlah penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal tersebut lantaran praktik BABS dapat menyebabkan berbagai penyebaran penyakit serta mengancam kebersihan lingkungan. Sehingga, dengan mencapai status ODF risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan harapannya dapat dikurangi secara signifikan.
“Kemudian, setelah memastikan lingkungan bebas dari praktik buang air besar sembarangan, langkah-langkah selanjutnya akan kami arahkan pada peningkatan kualitas air minum, pengelolaan limbah yang baik, dan promosi kesehatan yang holistik, hingga nantinya dapat tercapai status Kota Sehat bagi Kota Pekalongan. Sebuah hal baik tentunya tidak mungkin tercapai tanpa kerja keras, kolaborasi, dan dedikasi dari semua pihak,”tegasnya.
Sementara itu, Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, Workshop ini dimaksudkan untuk membangun pemahaman yang sama terkait MCK Komunal Adapatif yang didalamnya berkaitan dengan sanitasi, sehat untuk bersama, dan sebagainya.
“Bagaimana MCK itu tidak hanya bisa memenuhi indikator sehat, tetapi juga memenuhi perlakuan terhadap MCK itu sendiri yang dikelola secara bersama. Selain itu, kami ingin mensinergikan peran semua pihak yang menjadi modalitas bersama terkait pengelolaan MCK komunal adaptif yang sudah dibangun ini ke depan. Jadi, tidak hanya sekedar selesai dibangun, namun juga ada pengelolaan untuk keberlanjutan ke depannya baik perawatan, memastikan MCK selalu berfungsi, dan dikelola secara komunal,”ungkap Andi Kiki.
Andi Kiki menyebutkan, sejak Juli 2021, Kemitraan Indonesia telah membangun 23 MCK komunal adaptif yang tersebar di 8 kelurahan terdampak perubahan iklim di Kota Pekalongan. Dari jumlah tersebut, 17 unit diantaranya merupakan rehabilitasi MCK, dan sisanya pembangunan MCK baru. Pembangunan sudah 95 persen, 5 persen sisanya untuk memastikan kelengkapan sarana dan prasarana, yang dapat mendukung operasional MCK ini.
“Nanti, akan ada serah terima MCK ini kepada Pemkot. Untuk pembangunan MCK komunal adaptif ini rata-rata sekitar Rp70-100 jutaan. Jika MCK ini sudah jadi, maka masyarakat setempat bisa memanfaatkan secara gratis dan turut mengelola secara bersama-sama. Yang membedakan MCK komunal adaptif ini dengan MCK lainnya adalah ada tanaman kecil yang dapat menyerap aroma bau, dikelola bersama, airnya ada yang dihubungkan ke Pamsimas atau jaringan yang sudah ada. Pembangunan MCK komunal adaptif ini juga sebagai upaya mendukung terwujudnya Kota Pekalongan 100 persen ODF,”pungkasnya. (DIAN).