KIBAS

Hidup di tengah kota kecil seperti Pekalongan dengan masyarakat yang dinamis, bekerja keras dan berusaha untuk mencari keuntungan dan kekayaan, memiliki konsekunsi kondisi lingkungan hidup yang kurang diperhatikan. Sesekali, tengoklah sungai yang membelah kota. Sungai Kupang atau biasa disebut Kali Loji. Pada pagi atau sore hari, jamak kita lihat sampah terapung memenuhi permukaan sungai.

Entah darimana datangnya sampah-sampah itu, tapi dipastikan setiap hari sampah itu ada, lagi dan lagi. Sampai kapan kondisi ini bertahan? Pertanyaan ini selalu muncul saat saya melintasi Jalan Diponegoro atau Jembatan Nggambaran dan menengok Kali Loji yang berwarna hitam (black river) dan penuh sampah. Kondisi ini ditambah dengan fenomena munculnya buaya hingga ke permukaan.

Kemunculan buaya menyisakan tanya, dari mulai apakah itu buaya siluman atau sungguhan? Hingga apakah ini pertanda bahwa kali loji sedang tidak baik-baik saja? Melihat kondisi saat ini, sepertinya buaya dan mahluk hidup yang selama ini tinggal di Kali Loji tidak nyaman karena ekosistem yang berubah, dipenuhi sampah dan aliran limbah.

Sejak 2017 saya berkecimpung dan bergelut di dunia komunitas lingkungan sungai dan  sampai sekarang belum menemukan formula dan strategi yang tepat untuk mencari penyelesaian dan mengatasi permasalahan yang ada di sungai Pekalongan. Puluhan kali forum diskusi diadakan, gerakan bersih-bersih sungai dilakukan. Tapi hasilnya masih jauh dari harapan.

Kesadaran manusia Pekalongan harus dicambuk, didorong dan bahkan digedor agar kembali sadar pentingnya lingkungan untuk kehidupan. Sudah waktunya kita semua peduli lingkungan, karena permasalahan ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja. Masyarakat Kota Pekalongan harus mempunyai kesadaran dan rasa malu, sekaligus ngilu kalau membuang sampah dan limbah di sungai atau dimana saja.

Pemerintah dan warga perlu mengembalikan kejayaan serta kebanggaan menjadi warga Pekalongan, yang tidak hanya dikenal sebagai kota Batik, tetapi juga kota pecinta lingkungan bersih.

 

Penggiat PETANESIA

Petanesia
Author: Petanesia