KIBAS

Perubahan iklim telah mengubah beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, mulai dari meningkatnya suhu, mencairnya es yang menaikkan muka air laut, hingga cuaca ekstrem. Adaptasi tak bisa ditunda lagi. Upaya aktif berbagai pihak untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim perlu terus dilakukan oleh seluruh pihak termasuk peran dari masyarakat itu sendiri untuk siap menghadapi dan meminimalisir dampak perubahan iklim yang ditimbulkan.

Menyikapi hal tersebut, Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid mendorong masyarakat Kota Pekalongan agar mengubah pola kebiasaan hidup baru untuk lebih siap menghadapi dan meminimalisir perubahan iklim. Mengingat, isu perubahan iklim ini sudah menjadi isu di dunia dan efek yang dirasakan oleh masyarakat sangat luar biasa baik dari sisi kesehatan, lingkungan, dan sebagainya.

“Seperti di negara-negara Eropa yang semula tidak pernah terjadi cuaca panas diatas 30 derajat, sekarang terjadi panas diatas 35 derajat, bahkan di Asia Tenggara, India, Thailand hampir 45 derajat. Kemudian, di Timur Tengah yang semulanya sangat panas luar biasa, tetapi pada tahun ini ditemukan hujan salju dan curah hujan yang tinggi, sehingga di Jeddah, Madinah, Mekah, di gurun-gurun batu tumbuh rumput. Disusul Indonesia, biasanya dulu bisa diprediksi mulai Bulan Oktober sampai Januari terjadi curah hujan tinggi sekali, setelah itu landai, kemudian musim panas. Tetapi, saat ini di akhir Bulan Juli hujan masih terjadi di Jawa Tengah. Oleh karena itu, perubahan iklim ini harus kita sikapi bersama dengan perilaku adaptasi terhadap perubahan yang terjadi,” terangnya saat memberikan pengarahan pada acara pertemuan Catur Pilar tingkat Kecamatan Pekalongan Timur  dengan mengusung tema “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim”, berlangsung di Aula Kecamatan Pekalongan Timur, Selasa siang (25/7/2023).

Menurutnya, berbagai tantangan tersebut membutuhkan langkah antisipasi lebih dini agar Indonesia dan khususnya Kota Pekalongan mampu beradaptasi dan melakukan mitigasi secara tepat. Masyarakat bisa ikut berperan dalam mitigasi dengan melakukan hal-hal kecil namun dapat berdampak positif terhadap perubahan iklim yang terjadi seperti mencintai alam dan menjaga lingkungan, tidak menebang pohon, tidak membuang sampah sembarangan, membatasi penggunaan kendaraan bermotor, mulai beralih ke sarana transportasi umum, menghemat penggunaan listrik dan air, mengurangi penggunaan sampah plastik, dan menanam pohon di lingkungan sekitar.

” Gali potensi yang ada di wilayah sekitar. Mudah-mudahan pertemuan ini memberikan mnfaat yang besar dan masyarakat yang hadir mewakili warga bisa  menginformasikan kepada keluarganya, kerabat, tetangga, dan warga lainnya bahwa kita semua harus aware akan dampak perubahan iklim dan menyiapkan langkah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi,” tegasnya.

Sementara itu, Camat Pekalongan Timur, Darminto menjelaskan, kali ini pertemuan catur pilar di tingkat Kecamatan Pekalongan Timur mengusung tema “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim”. Tema ini sangat tepat diusung karena di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur sendiri, masih ada beberapa titik lokasi yang terdampak banjir rob. Disampaikan Darminto, dengan pertemuan ini, masyarakat bisa mengetahui langkah dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapi dan meminimalisir dampak perubahan iklim.

“Belum lama ini, pada gelaran Pameran Inovasi dan Kreativitas Kota Pekalongan Tahun 2023 “Aksi Adaptasi Perubahan Iklim” yang diselenggarakan oleh Pemkot, kami dari Kecamatan Pekalongan Timur juga turut terlibat dalam menampilkan hasil produk inovasi dan kreativitas dari warga kami, diantaranya padi apung, sayuran dan tanaman-tanaman lain yang bisa ditanam dan hidup di wilayah yang terdampak rob. Harapannya, dengan adanya acara ini, masyarakat paham bagaimana menyikapi situasi dan kondisi perubahan iklim ini dan mereka tetap bisa beraktivitas, dan berinovasi untuk keberlangsungan hidupnya ke depan,” pungkasnya.

kemitraan
Author: kemitraan