Merawat Bersama Pesisir Pekalongan, Pemkot dan Kemitraan Tanam 16.100 Bibit Mangrove

Kota Pekalongan – Kota Pekalongan sudah tak asing lagi dengan dampak perubahan iklim berupa peristiwa-peristiwa bencana. Dimana, wilayah ini dihadapkan pada berbagai persoalan terkait topografisnya, yaitu banjir dan rob (naiknya permukaan air laut), serta penurunan struktur tanah yang sangat mengganggu aktivitas masyarakat.  Sebagai kawasan pesisir, maka perlu dilakukan upaya-upaya adaptif untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Salah satunya adalah dengan memperbaiki dan melindungi ekosistem mangrove. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pekalongan berkolaborasi dengan Adaptation Fund Kemitraan bersama perangkat Kecamatan Pekalongan Utara, dan perangkat Kelurahan Kandang Panjang dan Kelurahan Bandengan serta relawan pegiat lingkungan menanam sebanyak 16.100 bibit mangrove di Kawasan Pesisir Pantai Utara Pekalongan. Kegiatan penanaman mangrove ini dibuka secara langsung oleh Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, berlangsung di Kawasan Wisata Pusat Informasi Mangrove (PIM) Kota Pekalongan, Rabu (21/9/2022).

Dengan menaiki kapal ke lokasi penamaman mangrove, Walikota Aaf, sapaan akrabnya juga turut menanam secara langsung bibit mangrove beserta jajaran Kemitraan, didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekalongan, Joko Purnomo, Kepala Dinas Kominfo Kota Pekalongan, Arif Karyadi, Kepala DPMPPA Kota Pekalongan, Sabaryo Pramono, Kepala DPUPR, Bambang Sugiarto, Lurah Kandang Panjang, Amat Fauzan, Lurah Bandengan, Abidin, Kapolsek Pekalongan Utara, Kompol Joko Hendro Sulistiyo, Danramil Pekalongan Utara, Kaften Inf Sutrisno, dan pegiat peduli lingkungan lainnya.

Walikota Aaf mengapresiasi dan menyambut baik adanya gerakan merawat Pesisir Kota Pekalongan yang diinisiasi oleh jajaran Kemitraan dengan upaya penanaman bibit mangrove sebanyak 16.100 buah di dua lokasi yakni di Kelurahan Kandang Panjang dan Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara.

“Alhamdulillah pada pagi hari ini kami bersama Kemitraan, perangkat dan masyarakat Kandang Panjang dan Bandengan bersama-sama menanam bibit mangrove sebanyak 16.100 sebagai salah satu upaya menyelamatkan lingkungan,” ucap Aaf.

Aaf berharap, belasan ribu bibit mangrove yang ditanam di Kawasan Pesisir Utara Kota Pekalongan dapat tumhuh subur dan mampu mencegah abrasi serta dampak perubahan iklim lainnya. Pihaknya menekankan, perlunya upaya bergerak bersama untuk merawat dan peduli pesisir Kota Pekalongan yang diprediksi oleh Peneliti ITB akan tenggelam pada Tahun 2035. Menurutnya, saat ini bukan waktunya menyalahkan pihak tertentu, tetapi semua unsur masyarakat harus turut berpartisipasi aktif dan berkolaborasi dalam upaya-upaya merawat pesisir Utara Kota Pekalongan ini.

“Kalau tidak bergerak merawat bersama ini akan percuma. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tetapi semua pihak harus ikut peduli menyelamatkan lingkungan ini. Kita sudah melihat tanggul raksasa yang diperkirakan awet untuk jangka menengah sekitar 8 tahun, tetapi tahun ketiga sudah hampir limpas airnya. Upaya penanaman mangrove dari Kemitraan ini menjadi berkah bersama, dimana kegiatan ini merupakan project pertama Kemitraan di Kota Pekalongan yang diharapkan dalam menghadapi perubahan-perubahan iklim ini bisa berhasil,” tegasnya.

Ssmentara itu, Team Leader Project Management Unit Adaptation Fund Kemitraan, Andi Kiki menerangkan, kegiatan penanaman belasan ribu mangrove ini menjadi bagian dari upaya meminimalisir dampak perubahan iklim di Kota Pekalongan. Terlebih di Kota Pekalongan ini ada perkiraan potensi tenggelam akibat perubahan iklim, sehingga hal ini melatarbelakangi Kemitraan bekerjasama dengan Pemkot Pekalongan dan didukung perangkat kelurahan, kecamatan, hingga pegiat lingkungan untuk mengadaptasi permasalahan yang dihadapi perubahan iklim dengan melakukan penanaman belasan ribu bibit mangrove.

“Setidaknya, kegiatan penanaman mangrove ini tidak hanya berhenti disini, kami juga melakukan kegiatan serupa di lokasi-lokasi lain khususnya lokasi yang rawan bencana banjir rob. Melalui kegiatan ini, paling tidak menjadi upaya terpenting dalam merawat Kota Pekalongan untuk siap menghadapi perubahan-perubahan iklim ini dan adaptasi ini setidaknya para warga juga mampu mengimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari dalam aksi nyata perlindungan terhadap pesisir pantai maupun lingkungan sekitar,” ungkap Andi.

Andi menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat aktif merawat Kota Pekalongan dalam hal menghadapi perubahan-perubahan iklim.

“Kami  apresiasi sekali kepada Pemkot dan semua pihak yang memberikan support penuh dan bertindak bersama-sama dalam meminimalisir isu-isu perubahan iklim ini,” ujarnya.

Ditambahkan Ketua Panitia Penanaman Mangrove, Eko Keanu mengatakan bahwa, adapun 16.100 bibit mangrove itu terdiri dari 13.800 bibit Avicennia Marina (Brayo/Api Api)  dan 2.300 bibit Casuarina equisetifolia (Cemara Laut).

” Rinciannya, 11.500 bibit jenis Avicennia Marina (Brayo/Api-Api) di Kelurahan Kandang Panjang, 2.300 Jenis Avicennia Marina (Brayo/Api-Api) dan 2.300 jenis Casuarina Equesetifolia (Cemara Laut) di Kelurahan Bandengan,” katanya.

Lanjutnya, total area penanaman mangrove sebanyak 5.200 meter persegi.

” Penanaman ini melibatkan berbagai pihak diantaranya LPM/BKM Kelurahan, dan relawan lainya,” pungkas Eko.

Atasi Perubahan Iklim, Pemkot Galakkan Budaya Menanam Pohon

Memperingati Hari Menanam Pohon Nasional yang diperingati setiap tanggal 28 November, jajaran Pemerintah Kota Pekalongan bersama instansi terkait lainnya menggalakkan kegiatan menanam pohon bersama, yang dirangkai dalam Kegiatan Sarasehan Sepeda K3 dan Penyerahan Lomba Sekolah Adiwiyata dan Lomba Lingkungan Bersih dan Sehat (LBS) Tingkat Kota Pekalongan, berlangsung di Halaman SMP Negeri 10 Kota Pekalongan, Jumat (25/11/2022).

Hadir mewakili Walikota Pekalongan, Hj Sri Ruminingsih selaku Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, didampingi Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda, Soesilo, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Erli Nufiati, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Joko Purnomo, dan sejumlah kepala dinas, camat, hingga lurah, TNI, Polri, dan komunitas pegiat lingkungan yang ada di Kota Pekalongan.

Sekda Ning, sapaan akrabnya menyampaikan bahwa, Hari Menanam Pohon Indonesia ditetapkan Presiden melalui Keppres Nomor 24 Tahun 2008. Sejarah tersebut lahir dari dampak aksi Penanaman Pohon pada tahun 2007 yang  menghasilkan banyak pohon tertanam. Sehingga, menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kota Pekalongan bersama stakeholder terkait menanam pohon secara simbolis di SMP N 10 Pekalongan dan dilanjutkan di tanah aset Kelurahan Klego serta lokasi-lokasi lain.

“Pada hari ini kami melakukan penanaman pohon dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia yang jatuh pada 28 November. Kami berharap, momentum ini juga menjadi suatu gerakan menanam pohon di Indonesia khususnya di Kota Pekalongan, mengingat banyak sekali manfaat dari penanaman pohon ini,” ucap Sekda Ning.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan salah satunya untuk menambah ruang terbuka hijau di Kota Pekalongan, mengurangi dampak perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya perubahan cuaca yang tidak menentu, suhu udara menjadi semakin meningkat serta memberikan kesadaran dan kepedulian kepada masyarakat tentang pentingnya pemulihan kerusakan sumber daya alam dan lahan melalui penanaman pohon. Lanjutnya, pohon yang memproduksi oksigen akan bermanfaat bagi kehidupan bagi semua mahkluk hidup di bumi.

“Jadi, kalau kita menanam pohon dan pohonnya memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida dan lain-lain sehingga udara yang dihasilkan juga akan bersih. Kegiatan ini juga sebagai salah satu upaya dalam rangka penanggulangan perubahan iklim agar udara dan bumi ini tidak terlalu panas dengan banyak pohonnya,” tegasnya.

Sekda Ning menegaskan gelombang pasang tinggi (rob), banjir, pergeseran musim dan kekeringan merupakan salah satu fenomena perubahan iklim yang telah mengakibatkan bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia. Rob yang sering terjadi di wilayah Kota Pekalongan juga terjadi akibat perubahan iklim yang mengakibatkan penambahan tinggi air laut yang diiringi dengan penurunan muka tanah (Land Subsidence).

“Untuk itu, kami berharap, upaya-upaya pemerintah bersama masyarakat, dan komunitas, anak-anak sekolah, pemuda, bahwa dengan mulai menanam pohon ini menjadikan salah satu budaya masyarakat yang harus terus digalakkan bersama,” tegasnya.

Hal yang sama disampaikan  Kepala DLH Kota Pekalongan, Joko Purnomo, bahwa kegiatan Peringatan Hari Menanam Pohon dilaksanakan pada 28 November, namun di tingkat Kota Pekalongan dirangkai sekaligus Sarasehan K3 Jumat minggu ini dengan maksud agar pemerintah, OPD, dan masyarakat bisa melakukan penanaman pohon secara bersama-sama.

“Pohon ini sangat penting bagi kehidupan manusia, disamping untuk pengendali air hujan dan pencegahan banjir, pohon ini juga bisa memproduksi banyak kadar oksigen dan menyerap CO2 untuk diproduksi menjadi O2,” ungkap Joko.

Menurutnya, adapun bibit pohon yang ditanam pada peringatan Hari Menanam Pohon hari ini di area SMP N 10 Kota Pekalongan mayoritas bibit pohon mangga, sawo, jambu, dan sebagainya. Dilanjutkan, di area eks bengkok Kelurahan Klego (depan SMP N 10) sisi timur Sungai dengan 75 buah bibit pohon yang ditanam di tanah seluas 5000an meter.

“Sebelumnya, kami juga sudah memulai penanaman pohon sejumlah 172 bibit pohon langka, bantuan dari DLH Provinsi yang ditanam di 8 lokasi seperti Lapangan Mataram, Lapangan Jetayu, Alun-Alun, Bong Cino, Taman Nursery, Kerkop. Adapun tanaman langka tersebut diantaranya bibit pohon cempaka, sawo kecik, beringin, flamboyan, ketapang kencana, dan sebagainya,” tandasnya.

Praktik Eco Print Ekstrakulikuler SGE SMKN 1 Kota Pekalongan

SMKN 1 Kota Pekalongan, sebagai salah satu sekolah kejuruan favorit di Kota Pekalongan yang terletak dilokasi yang rawan banjir dan rob, dampak yang diakibatkannya sangat banyak dan sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Akses jalan menuju sekolah memang sudah ditinggikan, namun lingkungan sekolah beserta struktur bangunan sekolah masih sama, pernah terendam sampai lebih dari 50cm, sekolah pun libur hampir satu bulan lamanya. Banyak pencegahan yang telah dilakukan sekolah untuk mengurangi dampak banjir dan rob. Peninggian lingkungan menjadi salah satu cara cepat namun butuh biaya yang tidak banyak.

Skensa Green Environment (SGE) sebagai ekstrakulikuler yang berfokus kepada lingkungan merasa resah dan tergerak untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi dampak banjir dan rob. Setelah sering berdiskusi terkait banjir dan rob di sekolah, beberapa anggota SGE tercetus untuk memanfaatkan sampah daun yang lumayan banyak tersebar di lingkungan sekolah dan hanya dibuang atau dibakar setelahnya.

Eco Print, salah satu ide kegiatan yang diusulkan anggota SGE untuk memanfaatkan berbagai sampah daun yang tersebar di lingkungan sekolah. Dibantu Pak Eko yang sudah pernah melakukan Eco Print, SGE berdiskusi lebih lanjut terkait rencana kegiatan Eco Print yang ternyata tidak semudah dibayangkan teman-teman SGE dengan hanya menempelkan daun ke media kain. Singkat cerita setelah berdiskusi, teman-teman SGE sepakat untuk praktek Eco Print. Segala kebutuhan seperti media kain (Kaos / totebag / kain bekas), alat pukul (Palu / Batu) beserta daun mulai disiapkan. SGE sepakat melaksanakan praktek Eco Print pada 14 Februari 2023 yang juga didampingi pak Eko.

Saat Praktek banyak hal yang terjadi, seperti pemilihan daun yang salah, teknik pukul yang salah dan masih banyak yang lain. Namun banyak pembelajaran yang dapat diambil, seperti tuturan Pembina SGE baru, Ibu Luthfi, “Senang rasanya bisa belajar ecoprint bersama member SGE, semua antusias mengikutinya.  dengan latihan pembuatan ecoprint ini diharapkan anggota SGE bisa lebih terampil,kreatif, bisa mereuse & merecycle pakaian yang sudah hampir dijadikan ‘sampah’ bisa digunakan lagi dengan motif yang unik dan membantu mengurangi sampah”.

Sedangkan kesan – kesan praktek Eco Print menurut teman SGE, Nadiya Aszara, “Pertama kali bikin ecoprint ga punya ekspetasi langsung jadi tapi ternyata langsung jadi walaupun banyak  prosesnya dari pounding ampe tangan keluar otot biar hasilnya sempurna tapi seru juga si  wkwk apalagi waktu ngelopekin daun beuhh harus sabar poll biar keluar warnanya sampe di cuci pake air tawas terus dijemur 2 jam tapi keren hasilnya walaupun prosesnya lama sih xixi. Baru tau juga ternyata teknik bikin ecoprint juga banyak gacuma di pounding doang dikukus, difermentasi juga bisa ternyata wkwk. Terus baru tau ternyata gasemua daun bisa buat ecoprint cuma daun tertentu yang baune tajam. Tapi bunga telang ternyata juga bagus dibikin ecoprint ga cuma bunga telang doang sih kayae tapi lainnya juga bisa kalo ada pigment warna kuat. Di bikin di totebag bagus juga ternyata keren gada yg nyamain motifnya good sekali. Kapan kapan bikin di baju gasih mas biar keren orang” jadi pada tau ecoprint tuh ada dan bagus banget”.

Tindak lanjut setelah kegiatan Eco Print, teman-teman SGE akan melakukan Eco Print secara mandiri mengajak teman-teman lain yang tidak ikut SGE dan praktek di rumah masing-masing. Mereka juga ingin mencoba berbagai jenis daun yang berbeda beserta jenis media yang lain. Kemudian SGE berencana membuat pameran hasil karya dari teman-teman SGE.

Antisipasi El Nino dan Perubahan Iklim, Dinperpa Gelar Rapat Persiapan Musim Tanam

Kamis (25/5). Bertempat di Aula Gedung Hijau Dinperpa, Bidang Pertanian tanaman pangan dan hortikultura Dinperpa Kota Pekalongan adakan Rapat persiapan musim tanam 2 periode April-september 2023. Perwakilan tiap kelompok tani sekota pekalongan dan pemilik serta suplier pupuk kota pekalongan diundang dalam acara ini.

Kegiatan ini bertujuan untuk membekali petani tentang informasi penting dan memberikan arahan antisipatif mengenai musim tanam yang akan berjalan. Dalam kegiatan ini dihadirkan narasumber dari BPSDA Pemali Comal, Penyuluh, serta POPT. BPSDA melalui Adi Setjono, S.P. mengatakan bahwa meski cenderung menyusut, aliran air ke sawah yang ada di kota pekalongan pada awal Mei ini masih mencukupi kebutuhan.

Meskipun begitu, petani dihimbau untuk lebih bijak dalam mengelola air mengingat ancaman el nino yang diprediksikan akan terjadi di tahun ini. Selain informasi tentang ketersediaan air, petani juga diberikan arahan terkait sistem budidaya yang cocok dan antisipasi organisme pengganggu tumbuhan di musim kemarau ini oleh Penyuluh dan POPT. Melalui rapat ini, diharapkan petani dan unsur-unsur terkait dapat saling membantu dalam mengantisipasi el nino sehingga musim tanam ini dapat selamat dan menghasilkan produktivitas yang maksimal.

Terima Kunjungan 20 Negara, Pemkot Paparkan Program Perubahan Iklim

Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan turut dalam kegiatan Kunjungan 20 Negara Proyek Adaptation Fund (AF). Sebelum perwakilan dari negara lain ke Kota Pekalongan, Plh Sekda Kota Pekalongan, Anita Heru Kusumorini memberikan paparan pada talkshow di Hotel Padma Semarang, Senin (5/6/2023).

AF adalah lembaga internasional yang menjadi pelopor dalam pendanaan adaptasi perubahan iklim. AF memberikan dana bantuan dan kepemilikan penuh kepada negara-negara berkembang untuk menjalankan proyek-proyek adaptasi perubahan iklim. Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di Indonesia yang mendapat dana bantuan dana AF yang penyalurannya melalui Lembaga Kemitraan.

Pada tanggal 5 – 9 Juni 2023 AF akan mendatangkan 20 Negara lain yang mendapat proyek AF untuk berkunjung ke Kota Pekalongan sebagai bukti penerapan program adaptasi perubahan iklim dari AF yang sudah dilakukan di Indonesia. Kunjungan akan diawali dengan serangkaian kegiatan di Kota Semarang.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno mengungkapkan bahwa pihaknya tahu betul kondisi di Pantai Utara Jawa ini memiliki program lingkungan luar biasa. Yang pertama penurunan permukaan tanah, dan kedua permukaan air laut yang permasalahan berkaitan dengan perubahan iklim.

“Masalah ini harus kita atasi, pasalnya problem di Pantai Utara hampir seluruh kawasan industri di Jawa Tengah berlokasi di Pantai Utara Jawa. Hampir seluruh perusahaan di sana menggunakan air tanah. Ini sudah eksisting seperti itu, harus ada upaya untuk mengonversi dari air tanah itu menjadi air baku. Kondisi ini tak bisa dihentikan butuh proses yang lama untuk mencarikan solusi pemenuhan kebutuhan air di perusahaaan. Hal ini perlu koordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota,” beber Sumarno.

Lanjut disampaikan Sumarno, permasalahan dari Brebes sampai Rembang hampir sama. Metode yang dilakukan Kemitraan harapannya bisa menjadi solusi bersama dan dapat diterapkan kabupaten/kota untuk mengatasi problem iklim.

Selanjutnya, Mikko Ollikainen is the Head of the Adaptation Fund yang diterjemahkan oleh Direktur Eksekutif Kemitraan Indonesia, Laode M Syarif menuturkan bahwa untuk proyek ini sekitar 6 juta dollar Amerika, dan Indonesia sudah dapat bantuan dari beberapa proyek. “Kita berharap bahwa ketika melakukan berbagi upaya ini dapat memperlambat penurunan muka tanah melalui penanaman bakau dan mangrove dapat memperkuat pantai di Pekalongan. Selain itu juga dapat membantu masyarakat yang terdampak untuk adaptasi perubahan,” kata Laode.

Sementara itu, Plh Sekda Kota Pekalongan, Anita Heru Kusumorini menerangkan, Kota Pekalongan terletak di pantai dan ketinggiannya sekitar satu meter di atas permukaan air laut. Sehingga dampak perubahan iklim sangat dirasakan. “Naiknya muka air laut dalam 10 tahun terakhir sangat dirasakan apalagi adanya penurunan muka tanah. Banjir rob selama 10 tahun mempengaruhi perekonomian dan sosial di Kota Pekalongan,” ungkap Anita.

Disebutkan Anita, pihaknya dibantu provinsi dan pusat sudah melakukan pembangunan tanggul rob untuk melindungi pantai dan sungai. Ini agar air sungai tak limpas ke pemukiman. Namun ini belum menyelesaikan seluruh permasalahan, ini baru mengatasi satu sisi Timur sungai Pekalongan. “Untuk sisi Barat harapan kami ditanggulangi bersama melalui dana dari Kemitraan untuk melindungi pantai di Kota Pekalongan baik dengan pembangunan breakwater atau penanaman mangrove,” jelas Anita.

Menurut Anita melalui kegiatan kunjungan 20 negara ini Pemkot Pekalongan bisa belajar dari pengalaman negara tetangga dalam mengatasi permasalahan serupa. “Negara-negara yang memperoleh dana AF tentunya mengalami permasalahan di masing-masing di negaranya serta pengalaman dalam menyelesaikan masalah mereka. Kami dapat belajar hal-hal yang dapat diterapkan di Kota Pekalongan atau di daerah lainnya,” tukas Anita.

Kunjungan 20 Negara Proyek AF Tangani Permasalahan Perubahan Iklim di Kota Pekalongan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kota Pekalongan menyambut baik adanya kegiatan Kunjungan 20 Negara Proyek Adaptation Fund (AF). Tentu hal ini akan memberikan manfaat untuk menyelesaikan permasalahan tentang perubahan iklim dan penurunan muka tanah.

Usai serangkaian talkshow dan galau diner di Hotel Padma Semarang, Asisten Administrasi Provinsi Jawa Tengah, Muhammad Arif Sambodo mengaku menyambut baik dengan gelaran yang dilakukan oleh Kemitraan kerjasama dengan AF. “Kami sangat mengapresiasi upaya ini. Pasalnya kemampuan pemerintah provinsi data kota saja tak cukup untuk menyelesaikan permasalahan ini,” kata Arif.

Pemprov Jateng akan berupaya mendukung dengan baik, harapannya bukan hanya di Kota Pekalongan, nantinya bisa diterapkan di kabupaten atau kota lain melihat Pantai Utara Jawa Tengah banyak yang berpotensi rob atau lainnya. “Kami memiliki banyak peraturan gubernur untuk mendukung penyelesaian permasalahan lingkungan seperti pergup tentang rumah kaca, pembangunan rendah karbon, dan lain sebagainya untuk dijadikan payung hukum kegiatan ini,” kata Arif.

Kemudian, Mikko Ollikainen is the Head of the Adaptation Fund mengatakan, pihaknya bisa mereplikasikan dan melaksanakan program tersebut melalui Kemitraan. “Ini sebuah proyek yang cepat dilaksanakan sekitar 16 negara di dunia, dimana jika proyek ini berhasil dan nanti akan ada sebuah proyek lebih besar lagi melanjutkan proyek asli sebelumnya,” tandas Mikko.

Sementara itu, Wali Kota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid menyampaikan Terima kasih kepada semua pihak yang sudah memberikan perhatian untuk Kota Pekalongan. “Kota Pekalongan menjadi salah satu kota yang paling terdampak perubahan iklim, berbagai sektor seperti batik, perikanan, kuliner, dan lainnya terkena imbasnya. Rob selama sepuluh tahun terakhir ini belum terselesaikan dan makin parah. Memang tak bisa melawan alam tapi kami terus berusaha karena penelitian ITB Kota Pekalongan diramalkan tahun 2035 Kota Pekalongan tenggelam,” beber Aaf.

Aaf bersama dengan masyarakat dan tokoh masyarakat Kota Pekalongan menolak Kota Pekalongan tenggelam dengan berbagai usaha. Selama ini berbagai program seperti pembangunan tanggul, sumur pompa, penanaman mangrove, dan hal lainnya terus dilakukan untuk mengentaskan Kota Pekalongan dari rob. “Semoga melalui kegiatan ini, apalagi dengan menghadirkan delegasi 20 negara dapat membawa berkah bagi kami serta menyelesaikan permasalahan rob dan perubahan iklim di Kota Pekalongan,” tukas Aaf.

Kemitraan Ajak Pengrajin Batik di Kota Pekalongan Gunakan Pewarna Alam

Seiring meningkatnya tren ‘back to nature’ penggunaan pewarna berbahan alami menjadi pilihan. Oleh karena itu, Kemitraan Indonesia mengajak para pengrajin batik di Kota Pekalongan ini kembali menggunakan pewarna alami dalam produksi batiknya seperti yang dilakukan pembatik terdahulu.

Direktur Program Kemitraan Indonesia, Dewi Rizky menjelaskan bahwa, dengan kembali ke pewarnaan alami dalam produksi batik, maka batik tulis pewarna alami yang menjadi warisan dunia itu dapat dipertahankan di Kota Pekalongan, yang juga sudah ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia oleh UNESCO.

“Dengan pewarna alami tersebut, warna pada kain batik lebih tahan lama atau tidak mudah luntur. Selain itu, proses membatik juga tidak meninggalkan limbah sebab pencelupan pada bahan pewarna dilakukan hingga seluruh bahan terserap pada kain,” ucapnya saat kegiatan  kegiatan Penutupan Country Exchange Delegates 2023, berlangsung di Hotel The Sidji Kota Pekalongan, Jumat siang (9/6/2023).

Dewi optimistis, batik dengan pewarna alami memiliki segmen pasar khusus dan mempunyai peluang untuk diterima di pasar internasional sebab tidak mencemari lingkungan. Disamping mengedukasi para delegasi dari 20 negara asing ini, Kemitraan juga akan melatih 400 orang pengrajin batik di Kota Pekalongan dengan menggunakan pewarna alami.

“Nantinya produksi batik mereka bisa memiliki harga yang memang premium dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat,” tegasnya.

Terpisah, Koordinator Pameran Batik pada Penutupan Country Exchange Delegates 2023, Dita menjelaskan, pameran batik yang dihadirkan khusus pada acara serangkaian program Adaptation Fund di Kota Pekalongan pada 7-9 Juni 2023 ini berjalan dengan lancar.

“Ada delegasi-delegasi dari 20 negara yang datang ke Kota Pekalongan untuk melihat secara langsung dan belajar pembuatan batik shibori dengan pewarnaan alami dari daun indigo,” tutur Dita.

Dita menerangkan bahwa, produk-produk batik yang ditampilkan di pameran ini merupakan hasil karya dari anak-anak muda Kota Pekalongan yang telah ikut pelatihan dari Kemitraan Indonesia. Dimana, hasil karya mereka juga sudah terjual dan banyak diminati oleh masyarakat dari negara-negara asing di dunia.

“Para tamu delegasi 20 negara juga sangat antusias sekali melihat praktek dan membeli produk-produk batik corak shibori yang menggunakan pewarna alami ini. Kami sangat senang, mereka sangat antusias dan menghargai produk-produk batik asli Kota Pekalongan. Kami juga berharap, anak-anak muda Kota Pekalongan bisa semakin banyak yang turut serta melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa,” harapnya.

Salah satu delegasi dari negara Kenya, Ms. Anne Mumbi Gateru, mengaku senang dan berkesan baik mendapat kesempatan mewakili negaranya untuk bisa saling bertukar pengalaman dan ilmu selama mengikuti program Country Exchange Delegates 2023 ini.

“Walaupun hanya beberapa hari disini, Saya mendapatkan banyak pengetahuan dan ilmu baru terkait apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan dan masyarakat dalam mengatasi dampak perubahan iklim dan melestarikan budaya batik sebagai warisan budaya bangsa. Masyarakat disini juga sangat ramah dan baik sekali. Terimakasih Kota Pekalongan sudah memberikan banyak pengalaman yang berkesan bagi Saya agar nantinya Saya bisa menerapkan hal-hal yang baik untuk negara Saya ke depan,” tandasnya.

Pameran Inovasi Kreatifitas Kota Pekalongan 2023 “Aksi Adaptasi Perubahan Iklim”

Hangatnya matahari pagi itu dimulai dengan gemuruh semangat banyak orang yang sudah berkumpul di lapangan Mataram, Kamis 20 Juli 2023 telah resmi dibuka Pameran Inovasi Kreatifitas Kota Pekalongan 2023 “Aksi Adaptasi Perubahan Iklim” oleh Walikota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid. Kegiatan kreativitas ini sebenarnya sudah rutin digelar oleh pemkot tetapi sempat ditiadakan karena adanya pandemi COVID-19. Setelah memasuki endemi, kami bekerja sama dengan Kemitraan melakukan pameran inovasi dan kreatifitas lagi agar aktivitas masyarakat menggeliat dan memulihkan perekonomian. Ada dua komponen penting dalam kegiatan pameran ini yaitu acara inti berupa pameran inovasi dan kreativitas pembangunan dan aksi adaptasi perubahan iklim dengan sub tema kolaborasi penanganan banjir rob dan tata kelola air. Diharapkan dengan kegiatan ini seluruh elemen masyarakat kota Pekalongan lebih kreatif dalam membuat sebuah inovasi yang semakin memudahkan kehidupan sekaligus tetap memperhatikan dari sisi lingkungan yang harus terus dijaga terutama dari dampak perubahan iklim yang semakin terasa.

Salah satu yang memegang peran penting dalam upaya meningkatkan kreatifitas dan mengurangi dampak perubahan iklim adalah komunitas, sebuah kelompok masyarakat yang memiliki minat, bakat dan tujuan Bersama. Ada puluhan komunitas di Kota Pekalongan, memang sebelumnya beberapa mati suri dikarenakan dahsyatnya pandemic COVID-19, namun tahun ini sudah banyak yang mulai beradaptasi dan bergerak aktif untuk mengenalkan komunitas sekaligus berkegiatan dengan ikut serta dalam event kali ini. Ada delapan komunitas yang hadir, seperti komunitas yang fokus ke lingkungan seperti Komunitas Peduli Kali Loji (KPKL), World CleanUp Day (WCD), Sapulidi, Saka Kalpataru, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU (LPBI-NU), serta komunitas yang fokus untuk memberdayakan kelompok rentan seperti Gerakan Peduli Anak Difabel (GPAD), Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA).

Banyak cara yang dilakukan stand komunitas untuk menarik perhatian pengunjung untuk bersedia melihat stand mereka. LPBI-NU dengan bangga memamerkan motor listrik mereka dan dengan senang hati memperbolehkan pengunjung untuk mencoba menggunakan motor listrik tersebut. GPAD dengan memberikan tes mata gratis dan belajar sekaligus praktek bahasa isyarat gratis secara langsung. WCD dengan membuat kampanye mengumpulkan botol plastik dapat ditukarkan dengan telur gratis dan masih banyak yang lain.

Pembelajaran yang dapat diambil, setiap elemen masyarakat kota Pekalongan mempunyai peran dan tanggungjawab masing-masing untuk mengurangi dampak perubahan iklim, tidak hanya mengandalkan pemerintah. Perlu adanya langkah-langkah kecil untuk menuju sebuah perubahan besar. Kolaborasi juga memegang peranan penting untuk saling mendukung dan mengurangi kekurangan masing-masing untuk menuju masyarakat Tangguh dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

Pameran Inovasi dan Kreativitas, Kampanyekan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim

Seiring berakhirnya pandemi Covid-19 sejak 3 tahun terakhir, saat ini masyarakat Kota Pekalongan terus bergeliat untuk memulihkan aktivitas dan perekonomiannya. Namun, di sisi lain permasalahan terkait perubahan iklim di Kota Pekalongan tampak semakin nyata di wilayah ini, seperti permasalahan banjir karena curah hujan tinggi maupun rob serta ditambah land subsidence yang relatif tinggi. Permasalahan tersebut perlu ditangani secara kolaboratif baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Pekalongan. Hal ini yang mendorong Pemerintah Kota Pekalongan untuk melaksanakan kegiatan event Pameran Inovasi dan Kreativitas Kota Pekalongan selama 3 hari, 20-22 Juli 2023. Pembukaan pameran yang mengusung tema ” Aksi Adaptasi Perubahan Iklim” itu dilakukan secara simbolis oleh Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, didampingi Ketua TP-PKK Kota Pekalongan, Hj Inggit Soraya, Kapolres Pekalongan Kota, AKBP A Recky Robertho, Kasdim 0710/Pekalongan, Mayor Kavaleri Akhmad Thohir, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dewanti, Deputi II Kantor Staf Presiden, Abetnego Tarigan, Eksekutif Direktur Adaptation Fund Yayasan Kemitraan Indonesia, Laode M Syarif, Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Jateng, Dadang Soemantri, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Ervan Maksum, Kepala Kantor BI Tegal, Taufik Amrozy, Bappeda Kota Pekalongan, Cayekti Widigdo, berlangsung di Lapangan Mataram Kota Pekalongan, Kamis (20/7/2023). Dalam pameran tersebut, terdapat beragam stand hasil produk dari inovasi dan kreativitas masyarakat dan komunitas baik berupa olahan makanan, minuman, pakaian, teknologi tepat guna, dan sebagainya.

Walikota Pekalongan yang akrab disapa Mas Aaf mengungkapkan bahwa, kegiatan pameran inovasi dan kreativitas ini sebenarnya sudah rutin digelar. Namun, sempat ditiadakan karena adanya pandemi Covid-19 dan baru di Tahun 2023 ini kembali dilaksanakan dengan bekerjasama Yayasan Kemitraan Indonesia. Menurutnya, saat ini Pemerintah Jawa Tengah tengah concern pada 3 wilayah terdampak perubahan iklim yakni Pekalongan, Kota Semarang, dan Kabupaten Demak. Padahal, potensi daerah Kota Pekalongan sebetulnya sangat luar biasa baik batik, UMKM, kuliner, dan lain-lain. Namun, permasalahan utama yang belum selesai adalah adanya bencana banjir dan rob. Dengan berbagai upaya dan perhatian dari semua pihak seperti adanya pembangunan fisik penanganan rob, bermitra dengan CSR, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, delegasi dari negara-negara asing juga telah dilakukan.

“Dari Kemitraan juga ada berbagai kegiatan yang melibatkan para relawan, aktivis, pemuda-pemudi untuk bersama-sama peduli akan dampak perubahan iklim. Kita harapkan, dampak perubahan iklim di Kota Pekalongan tidak semakin meluas,” ucapnya.

Mas Aaf menjelaskan, ada banyak investor yang masuk ke Kota Pekalongan walaupun dengan lahan wilayah yang terbatas. Tetapi, kelemahannya, mereka masih mengambil air dalam tanah, di Tahun 2023-2024 diharapkan ada jaringan baru untuk suplay air bersih.

“Kami sangat senang melihat banyak generasi muda dan pelajar untuk bersama-sama menyukseskan pameran inovasi dan kreativitas tahun ini dengan mengkampanyekan aksi adaptasi perubahan iklim,” harapnya.

Kepala Bappeda Kota Pekalongan, Cayekti Widigdo memaparkan adapun tujuan diadakannya pameran inovasi dan kreativitas ini adalah untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya aksi adaptasi perubahan iklim, sebagai wadah jejaring, keberpihakan, kebijakan, sumber pembiayaan untuk penanganan banjir dan rob serta tata kelola air di Kota Pekalongan sekaligus memberikan ruang dan apresiasi bagi peneliti atau inisiator dalam mempublikasi inovasinya. Cayekti menyebutkan, ada 2 komponen dalam kegiatan pameran ini, yakni pertama, acara inti berupa pameran inovasi dan kreativitas pembangunan “Aksi Adaptasi Perubahan Iklim” dengan sub tema kolaborasi penanganan banjir rob dan tata kelola air di Kota Pekalongan. Selanjut, acara pendukung dimeriahkan dengan kegiatan pelatihan dan lomba ecobrick yang diikuti oleh 1.400 siswa-siswi jenjang SD dan SMP, panggung seni dan kreasi anak bangsa, festival Aerial drone show, lomba murah, festival gamelan anak, lomba band kategori pelajar dan umum, serta bersih-bersih sungai bersama mahasiswa Unikal.

“Hadir sebagai peserta pameran yakni OPD Pemerintah Provinsi, Pemkot Pekalongan, kabupaten mitra dari Yayasan Kemitraan, perguruan tinggi, Dekranasda, TP PKK, Pokja Perubahan Iklim tingkat kelurahan, sekolah dari PAUD hingga SMA/SMK sederajat, Polda Jateng, Kota Samarinda, Kabupaten Maluku Tengah, Tanah Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Pinrang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Demak,” papar Cayekti.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dewanti menyambut baik atas terselenggaranya pameran inovasi dan kreativitas di Kota Pekalongan serta antusias masyarakat yang hadir di pameran itu.

Eksekutif Direktur Kemitraan Indonesia, Laode M Syarif mengucapkan terimakasih dan apresiasi atas semua pihak yang telah terlibat membantu terselenggaranya acara pameran selama 3 hari ini. Disampaikan Laode,  permasalahan rob dan penurunan muka air tanah di Pekalongan dan pantai Utara Jawa bukan hanya masalah Indonesia. Oleh karena itu, 1,5 bulan ada delegasi dari 20 negara yang hadir ke Pekalongan untuk melihat secara langsung kondisi nyata di Kota Pekalongan dan Jawa Tengah tentang bahaya banjir akibat perubahan iklim.

“Kami sangat sepakat dengan tema yang diangkat pameran inovasi dan kreativitas kali ini yakni salah satunya tentang sumber daya air, karena kita perlu tahu persis bahwa Pantai Utara Jawa seperti Pekalongan Semarang, dan Demak, penurunan muka di ketiga daerah tersebut relatif tinggi sekitar 1,15-18 sentimeter/tahun. Penyebab utamanya adalah pemakaian sumber daya air tanah yang berlebihan. Untuk mengatasinya agar masyarakat dan industri tidak menggunakan air tanah secara berlebihan adalah kapasitas PDAM harus ditingkatkan,” tegasnya.

Kemitraan Libatkan Peran Anak Muda dalam Adaptasi Perubahan Iklim

Perubahan iklim menjadi masalah global yang memerlukan perhatian serius semua pihak, salah satunya generasi muda. Pasalnya, generasi muda memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan adaptasi perubahan iklim. Dimana, hal ini memerlukan upaya nyata dalam mempersiapkan generasi muda sebagai generasi penerus yang tangguh dan mampu mengatasi perubahan iklim. Oleh karena itu, Kemitraan Indonesia melibatkan generasi muda sebagai pelaku dan penggerak masyarakat dalam upaya penyadaran publik terkait perubahan iklim. Hal ini terungkap dalam kegiatan Media Gathering Pekan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim “Hasil dan Pembelajaran Program Adaptation Fund di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Kemitraan Indonesia dengan mengundang sejumlah awak media online, TV, radio, maupun cetak, berlangsung di Ruang Jlamprang Setda Kota Pekalongan, Jumat sore (21/7/2023).

Direktur Program Kemitraan Indonesia, Dewi Rizky mengungkapkan bahwa, proyek Adaptation Fund di Indonesia, selain di Kota Pekalongan juga dilaksanakan di beberapa daerah lainnya diantaranya 4 kabupaten yang dialiri Sungai Sadang, Sulawesi Selatan (Enrekang, Pinrang, Toraja, dan Toraja Utara), Bulukumba, Sulawesi Selatan, Samarinda, dan Maluku Tengah. Dengan adanya dana program Adaptation Fund yang disalurkan melalui Kemitraan diharapkan bisa mendorong Indonesia dalam pencapaian adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi bisa sesuai dengan yang ditargetkan.

“Kita libatkan anak-anak muda juga karena dari kita untuk kita, dalam hal ini, dari Kota Pekalongan untuk Kota Pekalongan. Kemitraan hanya sebagai fasilitator,”ucapnya.

Dewi menjelaskan, meskipun menghadapi tantangan, anak muda Kota Pekalongan memiliki peluang untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan melalui pendidikan lingkungan yang lebih menyeluruh, pemberian informasi yang lebih mudah diakses dan dipahami, serta pelibatan anak muda dalam kegiatan-kegiatan lingkungan yang menyenangkan. Ia menilai, antusias generasi muda di Kota Pekalongan dalam proyek Adaptasi Perubahan Iklim ini sangat besar sekali. Bahkan, Dewi mengaku terharu sekali, mereka yang mayoritas juga merasakan perubahan iklim karena bertempat tinggal di wilayah yang terdampak banjir dan rob, sehingga mereka benar-benar bertekad menolak Kota Pekalongan tenggelam. Dengan semangat itulah akhirnya mereka gotong-royong dan bahu membahu untuk menciptakan suasana adaptif bagaimana bisa tetap berdampingan dengan kondisi alam saat ini.

“Ini yang kami inginkan, bagaimana semua melihat kolaborasi antara pemerintah, non pemerintah dan masyarakat bisa berjalan dengan baik. Sebab, adaptasi perubahan iklim itu tanggung jawab semua pihak, bukan hanya pemerintah saja.