Kemunculan Kembali Jalan di Clumprit

Berita tentang kemunculan kembali jalan di daerah Suromelati Clumprit, Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara, tentu menjadi kabar baik bagi masyarakat sekitar. Hal ini sebagai salah satu dampak positif dari berfungsinya pembangunan tanggul rob & banjir serta rumah pompa di wilayah Degayu sehingga genangan air yang melanda wilayah permukiman dan persawahan. Selama bertahun-tahun wilayah tersebut tergenang dan saat ini bisa kembali surut.

Pagi ini, Camat Pekalongan Utara, Wismo Aditiyo, S. Pt. M.T memastikan dan memantau langsung ke daerah tersebut. Sebelumnya, jalan tersebut sempat hilang karena terendam banjir rob, karena adanya perubahan ikilm yang bisa mempengaruhi mobilitas dan aktivitas warga setempat.

Dengan dibangunnya rumah pompa di daerah tersebut, air banjir rob bisa dikendalikan, sehingga wilayah permukiman dan sawah yang tadinya tergenang, serta jalan yang sebelumnya hilang kini muncul kembali. Ini menunjukkan bahwa upaya untuk mengatasi masalah banjir rob dengan infrastruktur baru telah memberikan hasil yang positif.

Tanggapan masyarakat sekitar sangatlah positif. Pada kesempatan tersebut, warga menyampaikan bahwa mereka sangat bersyukur. Sebagaimana disampaikan oleh Pak Karim: “Kulo bersyukur sanget Pak, bilih sakniki wilayah Clumprit saged garing malih, maturnuwun sanget kalih Pemerintah Kota Pekalongan ingkang sampun mengatasi perkawis menika kanthi sae sanget”.
Selanjutnya pada kesempatan yang lain Bu Atik warga Clumprit menyampaikan: “Warga mriki saestu kados ngimpi Pak, wilayah mriki saged pulih seperti rumiyin malih, Alhamdulillah”.

Masyarakat merasa lega dan bersyukur karena kawasan permukiman, sawah dan jalan yang lama terendam dapat digunakan kembali, sehingga aktivitas sehari-hari seperti transportasi dan perdagangan dapat kembali berjalan lancar. Ini juga menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Pekalongan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya dalam menangani masalah banjir.
Namun, tetap penting untuk terus memantau kondisi jalan dan daerah sekitar, terutama saat musim hujan atau kondisi cuaca yang ekstrem. Pemeliharaan dan perawatan rutin juga penting untuk memastikan drainase serta fasilitas jalan tetap aman dan dapat digunakan oleh masyarakat.

Terkait dengan lahan sawah yang sudah kembali surut, Camat Pekalongan Utara mengambil inisiatif berkoordinasi dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan untuk dapat dilakukan percobaan pemanfaatan benih padi salin yang relatif tahan asin pada lahan sawah yang selama ini terendam banjir rob. Dengan demikian dapat kembali meningkatkan produktivitas lahan pertanian serta pendapatan masyarakat dan menunjang ketahanan pangan.

Hasil SKAMRT Kota Pekalongan Tahun 2023

Pekalongan – Selasa, 23 April 2024, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan menyampaikan hasil SKAMRT tahun 2023 bahwa kualitas air minum di kota Pekalongan adalah 18% kategori aman dan 82% kategori layak.

Surveilans Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT bertujuan untuk memberikan informasi kualitas air yang di konsumsi dalam kegiatan kesehariannya dengan begitu diharapkan masyarakat menjaga kebersihan sarana dan lingkungan untuk menjaga kualitas air minum.

Dampak air rob pada pembudidaya ikan di kota Pekalongan

Banjir rob yang sering terjadi di kota Pekalongan, mengakibatkan sebagian dari pembudidaya ikan mengalami kerugian.Pemerintah kota Pekalongan bersinergi dengan Dinas kelautan dan perikan Kota Pekalongan untuk memulihkan pembudidaya ikan , dengan melakukan penyuluhan dan memberikan bantuan ikan maupun alat pendukung budidaya ikan untuk membantu menstimulasi pertumbuhan pembudidaya ikan di kota Pekalongan

Dinperpa Kota Pekalongan Dampingi Kegiatan Aksi Perubahan Iklim di Panjang Wetan

Kegiatan Aksi Perubahan Iklim dilaksanakan di Kelurahan Panjang Wetan pada tanggal 29 Maret 2024. Kegiatan ini didampingi langsung oleh Para Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan. Dalam kegiatan tersebut hadir pula Kartoyo, A.Md. (Lurah Panjang Wetan) beserta jajarannya, tokoh masyarakat, kelompok ibu-ibu penggiat tanaman serta tentunya fasilitator dari Kemitraan.

Dalam kegiatan aksi tersebut diisi dengan kegiatan pembibitan dan penanaman aneka jenis sayuran seperti tomat, cabai, terong, caisin. Dipilihnya tanaman sayuran pada kegiatan ini adalah agar bisa dimanfaatkan oleh ibu-ibu untuk kebutuhan dapur dan menekan biaya pengeluaran, karena sayuran saat ini khususnya cabai sedang mengalami kenaikan yang cukup luar biasa

Syawalan di Kota Pekalongan

Kota Pekalongan dikenal dengan nama lain Kota Batik. Tapi, selain dikenal kota batik, di sini juga dikenal dengan kota tradisi yang punya beragam kegiatan budaya saat syawalan.

Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan, seperti Pekalongan Balloon Festival dan Lopis Raksasa sudah tidak asing didengar oleh masyarakat. Berbagai rangkaian kegiatan tradisi syawalan di Kota Pekalongan dilaksanakan dari tanggal 11 – 17 April 2024.

Tempat pelaksanaan Pekan Syawalan juga dilakukan diberbagai tempat wisata yang ada di Kota Pekalongan. Seperti di Pasir Kencana. Syawalan kemarin menghadirkan hiburan seperti Devira Dangdut, Quenka, Emilian, DJ. Summer Dub, dan Elpe Entertainment.

Pekalongan Ballon Festival dilakukan tanggal 13, 14, dan 17 April 2024. Babak penyisihan grup A dilaksanakan tanggal 13 April 2024 di Lapangan Setono, penyisihan grup B dilaksanakan tanggal 14 April 2024 di Lapangan Sokoduwet, dan  Puncak Final Pekalongan Balloon Festival dilaksanakan tanggal 17 April 2024 di Lapangan Mataram. “Nggak usah jauh-jauh ke Cappadocia untuk nonton ballon, hehe”, ucap seorang pengunjung.

Tidak ketinggalan, Festival Pemotongan Lopis Raksasa, di Krapyak, Gg. 8. Merupakan tradisi turun temurun warga Kota Pekalongan saat merayakan Syawalan. Pemotongan Lopis Raksasa langsung dilakukan oleh Walikota Pekalongan, H. Achmad Afzan Arslan Djunaid, S.E., M.M. Pekan Syawalan di Pantai Slamaran dimeriahkan oleh Orkes Koin Kalong. Sore hari, Syawalan di Pantai Pasir Kencana dilaksanakan pengumuman pemenang Pekalongan Balloon Festival dengan hiburan dari Foya Koya.

Gimana? Asik kan Syawalan di Kota Pekalongan? Sampai jumpa lagi di Syawalan tahun depan.

Festival Pangan 2024, Sinergi Kota Pekalongan Bangun Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim

RADARPEKALONGAN,DISWAY.ID- Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kemitraan menggelar kegiatan Festival Pangan 2024 dengan mengangkat tema ‘Sedekah Untuk Bumi’ yang berlangsung meriah di GOR Jetayu, Kota Pekalongan, Minggu (28/4/2024).

Perubahan iklim membawa efek domino yang merugikan umat manusia. Salah satu efek tersebut ialah terancamnya ketahanan pangan. Sebab Perubahan iklim mengakibatkan pergeseran musim hujan dan kemarau yang mengurangi hasil pertanian.

Berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia mengalami penurunan curah hujan tahunan sebesar 1-4 persen pada periode 2020-2034. Hal ini berpotensi menurunkan produksi padi nasional sebesar 1,13 – 1,89 juta ton. Sawah seluas 2.256 hektar pun terancam kekeringan.

Hal ini pula yang tengah terjadi di Kota  Pekalongan. Banjir rob dan naiknya permukaan air laut di pesisir Kota  Pekalongan sejak 2007 meluluhlantakkan lahan pertanian warga. Dan dampaknya tidak main-main.

Sebagian wilayah di Kecamatan Pekalongan Utara kehilangan status sebagai lumbung padi dan produsen hasil perkebunan. Padahal daerah itu dulunya menjadi sentra pertanian dan perikanan. Komoditas pangan terutama padi serta sayuran pernah tumbuh subur di Kota Pekalongan.

Sejak tahun 2021, Kemitraan bersama Pemerintah Kota Pekalongan melalui dukungan Adaptation Fund (AF) bekerja sama membangun program adaptasi perubahan iklim. Salah satu tujuannya untuk membangun ketahanan pangan di wilayah terdampak. Kemitraan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Pekalongan dan warganya kini tengah mengembangkan urban farming sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim. Para petani yang tadinya tak bisa bercocok tanam lantaran sawah dan kebunnya terendam rob, sekarang bisa kembali memproduksi pangan bagi masyarakat Kota  Pekalongan. Dan kini hasil dari urban farming sebagai solusi adaptasi perubahan iklim dalam menjaga ketahanan pangan di Kota  Pekalongan mulai menampakkan hasil.

“Contohnya Pak Slamet bersama kelompok urban farming-nya. Di tengah keterbatasan lahan kering yang ada, kelompok ini berhasil mengembangkan pertanian sayur dan bumbu dapur. Mereka juga mengolah hasil panen menjadi jajanan seperti keripik terong,” ungkap Direktur Eksekutif Kemitraan Laode M. Syarif, (28/4/2024).

Adapun selama proses pengerjaan program adaptasi perubahan iklim, Kemitraan mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat seperti Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, dan selainnya. Sehingga, atas dukungan tersebut Kemitraan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Syarif juga menuturkan upaya-upaya baik ini perlu terus ditindaklanjuti agar masyarakat makin tangguh dalam beradaptasi dengan perubahan iklim. Terutama dalam menjaga ketahanan pangan di Kota  Pekalongan. “Kita tidak bisa berharap  Pekalongan kembali menjadi kota yang dikenal dengan lumbung padi dan perkebunan. Tapi dengan usaha dan kolaborasi semua pihak, kita optimistis Kota Pekalongan akan mewujudkan misi ketahanan pangan dan sekaligus beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang terjadi,” lanjutnya.

Sementara, menyikapi hal tersebut Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Eni Lestari, mengatakan Kota Pekalongan memiliki tantangan serius dalam menjaga ketahanan pangannya. Sebab sekitar 90 persen luas lahan pertanian wilayah utara Kota Pekalongan telah tergerus banjir rob. Dulunya terdapat 400 hektar lahan pertanian di utara Kota Pekalongan. Saat ini hanya tersisa 28 hektar yang bisa ditanami. “Insya Allah dengan pembangunan tanggul rob ini sudah mulai kering dan kita kaji unsur hara dan selainnya sehingga bisa dimanfaatkan lahan tersebut jadi sawah lagi.  Pekalongan tidak pasarah. Bersama Kemitraan sudah berupaya melakukan adaptasi perubahan iklim,” ujar Eni.

Hal senada disampaikan Sekretaris Daerah Kota  Pekalongan, Nur Priyantomo. Ia mengatakan dalam menghadapi kondisi yang serba sulit di Kota Pekalongan dibutuhkan inovasi. Ia bersyukur saat ini Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kemitraan telah mengupayakan inovasi penyediaan pangan bagi warga di tengah berkurangnya lahan pertanian akibat banjir rob. Salah satu inovasi yang telah berjalan ialah urban farming. Ia menjadi alternative baru dalam menyediakan pangan di tengah berkurangnya lahan pertanian. “Di  Pekalongan tantangannya tanahnya sempit, lahannya sempit, tapi penduduknya banyak. Kalau kita tidak bisa produksi pangan sendiri dengan inovasi, kita akan tergantung dengan tetangga. Oleh sebab itu inovasi menjadi penting,” tutur Nur Priyantomo.

Dengan turut memamerkan produk-produk inovasi yang lahir dari aksi adaptasi perubahan iklim. Selain itu ditampilkan juga acara talkshow ketahanan pangan, lounching film hingga aneka hiburan dengan hadiah dan doorprize menarik. 

Pemkot-Kemitraan Jaga Ketahanan Pangan Di Tengah Dampak Perubahan Iklim

Kota Pekalongan – Pemerintah Kota Pekalongan berkolaborasi Kemitraan menggelar kegiatan Festival Pangan 2024 dengan mengangkat tema ‘Sedekah Untuk Bumi’ yang berlangsung meriah di GOR Jetayu, Kota Pekalongan, Minggu (28/4/2024). Seperti diketahui, perubahan iklim membawa efek domino yang merugikan manusia. Salah satu efek tersebut ialah terancamnya ketahanan pangan. Sebab, perubahan iklim mengakibatkan pergeseran musim hujan dan kemarau yang mengurangi hasil pertanian.

Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo yang hadir mewakili Walikota Pekalongan, menjelaskan bahwa, sejak tahun 2021, Kemitraan bersama Pemerintah Kota Pekalongan melalui dukungan Adaptation Fund (AF) bekerja sama membangun program adaptasi perubahan iklim. Salah satu tujuannya yakni untuk membangun ketahanan pangan di wilayah terdampak. Dimana, saat ini Kemitraan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Pekalongan dan warga setempat tengah mengembangkan urban farming sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim. Menurutnya, para petani yang tadinya tak bisa bercocok tanam lantaran sawah dan kebunnya terendam rob, sekarang bisa kembali memproduksi pangan bagi masyarakat Kota Pekalongan.

“Ini merupakan rangkaian acara dan bentuk kerjasama serta kolaborasi yang dilakukan oleh Pemkot Pekalongan dengan Kemitraan yang dipimpin oleh Bapak Laode M. Syarif, mantan Ketua KPK RI. Kerjasama ini sudah berjalan sejak tahun 2021,”ucap Sekda Nur Pri, sapaan akrabnya.

Sekda Nur Pri menegaskan, bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak Kemitraan ini tidak hanya dalam bentuk pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan non fisik seperti pelatihan-pelatihan, sosialisasi cara produksi dan pemasaran produk kepada para UMKM dan sebagainya.

“Termasuk kegiatan festival pangan ini, yang turut menghadirkan produk para UMKM binaan dalam inovasi pangan seperti es krim tempe, terasi udang hingga kerupuk dari telur asin, bio kultur jaringan dan lainnya,” katanya.

Pihaknya berharap, kegiatan ini bisa menjadikan inovasi dalam mengembangkan lahan di Kota Pekalongan yang relatif sempit. Sehingga,  perlu untuk dilakukan inovasi secara terus-menerus dalam menghadapi kondisi alam yang seperti ini akibat perubahan iklim. Lanjutnya, sistem kerjasama ini akan diperpanjang.

“Dengan komitmen dan jalinan kerjasama yang baik kita lanjutkan hingga 3 tahun kedepan. Bahkan, bentuk kerjasama kemitraan ini juga telah direplikasi di beberapa daerah seperti Kota Tegal, Kabupaten Batang, Demak dan lain sebagainya,”ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Kemitraan Laode M. Syarif memaparkan, Kemitraan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Pekalongan dan warganya kini tengah mengembangkan urban farming sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim. Para petani yang tadinya tak bisa bercocok tanam lantaran sawah dan kebunnya terendam rob, sekarang bisa kembali memproduksi pangan bagi masyarakat Kota Pekalongan. Kini, hasil dari urban farming sebagai solusi adaptasi perubahan iklim dalam menjaga ketahanan pangan di Kota Pekalongan mulai menampakkan hasil.

“Contohnya, Pak Slamet bersama kelompok urban farming-nya. Di tengah keterbatasan lahan kering yang ada, kelompok ini berhasil mengembangkan pertanian sayur dan bumbu dapur. Mereka juga mengolah hasil panen menjadi jajanan seperti keripik terong,”beber Laode

Adapun selama proses pengerjaan program adaptasi perubahan iklim, Laode menerangkan, Kemitraan mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat seperti Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, dan selainnya. Sehingga, atas dukungan tersebut Kemitraan menyampaikan apresiasi dan terima kasih sebesar-besarnya.

Laode menilai, upaya-upaya baik ini perlu terus ditindaklanjuti agar masyarakat makin tangguh dalam beradaptasi dengan perubahan iklim, terutama dalam menjaga ketahanan pangan di Kota Pekalongan.

“Kita tidak bisa berharap Pekalongan kembali menjadi kota yang dikenal dengan lumbung padi dan perkebunan. Tapi, dengan usaha dan kolaborasi semua pihak, kita optimis bahwa Kota Pekalongan akan mewujudkan misi ketahanan pangan dan sekaligus beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang terjadi,” imbuhnya.

Turut hadir dalam acara tersebut, Direktur Eksekutif Kemitraan, Laode Muhammad Syarif, serta perwakilan dari PJ Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Perwakilan Sekda Jateng beserta tamu undangan lainnya. Dalam kegiatan festival pangan Kota Pekalongan ini juga turut dimeriahkan oleh bazar pangan produk lokal UMKM yang terdiri dari 3 stan OPD, 2 Kecamatan dan 8 Pokja Perubahan Iklim di Kota Pekalongan yang memamerkan produk-produk inovasi yang lahir dari aksi adaptasi perubahan iklim. Selain itu, diisi pula dengan acara talkshow ketahanan pangan, launching film hingga aneka hiburan dengan hadiah dan doorprize menarik.(Dian/Adam).

Dukung Tercapainya ODF, Masyarakat Diminta Maksimalkan Pengelolaan MCK Komunal Adaptif

Selain membuat program ketahanan ekonomi di tengah dampak perubahan iklim, Kemitraan Indonesia juga membangun program-program sarana dan prasarana fisik  untuk membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim di Kota Pekalongan. Salah satunya, Kemitraan membangun 23 Unit Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Komunal Adaptif di 8 kelurahan terdampak banjir dan rob di Kota Pekalongan. Saat ini, pembangunan MCK komunal adaptif tersebut sudah 95 persen rampung dikerjakan. Namun, diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan oleh masyarakat setempat selaku penerima manfaat

Menindaklanjuti hal tersebut, Kemitraan Indonesia menyelenggarakan Kegiatan Workshop Sanitasi Publik dan Pengelolaan MCK Komunal Adaptif di Koya Pekalongan yang dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pekalongan, Nur Priyantomo didampingi Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, dan dihadiri oleh kelompok kerja (pokja) perubahan iklim dan fasilitator kelurahan se-Kota Pekalongan, berlangsung di Hotel Aston Kota Pekalongan, Selasa (28/5/2024).

Sekda Nur Pri, sapaan akrabnya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Tim dari Adaptation Fund Kemitraan Indonesia yang terus memberikan pendampingan kepada Pemerintah Kota Pekalongan dan masyarakat untuk bersama- sama membahas tentang  perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang masih terjadi di sejumlah titik di lingkungan masyarakat. Dengan pertemuan workshop ini, dapat meningkatkan pengetahuan dan memberi pemahaman kepada masyarakat, bahwa perilaku BABS sangatlah tidak dianjurkan karena dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Maka, harapannya pertemuan ini dapat memberikan beberapa alternatif solusi dalam upaya menurunkan tingkat bebas BABS, sekaligus mencapai predikat Open Defication Free (ODF) atau tidak BAB sembarangan secara menyeluruh di Kota Pekalongan.

“Sebagaimana dilaporkan teman-teman dari Adaptation Fund, bahwa masih terdapat empat kelurahan (Panjang Wetan, Degayu, Krapyak, dan Padukuhan Kraton) yang teridentifikasi masih melakukan BABS. Dimana, kebiasaan ini masih dipengaruhi oleh perilaku sosial yang perlu penyadaran kolektif, baik dari individual maupun kelembagaan,”ucapnya.

Sekda Nur Pri juga menyampaikan apresiasi kepada fasilitator kelurahan dan Tim AF yang ke depannya memiliki keinginan untuk segera membangun pengelolaan MCK Komunal Adaptif, dengan metode pendampingan langsung kepada masyarakat, agar tujuan dari tercapaianya kota sehat di Kota Pekalongan dapat direalisasikan.

Pihaknya menilai, diperolehnya status Kota Sehat merupakan salah satu cita-cita yang masih terus Pemkot Pekalongan upayakan pencapaiannya. Memperoleh status tersebut akan menjadi sebuah prestasi luar biasa, yang mana dapat turut menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyelenggrakan akses kesehatan terhadap masyarakat secara menyeluruh.

“Tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai status Kota Sehat tersebut, seperti salah satunya terkait pemenuhan standar sanitasi yang tinggi dengan tercapainya Open Defecation Free (ODF). ODF sendiri mencerminkan adanya akses yang memadai terhadap fasilitas sanitasi yang layak, seperti toilet atau jamban. Selain itu, ODF juga melibatkan perubahan perilaku masyarakat untuk menghindari praktik buang air besar sembarangan dan menerapkan kebiasaan mencuci tangan yang baik setelah menggunakan toilet,”paparnya.

Lanjut Sekda menambahkan, bahwa mencapai status ODF sangatlah penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal tersebut lantaran praktik BABS dapat menyebabkan berbagai penyebaran penyakit serta mengancam kebersihan lingkungan. Sehingga, dengan mencapai status ODF risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan harapannya dapat dikurangi secara signifikan.

“Kemudian, setelah memastikan lingkungan bebas dari praktik buang air besar sembarangan, langkah-langkah selanjutnya akan kami arahkan pada peningkatan kualitas air minum, pengelolaan limbah yang baik, dan promosi kesehatan yang holistik, hingga nantinya dapat tercapai status Kota Sehat bagi Kota Pekalongan. Sebuah hal baik tentunya tidak mungkin tercapai tanpa kerja keras, kolaborasi, dan dedikasi dari semua pihak,”tegasnya.

Sementara itu, Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, Workshop ini dimaksudkan untuk membangun pemahaman yang sama terkait MCK Komunal Adapatif yang didalamnya berkaitan dengan sanitasi, sehat untuk bersama, dan sebagainya.

“Bagaimana MCK itu tidak hanya bisa memenuhi indikator sehat, tetapi juga memenuhi perlakuan terhadap MCK itu sendiri yang dikelola secara bersama. Selain itu, kami ingin mensinergikan peran semua pihak yang menjadi modalitas bersama terkait pengelolaan MCK komunal adaptif yang sudah dibangun ini ke depan. Jadi, tidak hanya sekedar selesai dibangun, namun juga ada pengelolaan untuk keberlanjutan ke depannya baik perawatan, memastikan MCK selalu berfungsi, dan dikelola secara komunal,”ungkap Andi Kiki.

Andi Kiki menyebutkan, sejak Juli 2021, Kemitraan Indonesia telah membangun 23 MCK komunal adaptif yang tersebar di 8 kelurahan terdampak perubahan iklim di Kota Pekalongan. Dari jumlah tersebut, 17 unit diantaranya merupakan rehabilitasi MCK, dan sisanya pembangunan MCK baru. Pembangunan sudah 95 persen, 5 persen sisanya untuk memastikan kelengkapan sarana dan prasarana, yang dapat mendukung operasional MCK ini.

“Nanti, akan ada serah terima MCK ini kepada Pemkot. Untuk pembangunan MCK komunal adaptif ini rata-rata sekitar Rp70-100 jutaan. Jika MCK ini sudah jadi, maka masyarakat setempat bisa memanfaatkan secara gratis dan turut mengelola secara bersama-sama. Yang membedakan MCK komunal adaptif ini dengan MCK lainnya adalah ada tanaman kecil yang dapat menyerap aroma bau, dikelola bersama, airnya ada yang dihubungkan ke Pamsimas atau jaringan yang sudah ada. Pembangunan MCK komunal adaptif ini juga sebagai upaya mendukung terwujudnya Kota Pekalongan 100 persen ODF,”pungkasnya. (DIAN).

Wali Kota Tebar Benih Ikan Nila Di Kelurahan Kandang Panjang

Pekalongan – Dalam rangka adaptasi perubahan iklim, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) bekerja sama dengan Kemitraan Adaptation Fund menebar sedikitnya 4.400 benih ikan nila di Kelurahan Kandang Panjang. Wali Kota Pekalongan H A Afzan Arslan Djunaid, Lurah Kandang Panjang Fauzan, dan Tim Leader AF Kemitraan, Ani Kiki secara simbolis menebar benih ikan nila di kolam seluas 300 meter persegi.

H. A Afzan Arslan Djunaid atau Mas Aaf mengatakan tebar benih ikan nila tersebut merupakan salah satu upaya terhadap adanya perubahan iklim yang berdampak di Kota Pekalongan dengan memanfaatkan lahan lahan yang tidak produktif. “ Tadinya banyak alang-alang dan kita manfaatkan untuk budi daya Nila, mudah mudahan 2 sampai 3 bulan panen, mudah mudahan dilancarkan,” kata Aaf.

Sementara itu, menurut Lurah Kandang Panjang, Fauzan menuturkan penebaran benih ikan nila tersebut merupakan yang kedua. Sebelumnya sudah dilakukan pada tanggal 26 April 2024 . “ Untuk bibit yang pertama bantuan Dari DKP sekitar 3000 ekor benih ikan tetapi itu besarnya sekitar 2-3 cm, nah untuk penebaran kali ini dari DKP 800 ekor dari Pokja Perubahan Iklim bantuan dari kemitraan Adaptation Fund sekitar 600 ekor tapi ini besarnya 5-6 cm, Insya Allah nanti panenya bareng pada tangal 26 Juli 2024,” tuturnya.

Tim Leader AF Kemitraan Andi Kiki menambahkan tabur benih ikan tersebut merupakan upaya penanganan dalam menghadapi perubahan iklim di Kota Pekalongan. “ Kami Ada 8 lokasi titik kerja di 8 Kelurahan di Kota Pekalongan ini, kami sesuikan dengan kondisi yang ada, seperti di Kandang Panjang ini Budidaya Ikan Nila, Kelurahan Krapyak Urban Farming, kelurahan Bandengan Budidaya Ikan. Selain itu kami juga membangun infrasturktur yaitu 95 persen MCK di 23 titik di 8 kelurahan lokasi kerja Kami,” tuturnya.

Tim Dokumentasi Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kota Pekalongan

Tanam Bibit Buah Dengan Planter Bag, Upaya Kelurahan Padukuhan Kraton Adaptasi Perubahan Iklim

Tidak dipungkiri meskipun perubahan iklim merupakan isu global, kejadian ini dirasakan seluruh daerah, salah satunya Kota Pekalongan. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Pekalongan berupaya berada di garis depan membersamai masyarakat untuk melakukan adaptasi perubahan iklim yang ada. Dengan bersinergi dengan Kemitraan Partnership melalui Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) Padukuhan Kraton melaksanakan aksi nyata berupa penanaman bibit buah menggunakan media planter bag baru-baru ini.

Aksi nyata ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Pekalongan melalui Kelurahan Padukuhan Kraton dan warga setempat. Hal ini disadari sebab komitmen menghadapi perubahan iklim menjadi penting untuk diimplementasikan di berbagai sektor termasuk di wilayah Padukuhan Kraton yang kini terdampak perubahan iklim, sehingga metode penanaman bibit dengan planter bag dipilih karena memiliki beberapa keuntungan. Selain tidak membutuhkan lahan kering, metode ini memudahkan perawatan dan pemindahan jika dibutuhkan.

“Kami terus bekerjasama dengan pokja PI kegiatannya selalu kami dukung dan support dalam rangka penghijauan kembali di beberapa lokasi di wilayah Padukuhan Kraton. Kami menyambut baik, seperti yang kita tahu wilayah kami khususnya Pabean yang semula wilayah hijau karena terdampak rob banyak tanaman yang mati dan banyak sekali lahan-lahan tergenang. Oleh karena itu kita usahakan kembali untuk menghijaukan karena banyak lahan yang tergenang tidak bisa ditanami, kita memakai planter bag atau disebut tabulampot untuk menanam buah-buahan tersebut yang difasilitasi oleh pokja PI Padukuhan Kraton,” terang Lurah Padukuhan Kraton, Widya Putry Nugroho.

Lebih lanjut, Widya menyebutkan sejak tahun 2012 sampai saat ini, kurang lebih 50 hektare lahan yang semula sawah terdampak rob dan belum dapat dimanfaatkan karena kondisi airnya masih asin. Namun tidak hanya berhenti di tempat, pihaknya telah melakukan adaptasi perubahan iklim dengan mengubah lahan tersebut menjadi tambak ikan tetapi berapa kali gagal karena rob kembali datang beberapa kali saat ikan belum besar. Meskipun beberapa kali gagal, bersama masyarakat, pokja PI, LKK, RT/RW pihaknya tetap kembali mengusahakan untuk menanami ikan dan menghijaukan wilayah dengan menanam buah dan sayur mayur di pekarangan rumah.

Sementara itu, Ketua Pokja PI Padukuhan Kraton, Afifurochman menerangkan bahwa bibit buah yang ditanam pada aksi nyata antara lain jambu, jeruk dan mangga di RT 01 RW 10 Kelurahan Padukuhan Kraton. Sedangkan  bibit kelengkeng ditanam di RT 02 RW 06.

“Kami pilih metode tanam di planter bag karena di wilayah ini gampang terdampak rob. Kami berharap aksi nyata ini dapat menjadi percontohan atau stimulan untuk warga sekitar untuk mengatasi perubahan iklim yang terjadi,” tukasnya.