KIBAS

Kelurahan Bandengan merupakan wilayah pesisir yang terletak disebelah utara pulau Jawa dengan Luas Wilayah 172,58.08 Hektar, ketinggian 1mdpl dengan koordinat 6°52’20.9″S 109°39’47.3″E. Sebagian wilayah Kelurahan Bandengan adalah lahan pertanian, pekebunan dan perikanan tambak. Wilayah pesisir menjadikan lahan di daerah ini subur dan potensial sebagai lahan pertanian, perkebunan dan perikanan tambak. Terdapat dua sungai sebagai irigasi lahan pertanian dan perikanan di wilayah Bandengan yaitu sungai Betingan dan sungai Segrabyag. Kedua sungai ini memanjang melintasi wilayah
Kelurahan Bandengan dari Barat ke Timur dengan Batas Wilayah :
a. Sebelah Utara : Laut Jawa
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Padukuhan Kraton
c. Sebelah Barat : Desa Jeruksari Kec. Tirto Kabupaten Pekalongan
d. Sebelah Timur : Kelurahan Kandang
Jumlah Penduduk Kelurahan Bandengan : 6.280 jiwa yang terdiri dari :
3.176 laki-laki
3.104 perempuan
Sumber: Data Gregrat Kependudukan Kota
Semester I Tahun 2023.
Bandengan dikenal sebagai wilayah subur, terutama di lahan yang berbatasan langsung dengan garis pantai sehingga terkenal sebagai daerah penghasil bunga melati untuk bahan baku produksi teh, padi dan juga ikan tambak.
Keadaan alam ini menjadikan daerah tersebut makmur dan menjadi daerah tujuan pemukiman penduduk.

Sejarah Rob di Kelurahan Bandengan
Naiknya permukaan air laut seiring dengan dampak perubahan iklim global tidak hanya menyebabkan masuknya air ke pemukiman warga, namun juga menjadi penghambat bagi masuknya air dari sungai ke laut, sehingga muara sungai bremi yang seharusnya aliran airnya ke laut menjadi berbalik arah dan meluap ke area wilayah pemukiman disisi lain hal itu juga terjadi saat hujan mulai intensitas sedang sampai ke tinggi, dan menjadikan Bandengan kerap dikepung banjir dan rob sejak tahun 2012.

Banjir dan rob juga telah mengubah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Lahan pertanian, perikanan tambak dan perkebunan melati yang sempat menjadi tumpuan hidup masyarakat (tahun 1960 – 1990an) berubah menjadi lahan tidak produktif karena terendam air rob hingga ketinggian 2 – 3 meter, dan pemukiman penduduk dengan ketinggian 1- 2 meter.

Masuknya air ke pemukiman menyebabkan warga Bandengan harus beradaptasi dengan meninggikan lantai rumah agar selamat dari banjir. Namun usaha tersebut harus terus dilakukan seiring dengan banjir yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Bagi warga yang kurang mampu secara ekonomi, maka harus berdamai dan hidup dengan kondisi rumah tergenang air hingga berminggu bahkan berbulan-bulan saat banjir rob melanda.

Masyarakat juga beradaptasi dalam hal ekonomi, pasca banjir besar tahun 2016, sebagian memanfaatkan lahan yang tergenang untuk dijadikan tambak ikan, seperti lele dan nila. Di tahun 2020 kembali lagi terjadi banjir besar dan rob yang semakin memperburuk keadaan, dampaknya sebagian masyarakat Bandengan mengungsi, karena area wilayah Bandengan tergenang banjir selama 1 bulan lebih, hal itu tidak hanya menyebabkan terhentinya perputaran ekonomi, tetapi juga berdampak pada kesehatan. Sebagian terkena penyakit kulit dan infeksi pada saluran pernafasan (ISPA). Semenjak itu, pemeritah mulai rutin menggalakkan program kebersihan dan kesehatan agar bisa menanggulangi serta meningkatkan kesehatan masyarakat.
KEMITRAAN melalui dukungan dari Adaptation Fund (AF) memiliki beberapa kegiatan terkait dampak dari perubahan iklim yang terjadi, salah satunya di Kelurahan Bandengan. Salah satu kegiatan KEMITRAAN di Kelurahan yang sebelumnya terkenal sebagai salah satu penghasil bunga melati terbaik di Kota Pekalongan ini adalah pembentukan Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI). Melalui Surat Keputusan Lurah, kelompok yang mendorong isu perubahan iklim di Bandengan terbentuk dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat, dari pemuda, tokoh masyarakat dan perempuan. Keberadaan kelompok iklim langsung berhasil mendorong proses diskusi perencanaan pembangunan kelurahan memasukan program-program terkait isu perubahan iklim, seperti dukungan untuk penanaman dan pemeliharaan mangrove. Upaya selanjutnya yang akan dilakukan oleh Pokja adalah memastikan usulan dari kelurahan menjadi prioritas dalam musyawarah di tingkat Kota.

  • Fasilitator kelurahan bersama anak muda dan warga juga telah berhasil mengorganisasi gerakan penanaman total 4.600 pohon mangrove dan cemara laut di pesisir pantai seluas 4.540 m2. Adapun jenis mangrove yang ditanam adalah 2.300 avicennia mariana dan sisanya adalah cemara laut. Hal ini diharapkan menjadi langkah untuk mengamankan sekitar wilayah pantai Bandengan dari gelombang laut. Kegiatan penanaman mangrove melibatkan semua unsur masyarakat yang ada di Bandengan, meliputi organisasi kemasyarakatan, aparat penegak hukum yang dalam hal ini babinsa dan bhabinkamtibmas, Pokja PI.
    Selanjutnya, hilangnya lahan pertanian akibat banjir rob juga menjadi salah satu perhatian program. Salah satu alternative yang akan dilakukan adalah menjalankan urban farming. Upaya ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sayur warga, sehingga dapat mengurangi pengeluaran belanja. Kedepan juga akan ada lagi kegiatan penanaman mangrove di sekitar jalan produksi untuk menjaga masuknya air rob dan merusak jalan warga.