Wakil Walikota Salahudin Terus Dorong Inovasi dan Kepedulian Perubahan Iklim

Pameran Inovasi dan Kreativitas Kota Pekalongan Tahun 2023 yang mengusung tema “Aksi Adaptasi Perubahan Iklim” resmi ditutup oleh Wakil Walikota Pekalongan, H Salahudin, didampingi Ketua I TP PKK Kota Pekalongan, Hj Istiqomah, dan dihadiri oleh sejumlah perwakilan Forkopimda, kepala OPD, instansi terkait hingga ratusan masyarakat yang hadir, berlangsung di Lapangan Mataram Kota Pekalongan, Sabtu malam (22/7/2023).

Wawalkot Salahudin menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya pameran ini dan animo masyarakat  yang telah berkunjung ke pameran ini sejak dibuka pada tanggal 20 Juli 2023 lalu. Menurutnya, dalam pameran ini, pengunjung telah menyaksikan beragam ide dan inovasi menarik yang dihasilkan oleh berbagai elemen masyarakat baik dari dalam Kota Pekalongan, hingga dari luar wilayah Kota Pekalongan. Hal ini cukup menjadi bukti nyata bahwa, semangat inovasi dan kepedulian terhadap perubahan iklim juga kelestarian lingkungan masih ada dan terus digelorakan.

“Ini adalah kerja besar untuk menyosialisasikan tentang adaptasi perubahan iklim. Kegiatan ini tentu saja bisa dijadikan sarana untuk mengundang masyarakat sekaligus sarana sosialisasi bahwa perubahan iklim itu nyata adanya dan mempengaruhi perubahan kondisi tempat tinggal masyarakat terutama mereka yang tinggal di pesisir Utara Pekalongan,” terangnya.

Melalui pameran ini, Wawalkot Salahudin berharap, kegiatan ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih tentang urgensi perubahan iklim. Karena sejatinya perubahan iklim bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan, dan dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat lebih peduli dan turut bertindak secara aktif untuk menjaga lingkungan.

Lebih lanjut, ia menilai, dari pameran ini pun harapannya dapat menjadi momentum dari awal perjalanan panjang Kota Pekalongan dalam memperkuat kolaborasi dan sinergitas anatara berbagai dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi.

Pihaknya yakin, dengan kerja sama yang kuat mampu bersama-sama menciptakan solusi yang komprehensif dan efektif dalam menghadapi perubahan iklim.

“Sehingga, inovasi dan kreativitas dalam melakukan adaptasi perubahan iklim itu perlu dilakukan. Sebagai contoh, di Kelurahan Degayu, kita akan buat Wisata Kampung Apung, produk-produk tanaman bakau bisa dimanfaatkan menjadi olahan yang menarik dan memberikan kemanfaatan yang lebih besar. Pasalnya, lahan di wilayah Kota Pekalongan yang sudah terkena rob ratusan hektar, sehingga sangat sayang jika tidak dimanfaatkan,” tandasnya.

Pada penutupan pameran tersebut, Wawalkot Salahudin didampingi Hj Istiqomah dan Plh Sekda Kota Pekalongan, Anita Heru Kusumorini juga menyerahkan sejumlah penghargaan dan hadiah pemenang lomba-lomba pendukung yang memeriahkan acara tersebut diantaranya lomba mural, lomba ecobrick, lomba stand terbaik, lomba band, dan sebagainya.

Kegiatan Catur Pilar Kecamatan Pekalongan Timur

Dalam kegiatan Catur Pilar Tingkat Kecamatan Pekalongan Timur yang mengusung tema “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim” ini Wali Kota Pekalongan, H.A. Afzan Arslan Djunaid, S.E., memberikan pesan kepada masyarakat untuk siap menghadapi dan melakukan adaptasi perubahan iklim. Dikarenakan di Kota Pekalongan, dampak perubahan iklim sudah dirasakan salah satunya banjir rob, Selasa (25/7/2023).

Menurut Walikota Pekalongan, berbagai tantangan tersebut membutuhkan langkah antisipasi lebih dini agar Indonesia dan khususnya Kota Pekalongan mampu beradaptasi dan melakukan mitigasi secara tepat. Masyarakat harus ikut berperan dalam mitigasi dengan melakukan hal-hal kecil namun dapat berdampak positif terhadap langkah adaptasi perubahan iklim.

Terkait pesan tersebut, Camat Pekalongan Timur, Darminto, S.I.P, M.M. menyampaikan bahwa pihaknya selalu mengajak masyarakat di wilayahnya untuk melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Selain menjaga kerusakan lingkungan, masyarakat juga sudah mulai melakukan inovasi sebagai langkah adaptasi jika dampak perubahan iklim semakin besar.

Pada gelaran Pameran Inovasi dan Kreativitas Kota Pekalongan Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan, Kecamatan Pekalongan Timur ikut berpartisipasi dalam gelaran tersebut dengan menampilkan hasil produk inovasi dan kreativitas dari warga kami yang wilayahnya terdampak perubahan iklim yakni kampung Proklim Gamer, yang mana diantaranya padi apung, sayuran apung dan tanaman-tanaman lain yang bisa ditanam dan hidup di wilayah yang terdampak rob.

Dengan adanya Kegiatan Catur Pilar yang mengangkat tema “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim” ini masyarakat dapat mengetahui langkah dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapi dan meminimalisir dampak perubahan iklim. Sebab di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur sendiri masih ada beberapa titik lokasi yang terdampak banjir rob.ini,

Harapannya, dengan adanya kegiatan ini, masyarakat mengetahui dan memahami bagaimana menyikapi situasi dan kondisi adanya dampak perubahan iklim ini agar mereka tetap dapat beraktivitas, serta berinovasi untuk keberlangsungan hidupnya ke depan, sehingga perekonomian tetap berjalan dengan baik dan lancar.

Masyarakat Diharapkan Berperan Hadapi dan Minimalisir Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim telah mengubah beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, mulai dari meningkatnya suhu, mencairnya es yang menaikkan muka air laut, hingga cuaca ekstrem. Adaptasi tak bisa ditunda lagi. Upaya aktif berbagai pihak untuk mengatasi terjadinya perubahan iklim perlu terus dilakukan oleh seluruh pihak termasuk peran dari masyarakat itu sendiri untuk siap menghadapi dan meminimalisir dampak perubahan iklim yang ditimbulkan.

Menyikapi hal tersebut, Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid mendorong masyarakat Kota Pekalongan agar mengubah pola kebiasaan hidup baru untuk lebih siap menghadapi dan meminimalisir perubahan iklim. Mengingat, isu perubahan iklim ini sudah menjadi isu di dunia dan efek yang dirasakan oleh masyarakat sangat luar biasa baik dari sisi kesehatan, lingkungan, dan sebagainya.

“Seperti di negara-negara Eropa yang semula tidak pernah terjadi cuaca panas diatas 30 derajat, sekarang terjadi panas diatas 35 derajat, bahkan di Asia Tenggara, India, Thailand hampir 45 derajat. Kemudian, di Timur Tengah yang semulanya sangat panas luar biasa, tetapi pada tahun ini ditemukan hujan salju dan curah hujan yang tinggi, sehingga di Jeddah, Madinah, Mekah, di gurun-gurun batu tumbuh rumput. Disusul Indonesia, biasanya dulu bisa diprediksi mulai Bulan Oktober sampai Januari terjadi curah hujan tinggi sekali, setelah itu landai, kemudian musim panas. Tetapi, saat ini di akhir Bulan Juli hujan masih terjadi di Jawa Tengah. Oleh karena itu, perubahan iklim ini harus kita sikapi bersama dengan perilaku adaptasi terhadap perubahan yang terjadi,” terangnya saat memberikan pengarahan pada acara pertemuan Catur Pilar tingkat Kecamatan Pekalongan Timur  dengan mengusung tema “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim”, berlangsung di Aula Kecamatan Pekalongan Timur, Selasa siang (25/7/2023).

Menurutnya, berbagai tantangan tersebut membutuhkan langkah antisipasi lebih dini agar Indonesia dan khususnya Kota Pekalongan mampu beradaptasi dan melakukan mitigasi secara tepat. Masyarakat bisa ikut berperan dalam mitigasi dengan melakukan hal-hal kecil namun dapat berdampak positif terhadap perubahan iklim yang terjadi seperti mencintai alam dan menjaga lingkungan, tidak menebang pohon, tidak membuang sampah sembarangan, membatasi penggunaan kendaraan bermotor, mulai beralih ke sarana transportasi umum, menghemat penggunaan listrik dan air, mengurangi penggunaan sampah plastik, dan menanam pohon di lingkungan sekitar.

” Gali potensi yang ada di wilayah sekitar. Mudah-mudahan pertemuan ini memberikan mnfaat yang besar dan masyarakat yang hadir mewakili warga bisa  menginformasikan kepada keluarganya, kerabat, tetangga, dan warga lainnya bahwa kita semua harus aware akan dampak perubahan iklim dan menyiapkan langkah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi,” tegasnya.

Sementara itu, Camat Pekalongan Timur, Darminto menjelaskan, kali ini pertemuan catur pilar di tingkat Kecamatan Pekalongan Timur mengusung tema “Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim”. Tema ini sangat tepat diusung karena di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur sendiri, masih ada beberapa titik lokasi yang terdampak banjir rob. Disampaikan Darminto, dengan pertemuan ini, masyarakat bisa mengetahui langkah dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapi dan meminimalisir dampak perubahan iklim.

“Belum lama ini, pada gelaran Pameran Inovasi dan Kreativitas Kota Pekalongan Tahun 2023 “Aksi Adaptasi Perubahan Iklim” yang diselenggarakan oleh Pemkot, kami dari Kecamatan Pekalongan Timur juga turut terlibat dalam menampilkan hasil produk inovasi dan kreativitas dari warga kami, diantaranya padi apung, sayuran dan tanaman-tanaman lain yang bisa ditanam dan hidup di wilayah yang terdampak rob. Harapannya, dengan adanya acara ini, masyarakat paham bagaimana menyikapi situasi dan kondisi perubahan iklim ini dan mereka tetap bisa beraktivitas, dan berinovasi untuk keberlangsungan hidupnya ke depan,” pungkasnya.

Pemkot Pekalongan dan Kemitraan Susun RAD-API

Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan bersama Kemitraan Indonesia menginisiasi penyusunan Dokumen Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim Kota Pekalongan (RAD API) Kota Pekalongan. Hal ini dilakukan untuk merespon kerentanan dan mengurangi kerugian akibat perubahan iklim yang terjadi.

Wawalkot Salahudin menyampaikan bahwa, dokumen RAD-API ini disusun secara bottom-up dengan melibatkan LSM, perangkat kelurahan dan kecamatan, tokoh masyarakat, dan akademisi yang menjadi kesepakatan Rencana Aksi Daerah untuk menghadapi perubahan iklim.

“Karena itu bottom up, kami harapkan, penyusunan RAD-API itu menjadi solusi yang disepakati dan dijalankan oleh semua komponen, termasuk semua OPD yang terlibat dalam penyusunan dokumen ini,” tuturnya usai membuka kegiatan Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim Kota Pekalongan tingkat Kota dan Kecamatan di Ruang Jlamprang Setda setempat, Rabu (9/8/2023).

Menurutnya, tentu setelah tersusun menjadi dokumen, maka Pemkot berkewajiban menyediakan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan itu, disamping peraturan yang dibuat seperti Perda Rencana Tata Ruang, pemberian izin bangunan-bangunan maupun pemanfaatan SDA yang dapat memicu sesuatu yang kurang baik. Pihaknya menginginkan adaptasi perubahan iklim bisa diupayakan solusinya bersama-sama.  Wawalkot Salahudin menginginkan, Kota Pekalongan sebagai kota yang religius tidak henti-hentinya  semua elemen masyarakat diajak untuk sama-sama berdoa agar Kota Batik ini aman dari dampak perubahan iklim.

“Langkah secara sains, akademis, konseptual juga sudah kita lakukan, tetapi harus didasari pula dengan perubahan perilaku hubungan warga Kota Pekalongan dengan Tuhannya, sehingga Kota Pekalongan ini bisa menjadi daerah yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, agar permasalahan dampak perubahan iklim seperti rob dampaknya tidak terlalu signifikan di masyarakat,” tegasnya.

Sementara itu, Peneliti Kemitraan Indonesia, Heri Sulistio menerangkan, dalam penyusunan RAD-API ini berisikan bagaimana Pemkot bisa merespon kerentanan dan mengurangi kerugian akibat perubahan iklim, seperti dibangunnya tanggul, pemecah ombak, dan lainnya.

“Untuk mengurangi kerugian dan kerentanan akibat perubahan iklim baik dari sisi kesehatan, potensi penyakit, dan lain-lain. Misalnya kita buat konsep MCK yang bisa beradaptasi terhadap situasi dan kondisi di lingkungan wilayah tersebut.

Heri menambahkan sosialisai ini bertujuan untuk membangun Kota Pekalongan yang tahan terhadap dampak perubahan iklim. Penyusunan dokumen RAD API ini bisa menjadi dasar apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat dan dikontribusikan pemerintah agar semua pihak bisa turut berkontribusi dengan kapasitasnya masing-masing.

“Bagaimana kita tahan terhadap dampak perubahan iklim, kerugian yang ditimbulkan tidak semakin besar, dan kita tidak gampang sakit maupun rentan terhadap hal-hal lain,” pungkasnya.

Kemitraan Ajak Anak Muda Kota Pekalongan Rembug Penanganan Krisis Air

Krisis air bersih menjadi salah satu tantangan yang sedang dihadapi oleh Kota Pekalongan sebagai dampak dari adanya perubahan iklim. Dalam satu dekade terakhir, kenaikan muka air laut yang masif menyebabkan banjir rob dan intrusi ke sumber air yang selama ini menjadi tumpuan warga, sehingga tidak hanya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan melainkan juga berdampak pada terganggunya mata pencaharian serta sumber ekonomi khususnya para perajin batik.

Alokasi anggaran serta program pembangunan di Kotal Pekalongan juga belum mampu menyelesaikan persoalan kelangkaan air bersih dan banjir rob di tengah warga. Pada sisi lain, anak muda yang jumlahnya hampir setengah penduduk Kota Pekalongan belum terlihat mengangkat isu krisis air dan penanganan banjir rob sebagai salah satu tema dalam percakapan di dunia maya, meskipun berdampak pada aktivitas mereka sehari-hari. Hal inilah yang mendasari Kemitraan Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memiliki perhatian terhadap isu adaptasi perubahan iklim di Kota Pekalongan melibatkan anak muda untuk rembug bareng terkait Penanganan Krisis Air di Kota Batik yang dikemas dalam kegiatan Youth Camp “Water and Flood Management” mulai tanggal 25-28 Agustus 2023. Kegiatan ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran para anak muda (umur 18-26 tahun) Kota Pekalongan terhadap permasalahan daerahnya, salah satunya terkait krisis air bersih dan banjir rob, berlangsung di La Ranch Glamping  Adventure Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan.

Selain dari KEMITRAAN, kegiatan ini turut dihadiri oleh narasumber ahli, antara lain; Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI-KLHK), perwakilan Bappeda,  Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup dan PDAM Kota Pekalongan. Hadir juga sebagai narasumber dari masyarakat sipil, yakni Kepala Biro Harian Kompas Jawa Tengah dan DIY.

Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan Andi Kiki mengungkapkan bahwa, krisis air bersih menjadi salah satu tantangan yang sedang dihadapi Kota Pekalongan sebagai dampak dari perubahan iklim. Dalam satu dekade terakhir, kenaikan muka air laut yang masif menyebabkan banjir rob dan intrusi ke sumber air yang menjadi tumpuan warga. Menurutnya, Kegiatan Youth Camp ini diawali dengan pemahaman anak muda terhadap isu demokrasi dan tata kelola pemerintahan daerah, termasuk peran anak muda dan masyarakat sipil di anak muda di dalamnya. Sehingga, diharapkan berkontribusi dalam implementasi tata kelola pemerintahan. yang baik (Good Governance) di daerahnya.

“Melalui serangkaian diskusi interaktif dan intensif, kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat sipil dan anak muda dalam penyelesaian problem yang ditimbulkan dari dampak. perubahan iklim di Kota Pekalongan,” terang Andi.

Andi menjelaskan, pada akhir kegiatan ada penyerahan petisi kepada Pemkot Pekalongan terkait penanganan krisis air bersih dan banjir rob.

“Kami berharap anak-anak muda Kota Pekalongan bisa berkontribusi dan melakukan sebuah perubahan untuk Kota Pekalongan yang lebih baik,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Perekonomian, Sumber Daya Alam dan Infrastruktur Kewilayahan Bappeda Kota Pekalongan, Imron Rosyidi mengatakan, air, banjir dan rob ini menjadi salah satu masalah utama di Kota Pekalongan.

“Pemkot Pekalongan sejauh ini sudah berupaya keras untuk menanganinya. Tapi, tentu tidak cukup dari pemerintah, masih sangat dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak lain, baik dari masyarakat maupun NGO,” paparnya.

Andi berharap, “Youth Camp” tersebut bisa menambah banyak kader secara sadar untuk mengambil peran dalam penanganan banjir dan rob di Kota Pekalongan. Dimana, anak-anak muda yang mengikuti kegiatan tersebut diharapkan bisa menjadi inspirasi anak-anak muda Kota Pekalongan lainnya.

“Kami berharap mereka akan menjadi penggerak di lingkungannya masing-masing, kemudian mengajak kelompok masyarakat yang lebih banyak lagi untuk turut andil dalam penanganan banjir dan rob,” pungkasnya

Anak Muda Kota Pekalongan Didorong Suarakan Penanganan Perubahan Iklim

Perubahan iklim atau climate change merupakan salah satu ancaman global yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Saat ini, efek perubahan iklim semakin memburuk dan berpotensi mengancam kelangsungan hidup manusia. Masyarakat Indonesia khususnya Kota Pekalongan pun kini sudah mengalami dampak nyata dari perubahan iklim, di antaranya adalah cuaca ekstrem, bencana hidrologi seperti tanah longsor dan banjir, serta kelangkaan air. Oleh karena itu, generasi muda atau anak-anak muda di Kota Pekalongan  didorong menjadi agen perubahan untuk menyuarakan sekaligus melakukan aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim. Hal ini disampaikan oleh Manager Program Pendanaan Perubahan Iklim Kemitraan Indonesia, Abimanyu Sasongko Aji saat menutup Kegiatan Youth Camp “Water and Flood Management” mulai tanggal 25-28 Agustus 2023. Kegiatan ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran para anak muda (umur 18-26 tahun) Kota Pekalongan terhadap permasalahan daerahnya, salah satunya terkait krisis air bersih dan banjir rob, berlangsung di La Ranch Glamping  Adventure Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, Senin siang (28/8/2023).

” Dari kegiatan ini diharapkan para anak muda Kota Pekalongan bisa menjadi kader-kader pembaharu dan agen perubahan yang bisa menyampaikan isu-isu lingkungan ke teman-temannya dan lingkungannya masing-masing,” ucap Aji, sapaan akrabnya.

Menurutnya, untuk tindaklanjut dari kegiatan ini, maka Kemitraan Indonesia akan mengupayakan lebih banyak lagi kolaborasi dengan para anak muda khususnya di Kota Pekalongan untuk ikut terlibat dalam isu-isu pembangunan dan lingkungan karena wilayah ini rawan banjir dan rob. Sehingga, pihaknya berharap, para anak muda ini bisa memberikan aspirasi-aspirasinya juga ke tingkat pemerintah baik Pemkot, kelurahan, kecamatan apabila ada rembug terkait pembangunan di wilayahnya. Disampaikan Aji, ada beberapa hal yang menjadi isu di Kota Pekalongan diantaranya penumpukan sampah yang tidak terkontrol, limbah pabrik, dan sebagainya. Sehingga, harapannya anak-anak muda ini bisa ikut menyumbang pikiran dan tenaga untuk mengatasi limbah batik dan pencermaran lingkungan di sungai-sungai.

“Kami harap, sungai-sungai di Kota Pekalongan bisa menjadi penghidupan yang baik untuk masyarakat kota pekalongan. Mereka bisa menjadi contoh bagaimana mengolah dan membuang sampah dengan baik dan benar bahkan mereka bisa mengambil keuntungan dari sampah yang ada, dimana ternyata sampah bisa menjadi berkah tersendiri jika diolah menjadi barang-barang bernilai ekonomi tinggi,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Bappeda Kota Pekalongan, Cayekti Widigdo melalui Jabatan Fungsional Perencana Muda, Diah Wahyuningrum mengapresiasi adanya kegiatan Youth Camp yang diinisiasi oleh Kemitraan Indonesia dengan menggandeng para anak muda Kota Pekalongan untuk turut serta menangani dampak perubahan iklim di Kota Pekalongan. Pada kesempatan tersebut, pemuda-pemudi Kota Pekalongan yang merupakan perwakilan dari mahasiswa dan karang taruna di masing-masing kelurahan terdampak perubahan iklim di Kota Pekalongan juga mengajukan petisi terkait perbaikan tata kelola air dan banjir rob. Salah satu isinya yaitu penanganan banjir rob belum dilaksanakan secara optimal, terlihat dari krisis air bersih yang dialami sebagian warga Kota Pekalongan yang wilayahnya masih tergenang. Sehingga dapat menindaklanjuti aspirasi mereka yaitu pemerintah harus menjamin ketersediaan air bersih bagi masyarakat. Disamping itu, perlu adanya sosialisasi terkait kewenangan (pusat, provinsi, dan kota) dalam pelaksanaan regulasi yang berkaitan dengan banjir dan rob.

“Saat ini Pemkot Pekalongan melalui Bappeda masih menyusun dokumen rencana untuk 30 tahun ke depan atau sampai Tahun 2045. Harapannya mereka nanti yang akan menjadi penggerak pembangunan, sehingga mereka mampu memunculkan ide-ide kreatif untuk membawa Kota Pekalongan ke dalam perubahan yang baik,” ungkap Diah.

Dari kegiatan selama 4 hari ini, kata Diah,  anak-anak muda di Kota Pekalongan diharapkan mampu membawa perubahan perilaku di tengah masyarakat. Pasalnya, perubahan perilaku masyarakat di suatu daerah pengaruhnya akan sangat besar terhadap dampak perubahan iklim yang semakin lama semakin masif.

“Dari petisi yang diserahkan tadi ke pemerintah melalui Bappeda, kami akan membawa masukan-masukan itu ke rencana pembangunan yang saat ini tengah digodok dan diolah untuk menerima masukan dari berbagai unsur masyarakat dan generasi dari pelajar, anak muda, dan disabilitas, dan sebagainya,” tandasnya.

Tangani Banjir dan Rob, Pemkot-Kemitraan Mulai Bangun Infrastruktur November Mendatang

Sinergi antara Pemerintah Kota Pekalongan dengan Kemitraan Indonesia melalui program Adaptation Fund direncanakan akan dimulai pada bulan November 2023 mendatang dengan berbagai pembangunan pekerjaan infrastruktur sebagai upaya untuk mencegah banjir rob di Kota Pekalongan.

Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Program Kemitraan Indonesia, Dewi Rizky pada kegiatan Lokalatih Kerangka Pengaman Sosial dan Free Prior Informed Consent (FPIC), berlangsung di Hotel Howard Johnson, Selasa (24/10/2023). Ia menjelaskan beberapa intervensi infrastruktur yang segera dibangun antara lain, breakwater, MCK, aqua dan urban warming, pembangunan resort di Pusat Informasi Mangrove (PIM), TPS3R dan pelatihan batik dengan warna alami, “Semua pihak itu paham dan menyetujui sehingga tidak ada komplain atau klaim dari masyarakat karena ini dari kota Pekalongan untuk Pekalongan, dukungan tinggi masyarakat sangat kita butuhkan dalam proses sampai juga pelaksanaan nanti,” terangnya.

Ia menegaskan bahwa perencanaan infrastruktur ini dibuat bersama dengan pemerintah kota setempat sehingga pembangunan tersebut menjawab usulan kebutuhan dari pemerintah kota Pekalongan, “Kemitraan hanya menjadi fasilitator dari bagaimana mengatasi perubahan iklim di kota Pekalongan, diharapkan dengan adanya kerjasama ini apa yang sudah dirancang dapat berjalan sesuai tract lalu apa yang sudah dibangun dapat termaintence dengan baik,” tuturnya.

Terkait breakwater atau pemecah gelombang disampaikan Dewi akan dibangun berdekatan dengan krematorium, kira-kira 150 meter dari bibir pantai, diharapkan dapat membentuk sedimentasi sehingga mangrove dapat tumbuh dan mampu mengurangi tekanan dari arus ke daerah pantai, “Untuk TPS3R kita akan identifikasi yang diperlukan di sebelah mana dekat, rencananya yang berdekatan dengan TPA, sedangkan MCK akan kita bangun 7 unit MCK baru, 9 lainnya rehab,” tandasnya.

Dewi menambahkan pada bulan November mendatang, peletakan batu pertama pembangunan semua infrastruktur akan dilakukan dan dilanjutkan dengan pengerjerana, harapannya masyarakat dan semua pihak terkait memahami bahwa pembangunan infrastruktur segera dimulai untuk mengatasi perubahan iklim di Kota Batik.

Dukung UMKM Naik Kelas, Kemitraan Indonesia Siap Dampingi Penguatan Pemberdayaan Masyarakat

Selain membantu penanganan banjir dan rob dari pembangunan infrastruktur, Kemitraan Indonesia siap mendukung penguatan pemberdayaan masyarakat di Kota Pekalongan, salah satunya terhadap pengembangan usaha Kelompok Tani Usaha Tani Mandiri (KT Utari) Padukuhan Kraton, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan untuk bisa naik kelas. Dimana, Kemitraan berupaya membantu pengoptimalan perluasan pemasaran usahanya.

Seperti diketahui,  KT Utari sendiri merupakan kelompok tani yang berupaya pengoptimalan lahan dengan menanam sejumlah komoditas diantaranya terong ungu, cabai, kucai, seledri, tomat, pare, hingga kemangi. Dimana, mereka meningkatkan daya jual produknya dengan mengolah hasil panennya ini menjadi makanan ringan atau cemilan, meliputi stik kucai, stik seledri, stik kemangi, jenang dan bolu terong ungu, nugget kemangi, dan sebagainya.

Direktur Program Kemitraan Indonesia, Dewi Rizky mengapresiasi hasil kreasi produk dari KT Utari Padukuhan Kraton Kota Pekalongan. Menurutnya, hasil produk KT Utari bisa bersaing dengan produk-produk lain yang dijual di minimarket maupun supermarket, tinggal dioptimalkan saja pemasarannya agar bisa dikenal oleh masyarakat luas.

“Produk seperti ini juga sudah dilakukan oleh Adaptation Fund (AF) Sulawesi Selatan dan sudah masuk ke UMKM setempat serta sudah dipasarkan ke pasar-pasar yang levelnya sudah tinggi seperti di minimarket,” ucapnya saat melakukan kunjungan lapangan ke Rumah Industri KT Utari yang beradi di Kelurahan Padukuhan Kraton, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Kamis (26/10/2023).

Dewi mendorong Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan bisa berkolaborasi dengan Fasilitator Kelurahan (Faskel) dan Koordinator KT Utari untuk dibantu pemasaran produk-produk KT Utari ini ke tingkat yang lebih tinggi. Pasalnya, produk kreasi ini merupakan hasil olahan pangan lokal yang akan berdampak positif pada peningkatan pundi-pundi penghasilan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam KT Utari ini.

“Kami melihat semua tanah kosong dimanfaatkan dan diberdayakan untuk bisa ditanami aneka jenis tanaman. Ini yang harus didukung bersama, karena tanpa dukungan bersama, hasil dan keahlian yang dimiliki tidak akan berjalan dengan baik. Kalau hanya sekedar lewat bazar saja, tidak semua orang mengetahui dan melihat produknya. Sehingga, ini harus dibantu perluasan market yang lebih tinggi lagi agar produknya dikenal masyarakat luas,” tegasnya.

Pihaknya berharap, dari hasil kreasi produk yang sudah dihasilkan ini, pemasaran produknya bisa semakin meluas baik ke luar kota, nasional, bahkan naik kelas Go Internasional. Disamping itu, Kemitraan Indonesia juga memfasilitasi perolehan Sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Sertifikasi halal. Namun, ke depannya hingga Juli 2024, Dewi berharap, ada usulan pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

“Misalnya, mereka butuh pelatihan pengemasan (packaging), perhitungan biaya bisnis, pembukuan, hingga pemasaran. Ini harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sendiri. Kemitraan hanya bisa membantu memfasilitasi,” harapnya.

Sementara itu, Koordinator KT Utari Padukuhan Kraton, Ratna menyambut baik adanya program Kemitraan Indonesia di Kota Pekalongan. Ratna mengaku, ia sangat terbantu adanya program Kemitraan mulai saat ia merintis usaha bersama ibu-ibu kelompok tani Utari dibawah bimbingan Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) Kota Pekalongan.

“Dari mulai pengolahan produk, kami mendapat bimbingan dari Kemitraan, bagaimana cara pembukuan, cara mendapatkan PIRT dan sertifikasi halal, serta pemasaran online. Alhamdulillah, kami sudah bisa memperoleh PIRT dan sertifikasi halal. Harapan kami, program Kemitraan ini bisa diperpanjang agar lebih banyak lagi kelompok tani dan masyarakat Kota Pekalongan yang terbantu,” pungkasnya.

Pemkot dan Kemitraan Bekerjasama Bangun Infrastruktur Break Water

Kota Pekalongan- Kemitraan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pekalongan melalui Program Adaptation Fund (AF) Pekalongan melakukan groundbreaking pembangunan infrastruktur, yaitu pembangunan breakwater atau pemecah gelombang. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Wali Kota Pekalongan H.A Afzan Arslan Djunaid, Direktur Eksekutif Kemitraan Indonesia, Laode M Syarif, perwakilan Provinsi Jawa Tengah, perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perwakilan Forkopimda, yang berlangsung di Kawasan PIM Kota Pekalongan, Kamis (30/11/2023).

Walikota Pekalongan yang akrab dipanggil Mas Aaf mengaku hal ini adalah berkah bagi Kota Pekalongan atas kerjasama dengan Kemitraan melalui Adaptation Fund. Aaf juga menekankan kepada anak-anak muda, pegiat lingkungan, relawan dan semua pihak agar peduli terhadap lingkungan Kota Pekalongan.

“Ini lho dari luar Pekalongan saja peduli, Kalau dari luar saja peduli sedangkan masyarakat Kota Pekalongan tidak peduli ini kita malu. Mudah-mudahan bisa bersama sama mencegah dan mengurangi dampak signifikan dari perubahan iklim,” tambah Aaf.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Kemitraan Indonesia menjelaskan dalam proyek pembangunan breakwater (pemecah gelombang) ini sebagai upaya penahan sedimen mengingat di wilayah pesisir ini banyak pohon mangrove yang sudah besar pun mati. “Kalau naik dari laut, ketika kembali ke laut, sebagian sedimen bisa tertahan, dimana diharapkan akan berkurang arus gelombang air lautnya. Sehingga, mangrove-mangrove yang ada bisa tetap bertahan,” ungkap Laode.

Laode menambahkan, jika upaya ini sudah berhasil, maka akan ditambah dengan penanaman mangrove-mangrove yang baru. Selain itu, Kemitraan Indonesia juga akan memfasilitasi peningkatan pembaharuan maupun rehabilitasi MCK bagi warga Kota Pekalongan. “Kemitraan juga berupaya memfasilitasi program dari sisi sektor perikanan dan pertanian untuk membantu perekonomian warga sekitar, diantaranya di Kelurahan Kandang Panjang dan Bandengan,” tuturnya.

Tim Dokumentasi Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kota Pekalongan

Dukung Pengembangan Ekowisata, Kemitraan dan Pemkot Bangun Breakwater di Kawasan PIM Pekalongan

Kemitraan Indonesia melalui Program Adaptation Fund bekerjasama dengan Pemerintah Kota Pekalongan terus berupaya mendorong ketahanan masyarakat pesisir Kota Pekalongan melalui pembangunan infrastruktur dan sarana pendukung. Adapun infrastruktur dan sarana pendukung tersebut yakni dengan dibangunnya breakwater (pemecah gelombang) dan bangunan penunjang ekowisata yang  diawali dengan Groundbreaking (Peletakan Batu Pertama) proyek pembangunan infrastruktur yang berada di Pusat Informasi Mangrove (PIM), Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan oleh Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, Direktur Eksekutif Kemitraan Indonesia, Laode M Syarif, perwakilan Provinsi Jawa Tengah, perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perwakilan Forkopimda, berlangsung di Kawasan PIM Kota Pekalongan, Kamis (30/11/2023). Pembangunan infrastruktur berupa breakwater sebanyak 2 unit berukuran panjang 150 meter, lebar 19 meter dengan ketinggian 3 meter ini dilakukan untuk penguatan ekosistem mangrove dalam upaya mendukung pengembangan ekowisata di kawasan PIM Kota Pekalongan.

Usai melaksanakan groundbreaking, Walikota Pekalongan yang akrab disapa Mas Aaf mengaku bersyukur Kota Pekalongan mendapatkan berkah fasilitasi proyek pembangunan infrastruktur kerjasama program Adaptation Fund dari Kemitraan Indonesia. Mengingat, Kota Pekalongan merupakan satu dari sekian wilayah pesisir di Indonesia yang merasakan dampak perubahan iklim paling nyata, dan bersifat multisektor.

“Kota Pekalongan menjadi wilayah di Jawa Tengah yang mengalami perubahan iklim paling parah. Saya tekankan kepada anak-anak muda terutama pegiat lingkungan, relawan dan masyarakat bahwa pihak dari luar wilayah Kota Pekalongan (Kemitraan) saja peduli dengan Kota Pekalongan, sebelumnya dari Kemitraan sudah membawa delegasi 20 negara untuk melihat langsung kondisi Kota Pekalongan akibat dampak perubahan iklim ini,” ucapnya.

Mas Aaf menegaskan, dari pihak luar Kota Pekalongan saja memiliki rasa kepedulian tinggi untuk memikirkan penanganan masalah dan ikut andil memfasilitasi program pembangunan di Kota Pekalongan. Oleh karena itu, masyarakat Kota Pekalongan sendiri juga harus aware dan peduli terhadap apa yang terjadi di wilayahnya.

“Sebab, penanganan dampak perubahan iklim ini tidak hanya bergantung pada peran pemerintah saja, tetapi keterlibatan peran masyarakat ini juga sangat penting untuk bersama-sama mencegah dan mengurangi dampak perubahan iklim di Kota Pekalongan secara signifikan,”bebernya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Kemitraan Indonesia, Laode M. Syarif menjelaskan, dalam proyek pembangunan infrastruktur kerjasama Program Adaptation Fund di PIM Kota Pekalongan ini berupa breakwater (pemecah gelombang). Mengingat, di wilayah pesisir ini banyak pohon mangrove yang sudah besar pun mati. Sehingga, dengan adanya breakwater ini diharapkan sebagai upaya penahan sedimen.

“Kalau naik dari laut, ketika kembali ke laut, sebagian sedimen bisa tertahan, dimana diharapkan akan berkurang arus gelombang air lautnya. Sehingga, mangrove-mangrove yang ada bisa tetap bertahan,” ungkap Laode.

Laode menambahkan, jika upaya ini sudah berhasil, maka akan ditambah dengan penanaman mangrove-mangrove yang baru. Pembangunan breakwater tersebut ditargetkan bisa selesai pada Bulan Juli Tahun 2024. Disamping pembangunan breakwater, Kemitraan Indonesia juga akan memfasilitasi peningkatan pembaharuan maupun rehabilitasi MCK bagi warga Kota Pekalongan. Kemitraan juga berupaya memfasilitasi program dari sisi sektor perikanan dan pertanian untuk membantu perekonomian warga sekitar di sejumlah kelurahan yang ada di Kota Pekalongan, diantaranya di Kelurahan Kandang Panjang dan Bandengan.

“Kami sudah mulai juga dengan program penanaman sayuran. Kami juga ingin mengembangkan kawasan ekowisata PIM ini, dimana kami upayakan kembalikan dengan booth yang baru untuk rehabilitasi sekitar disini,” tandasnya.