Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang di atas normal. Pertanyaannya, bagaimana kalau tidak ada hujan tapi banjir? Ternyata selain akibat hujan, banjir juga dapat terjadi, seperti yang dialami oleh Kelurahan Degayu. Banjir yang terjadi kelurahan yang teletak di pesisir utara jawa tersebut akibat dari naiknya permukaan air laut, karena faktor alam dan perubahan iklim. Ketika pasang laut tinggi, air laut meluap ke daratan, menggenangi lahan pertanian, termasuk sawah. Fenomena ini semakin diperburuk oleh curah hujan yang tinggi dan kerusakan ekosistem pesisir, seperti penebangan mangrove yang seharusnya berfungsi sebagai pelindung alami.
Dampak jangka panjang dari banjir rob juga mencakup peningkatan salinitas tanah, dan mengurangi kesuburan serta produktivitas lahan pertanian. Kualitas tanah yang menurun memaksa petani mencari alternatif tanaman yang adaptif, hingga beralih ke sumber penghidupan lain. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya perlindungan terhadap lahan pertanian sebagai bagian dalam meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.
Kelurahan Degayu pernah mendapatkan julukan sebagai lumbung padi. Selain lahan pertanian yang luas, kualitas tanahnya juga subur sehingga hasilnya makmur. Namun julukan lumbung padi sudah tidak ada lagi. Degayu bahkan kini sudah tidak memiliki sawah karena terendam air rob. Banyak petani yang beralih mata pencaharian menjadi nelayan.
Oleh karenanya diperlukan upaya adaptasi dan mitigasi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam mengatasi perubahan iklim. Salah satunya dengan pembuatan aquaponik, atau budidaya yang mengintegrasikan dua komponen utama, ikan dan tanaman. Dalam sistem ini, limbah yang dihasilkan oleh ikan memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, sementara tanaman berfungsi sebagai penyaring air, menjaga kualitas air agar tetap bersih bagi ikan.
Konsep aquaponik merupakan kombinasi dari aquakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah). Adapun cara kerja aquaponik antara lain:
1. Air dari kolam yang kaya akan nutrisi dari kotoran ikan dipompa untuk mengairi tanaman. Kemudian akar tanaman akan menyerap nutrisi yang terkandung dalam air.
2. Di dalam sistem tanaman, bakteri yang ada dalam tanah akan mengurai limbah menjadi bentuk yang lebih mudah diserap oleh tanaman, seperti nitrat.
3. Setelah melewati tanaman, air yang bersih dikembalikan ke kolam ikan. Ini terus berulang hinna menciptakan siklus berkelanjutan.
Implementasi aquaponik di Kelurahan Degayu dilakukan oleh Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) yang dibentuk sebagai inisiatif kolaboratif antara kelurahan dan masyarakat. Dibentuk oleh sekelompok individu yang peduli, kelompok ini berfokus pada upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang nyata di masyarakat. Pokja PI Kelurahan Degayu terdiri dari 24 anggota dari perwakilan RT/RW, LPM dan perwakilan komunitas yang merupakan warga dari kelurahan Degayu dan diketuai oleh Faisal.
Aquaponik merupakan salah satu aksi nyata dari Pokja PI untuk menjawab tantangan dari dampak perubahan iklim. Diharapkan upaya ini dapat memberikan manfaat dan dampak positif dalam bentuk ketahanan masyarakat melalui hasil panen sayur dan ikan nila. Berdasarkan dari hasil diskusi antara Pokja PI, Kelurahan dan warga pembentukan aquaponik dilaksanakan pada 5 titik, tersebar di RW01, RW02, RW04 dan RW08. Pada masing-masing lokasi terdapat 5 orang pengelola. Pengelola ini juga disepakati berdasarkan hasil dari rangkaian diskusi yang sudah dilakukan dengan POKJA PI Degayu dan Kelurahan Degayu. Keberadaannya yang tersebar juga diharapkan menjadi percontohan bagi warga sekitar.
Untuk memastikan keberlanjutan aquaponik, Pokja bersama dengan kelurahan dan perwakilan ketua pengelola juga merancang bisnis plan yang dibuat untuk jangka 5 tahun kedepan. Untuk perencanaan penjualan, hasil sayur akan dikonsumsi oleh warga dan dijual sedangkan untuk ikan nila akan di jual dalam bentuk olahan bumbu yang dikemas sehingga bisa meningkatkan nilai jual.
Dalam bisnis plan tersebut juga disepakati untuk menerapkan nilai-nilai edukasi, berupa kunjungan dari siswa sekolah dasar atau komunitas yang ingin mengetahui tentang aquaponik.
Dengan pendekatan inovatif yang menggabungkan budidaya ikan dan tanaman, aquaponik tidak hanya menawarkan solusi untuk ketahanan pangan, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Sistem ini memberikan kesempatan bagi masyarakat, terutama di daerah kelurahan Degayu, untuk berkontribusi pada pertanian yang ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya.
Keberhasilan aquaponik di Kelurahan Degayu, Kota Pekalongan, menunjukkan bahwa dengan pengetahuan dan kerjasama, kita dapat mengatasi tantangan pertanian modern. Dengan meningkatkan kesadaran dan dukungan untuk praktik ini, kita berpotensi menciptakan kelompok kerja perubahan iklim yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
Mari kita bersama-sama menjadikan aquaponik sebagai bagian dari gaya hidup kita, membantu mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan sehat. Untuk informasi lebih lanjut tentang cara memulai sistem aquaponik di rumah atau berpartisipasi dalam program lokal, jangan ragu untuk menghubungi Kelompok Kerja Perubahan Iklim (POKJA PI) Degayu.