Dreams Come True

Dusun Clumprit merupakan salah satu Dusun di Kelurahan Degayu, Kota Pekalongan yang terdampak banjir dan rob sangat parah. Letak geografis yang cekung seperti mangkok, menyebabkan genangan air enggan pergi. Bertahun- tahun tergenang banjir dan rob hingga warga jarang melihat daratan, dan lupa rasanya menyapu rumah akibat tergenang air. Bertahun- tahun hanya bisa pasrah dan berswadaya semampunya. Berharap akan adanya keajaiban dan genangan sepanjang mata memandang berubah jadi daratan.

Alhamdulillah, sejak dibangunnya rumah pompa oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana dan Pemerintah Kota Pekalongan, kini Dusun Clumprit telah mengering. Namun masih ada permasalahan lain paska banjir dan rob teratasi, yaitu adanya permukiman kumuh, Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), drainase yang terhambat, kebutuhan air bersih, fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus), sampah, kondisi jalan, dan lain-lain.
Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) berencana menjalankan program pengentasan permukiman kumuh di Clumprit.  Warga setuju dan mendukung program tersebut.

Kegiatan diawali dengan sosialisasi kepada warga di RW 07 dan RW 08. Warga sangat mendukung program tersebut dan berharap agar program ini benar-benar dilaksanakan sehingga menjadi “DREAMS COME TRUE” bagi warga Clumprit.

Aquaponik Alternatif Ketahanan Pangan dalam Adaptasi Perubahan Iklim

Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang di atas normal. Pertanyaannya, bagaimana kalau tidak ada hujan tapi banjir? Ternyata selain akibat hujan, banjir juga dapat terjadi, seperti yang dialami oleh Kelurahan Degayu. Banjir yang terjadi kelurahan yang teletak di pesisir utara jawa tersebut akibat dari naiknya permukaan air laut, karena faktor alam dan perubahan iklim. Ketika pasang laut tinggi, air laut meluap ke daratan, menggenangi lahan pertanian, termasuk sawah. Fenomena ini semakin diperburuk oleh curah hujan yang tinggi dan kerusakan ekosistem pesisir, seperti penebangan mangrove yang seharusnya berfungsi sebagai pelindung alami.

Dampak jangka panjang dari banjir rob juga mencakup peningkatan salinitas tanah, dan mengurangi kesuburan serta produktivitas lahan pertanian. Kualitas tanah yang menurun memaksa petani mencari alternatif tanaman yang adaptif, hingga beralih ke sumber penghidupan lain. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya perlindungan terhadap lahan pertanian sebagai bagian dalam meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.

Kelurahan Degayu pernah mendapatkan julukan sebagai lumbung padi. Selain lahan pertanian yang luas, kualitas tanahnya juga subur sehingga hasilnya makmur. Namun julukan lumbung padi sudah tidak ada lagi. Degayu bahkan kini sudah tidak memiliki sawah karena terendam air rob. Banyak petani yang beralih mata pencaharian menjadi nelayan.

Oleh karenanya diperlukan upaya adaptasi dan mitigasi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam mengatasi perubahan iklim. Salah satunya dengan pembuatan aquaponik, atau budidaya yang mengintegrasikan dua komponen utama, ikan dan tanaman. Dalam sistem ini, limbah yang dihasilkan oleh ikan memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, sementara tanaman berfungsi sebagai penyaring air, menjaga kualitas air agar tetap bersih bagi ikan.

Konsep aquaponik merupakan kombinasi dari aquakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah). Adapun cara kerja aquaponik antara lain:

1. Air dari kolam yang kaya akan nutrisi dari kotoran ikan dipompa untuk mengairi tanaman. Kemudian akar tanaman akan menyerap nutrisi yang terkandung dalam air.

2. Di dalam sistem tanaman, bakteri yang ada dalam tanah akan mengurai limbah menjadi bentuk yang lebih mudah diserap oleh tanaman, seperti nitrat.

3. Setelah melewati tanaman, air yang bersih dikembalikan ke kolam ikan. Ini terus berulang hinna menciptakan siklus berkelanjutan.

Implementasi aquaponik di Kelurahan Degayu dilakukan oleh Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) yang dibentuk sebagai inisiatif kolaboratif antara kelurahan dan masyarakat. Dibentuk oleh sekelompok individu yang peduli, kelompok ini berfokus pada upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang nyata di masyarakat. Pokja PI Kelurahan Degayu terdiri dari 24 anggota dari perwakilan RT/RW, LPM dan perwakilan komunitas yang merupakan warga dari kelurahan Degayu dan diketuai oleh Faisal.

Aquaponik merupakan salah satu aksi nyata dari Pokja PI untuk menjawab tantangan dari dampak perubahan iklim. Diharapkan upaya ini dapat memberikan manfaat dan dampak positif dalam bentuk ketahanan masyarakat melalui hasil panen sayur dan ikan nila. Berdasarkan dari hasil diskusi antara Pokja PI, Kelurahan dan warga pembentukan aquaponik dilaksanakan pada 5 titik, tersebar di RW01, RW02, RW04 dan RW08. Pada masing-masing lokasi terdapat 5 orang pengelola. Pengelola ini juga disepakati berdasarkan hasil dari rangkaian diskusi yang sudah dilakukan dengan POKJA PI Degayu dan Kelurahan Degayu. Keberadaannya yang tersebar juga diharapkan menjadi percontohan bagi warga sekitar.

Untuk memastikan keberlanjutan aquaponik, Pokja bersama dengan kelurahan dan perwakilan ketua pengelola juga merancang bisnis plan yang dibuat untuk jangka 5 tahun kedepan. Untuk perencanaan penjualan, hasil sayur akan dikonsumsi oleh warga dan dijual sedangkan untuk ikan nila akan di jual dalam bentuk olahan bumbu yang dikemas sehingga bisa meningkatkan nilai jual.

Dalam bisnis plan tersebut juga disepakati untuk menerapkan nilai-nilai edukasi, berupa kunjungan dari siswa sekolah dasar atau komunitas yang ingin mengetahui tentang aquaponik.

Dengan pendekatan inovatif yang menggabungkan budidaya ikan dan tanaman, aquaponik tidak hanya menawarkan solusi untuk ketahanan pangan, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Sistem ini memberikan kesempatan bagi masyarakat, terutama di daerah kelurahan Degayu, untuk berkontribusi pada pertanian yang ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya.

Keberhasilan aquaponik di Kelurahan Degayu, Kota Pekalongan, menunjukkan bahwa dengan pengetahuan dan kerjasama, kita dapat mengatasi tantangan pertanian modern. Dengan meningkatkan kesadaran dan dukungan untuk praktik ini, kita berpotensi menciptakan kelompok kerja perubahan iklim yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Mari kita bersama-sama menjadikan aquaponik sebagai bagian dari gaya hidup kita, membantu mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan sehat. Untuk informasi lebih lanjut tentang cara memulai sistem aquaponik di rumah atau berpartisipasi dalam program lokal, jangan ragu untuk menghubungi Kelompok Kerja Perubahan Iklim (POKJA PI) Degayu.

Ketua Tim Penggerak PKK Panjang Wetan

Rudiyanti, wanita kelahiran  7 juli 1975, saat ini bertempat tinggal di kelurahan Panjang baru. Beliau adalah istri Lurah Panjang Wetan, yang saat ini turut aktif menjadi ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau di TP – PKK di Kelurahan Panjang Wetan. Agar tercapai tujuan dari PKK, beliau beserta kader-kader melaksanakan pertemuan dan arisan rutin yang bertempat di Aula Kelurahan Panjang Wetan. Kegiatan dilaksanakan setiap bulan, tepatnya pada minggu kedua. Kegiatan arisan PKK panjang wetan diawali dengan menyanyikan Mars PKK, kemudian pengarahan oleh Rudiyanti selaku ketua PKK mengenai kegiatan yang akan berjalan. Rudiyanti selalu mengajak anggota aktif untuk ikut serta dalam kegiatan arisan ini.

Banyak hal positif yang disampaikan oleh beliau, bahwa pertemuan rutin PKK ini selain untuk mempererat tali silaturahmi. Pertemuan ini juga bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk mensosialisasikan secara langsung kepada masyarakat tentang program kelurahan ataupun program dari pemerintah khususnya untuk kader PKK. Beliau berharap dalam pertemuan rutin setiap informasi bisa tersampaikan ke masyarakat melalui media kader PKK.

Dalam perjalanannya menjadi ketua tim penggerak PKK Kelurahan Panjang Wetan mengalami kemajuan yang  cukup signifikan, hal ini  ditunjukkan dengan banyaknya prestasi yang sudah diperoleh, diantaranya mendapatkan juara 2 lomba video  menanam cabai tingkat provinsi dan juara 3 lomba beberan tingkat kota.

Selamatkan Kelurahan Degayu

Kelurahan Degayu,kota Pekalongan di bentuk pada tahun 1991, dengan luas total wilayah 33.705 Ha yang terdiri dari persawahan,perladangan,perkebunan,peternakan dan terdiri dari 8.127 Jiwa yaitu sebanyak 2.582 KK.”Pada tahun 2001 Banjir ROB mulai masuk di kelurahan Degayu, dan di tahun 2005 masyarakat Degayu mengalami banyak kerugian yaitu, para petani sawah yang perlahan kehilangan lahanya yang di sebabkan oleh banjir ROB”.(Yachoni, RW08). Selain sebagai RW08, Bapak Yachoni termasuk salah satu warga yang mempunyai rasa kegelisahan di dalam diri terkait adanya isu “Perubahan Iklim”. Beliau termasuk warga yang ikut andil dalam rencana pelaksanaan aksi Penanaman mangrove bersama mas Dhani.

“Mangrove bukan hal baru lagi buat saya, karena saya dari kecil sampai sekarang sudah terbiasa dengan mangrove. Karena orangtua saya sendiri sudah memulai pembibitan mangrove sejak tahun 2004 dan dari sinilah saya sangat tertarik dengan mangrove”, begitulah cerita Dani (27 tahun).  Dani yang memiliki nama lengkap Danial Khairul Anam, pemuda lulusan SMU tinggal di pesisir Kota Pekalongan, Kelurahan Degayu. Dalam kesehariannya Dani memiliki aktifitas pembibitan dan memelihara mangrove bersama ayahnya yang tergabung dalam kelompok tani MAPAN, disamping usahanya sebagai pedagang angkringan.

Kelompok tani MAPAN pada mulanya dibentuk oleh ayah Dani pada tahun 2004. Sementara Dani baru aktif dalam kelompok pada tahun 2011. Adanya abrasi wilayah pesisir yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Faktor alam inilah yang menggelitik hati Dani untuk melakukan penghijaun melalui penanaman mangrove. Satu hal yang terpikir olehnya adalah: “Selamatkan Kelurahan Degayu”.

Dani merasakan kegelisahan adanya perubahan iklim yang terjadi dan ingin melakukan suatu perubahan bagi kondisi alam yang terjadi di kelurahan Degayu. Tetapi,Dani merasa minder dalam menyuarakan rasa gelisah yang dirasakan olehnya. Kemudian, adanya program dari kemitraan tentang pemutaran film SEMESTA dimana film tersebut menceritakan tentang peran tokoh lokal dalam aksi perubahan iklim. Dari salah satu tokoh dalam film SEMESTA Dani merasa bisa melakukan hal serupa dalam menjada wilahnya dari dampak perubahan iklim. Menyelamatkan alam harus segera dimulai, apalagi sudah hampir 3 tahun terakhir warga di Kelurahan Degayu dilanda banjir Rob, kondisi ini semakin parah jika musim penghujan tiba.

Rob dan banjir memang sudah sangat memprihatinkan dan tergolong sudah memasuki tahap siaga besar. Dampak tersebut juga sudah merusak area sawah di Dusun Clumprit, Kelurahan Degayu, lebih dari 5 Ha sawah warga yang terdampak banjir, kemudian meluas memasuki area pemukiman warga yang mencapai hampir kurang lebihnya 15 Ha. Bahkan hampir 500 kepala keluarga terdampak akibat banjir dan rob tersebut. Demikian informasi dampak Banjir Rob yang didapatkan Bapak Hermanto (Ketua RT setempat).

Dani pemuda yang pendiam, tak banyak bicara. Ditengah kegundahan niatannya untuk menyelamatkan daerah tempat tingggalnya, diam-diam dia keliling kelurahan memetakan area mana yang berpotensi dilakukan penghijauan mangrove. Dan terpilihlah dusun Clumprit, area di depan Yayasan TPQ di RT05/RW07, lokasi dimana ada MCK Umum yang dibiasanya digunakan oleh warga sekitar tetapi saat ini tidak bisa dimanfaatkan karena tergenang air rob.  MCK umum itu letaknya sudah dekat pemukiman warga, dan jika kondisi ini dibiarkan maka tempat tinggal warga akan terancam tergenang juga.

Dari sini muncullah keberanian Dani untuk mengutarakan maksudnya kepada tokoh masyarakat setempat dusun Clumprit yang kebetulan hadir juga dalam pemutaran Film SEMESTA di kelurahan mereka. Gayung bersambut, tokoh masyarakat dusun Clumprit mendukung ide Dani, bahkan pemilik tambak di area tersebut merelakan tambaknya untuk ditanami mangrove demi perlindungan warga. Aksi penanaman mangrove ini mendapat dukungan dari KEMITRAAN- AF Pekalongan berupa bibit mangrove jenis Rizhopora sebanyak 500 bibit. Pihak Kelurahan pun mendukung aksi penanaman melalui surat permohonan bibit kepada DLH dan mendapat tambahan dukungan bibit sebanyak 300 bibit mangrove jenis Rizhopora.

Maka aksi penanaman mangrove ini adalah aksi pertama kali bagi warga kelurahan degayu melakukan aksi penanaman mangrove. Aksi ini diharapkan masyarakat Degayu yang tinggal di sekitar dusun clumprit terbebas dari banjir dan rob. Acara aksi penanaman ini di hadiri oleh Bapak Wakil Walikota Kota Pekalongan, Dinas LH Kota Pekalongan, Ibu Camat Pekalongan Utara, Ibu Khomsiyatun – lurah Kelurahan Degayu beserta ibu carik dan staff kelurahan, kemudian dari lingkup kelurahan juga hadir mulai dari Babhinkabtimas, dandim, LPM, BKM, PKK, FKSS, Karang taruna, forum anak serta masyarakat.

Aksi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kelurahan Degayu khususnya dusun Clumprit. Tokoh masyarakat yang mendukung kegiatan ini yaitu: Tisya Oktariadhani ( Carik Degayu ), Ratih ( Faskel Kelurahan ), Yakhoni ( Ketua RW 08 ), Bapak Faruk ( Ketua RT 07 RW 08 ) bersepakat membentuk kelompok peduli lingkungan dengan nama â€śDegayu for the Future“ . Dani dan 11 anggota kelompok peduli lingkungan bertekad melanjutkan perawatan dan pemeliharaan bibit mangrove yang ditanam. Perawatan akan di monitoring secara berkala dan melakukan penyulaman kembali jika terdapat mangrove yang rusak atau mati.

Aksi warga Dusun Clumprit Kelurahan Degayu ini, mendapat perhatian dari pemerintah Kota Pekalongan dengan memberikan dukungan pembangunan jalan menuju MCK umum agar dapat dimanfaatkan kembali oleh warga.

Kegiatan Penanaman Mangrove Media Bumbung

Sebagai upaya untuk menanggulangi permasalahan perubahan iklim yang memperparah terjadinya bencana banjir rob di kelurahan Degayu, Pemerintah Kota Pekalongan berkolaborasi dengan kemitraan menanam 2500 bibit mangrove di lahan eks-bengkok kelurahan Degayu dengan metode bumbung bambu, Jumat (22/7/2022).

Kegiatan tersebut diawali dengan melakukan apel di halaman kelurahan Degayu, dihadiri oleh Walikota Pekalongan, A Afzan Arslan Djunaid, Wakil walikota, Salahudin, Sekretaris daerah kota Pekalongan, Sri Ruminingsih, dan jajaran pemerintahan kota Pekalongan.

Dalam kesempatan tersebut, ia mengungkapkan pemberian pemahaman kepada generasi muda untuk menjaga dan memperlambat kerusakan alam harus terus digiatkan, oleh sebab itu, ia sangat mengapresiasi kegiatan yang dimotori oleh kemitraan dan Adaptation Fund (AF).

“Untuk memberikan dan menanamkan pemahaman kepada generasi muda kita bahwa alam sudah berubah, kita harus melakukan gerakkan untuk memperlambat kerusakan alam, kita berikan contoh yang bermanfaat, sebagai mana kita mulai menanam, apapun yang bisa kita tanam semua kebaikan pasti akan kembali kepada kita berupa kebaikan, anak-anak muda kita sudah peduli kita backup untuk mencegah kerusakan lebih parah,” terangnya.

Lurah Degayu, Komsijatun mengucapkan terimakasih kepada pihak yang yang telah mendukung penanaman bibit mangrove di lahan eks-bengkok kelurahan Degayu, ia berharap dengan usaha yang dilakukan ini dapat sedikit menanggulangi bencana rob yang kerap terjadi di wilayah tersebut.

“Alhamdulillah kegiatan ini disupiri oleh kemitraan, penggiat pemerhati lingkungan di kelurahan Degayu ada penggiat MAPAN, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh OPD yang telah mensupport kegiatan ini dan penanaman mangrove ini yang ketiga kalinya yang telah dilaksanakan di beberapa titik di kelurahan degayu,” ujaranya.

Sementara itu, Project Management Unit (PMU) AF, Anindita Sulistiyono, menerangkan tujuan penanaman mangrove ini merupakan upaya merevitalisasi dan menanggulangi permasalahan perubahan iklim yang sangat terasa sekali dampaknya di kota Pekalongan terutama di pesisir utara. 

“Perubahan iklim ini dampaknya domino terhadap kota Pekalongan dan sangat terasa, sehingga dengan cara ini kita mencoba untuk merevitalisasi mangrove yang ada di kota Pekalongan yang memang kebetulan populasinya sangat minim sekali dibandingkan dengan yang lain, untuk menahan abrasi dan menanggulangi perubahan iklim di kota Pekalongan,” tandasnya.

Dijelaskannya, metode bumbung bambu dipilih sebab keadaan lahan yang ketinggian airnya sangat tinggi terlebih jika terjadi pasang. Lebih lanjut, ia mengatakan penanam mangrove dilakukan selama tiga hari sejak tanggal 22-24 Juli 2022.

“Metode ini masih kita uji coba terkait pengaplikasiannya dalam menanam karena kondisi yang ada disini airnya pasang sangat tinggi jika dilakukan dengan cara biasa kemungkinan untuk bakau hidup akan sangat kecil karena terendam air dengan metode ini harapannya tangkai berikut daunnya masih kelihatan meskipun sudah pasang, harapannya mangrove dapat eksis dan hidup,” sambungnya

Pendampingan Bank Sampah Mutiara 1

Sebagai wilayah yang berada di muara sungai, sampah plastik menjadi masalah lain di Kelurahan Panjang Wetan. Program melakukan pendampingan terhadap kelompok Bank Sampah Mutiara 1 yang diketuai oleh Bapak Mustaqim, beranggotakan 12 orang (4 laki-laki dan 8 perempuan). Selain itu adanya keterlibatan salah satu anggota Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) sebagai pengurus sekaligus penggerak untuk mendorong masyarakat agar peduli dengan lingkungan sekitar. Bank sampah yang didirikan oleh swadaya masyarakat pada bulan Agustus tahun 2022 berhasil menyabet Juara 1 lomba kebersihan tingkat kota Pekalongan. Bank sampah juga mendapat dukungan dari kelurahan, Pemerintah Kota (Dinas Lingkungan Hidup) serta Mahasiswa KKN dari Universitas Pekalongan. Hingga saat ini, Bank sampah masih berjalan dan aktif beranggotakan 22 Kepala Keluarga.              

Setiap nasabah akan mendapatkan insentif berbeda sesuai dengan jenis sampah yang disetorkan. Misalnya untuk sampah kardus, nasabah mendapat Rp. 2.600 per Kg, kaleng Rp. 1.700 per Kg. Sejauh ini seluruh nasabah aktif menyetorkan sampahnya setiap hari minggu ke Bank Sampah Mutiara 1. Setelah total berat sampah mencapai 50 Kg, bank sampah induk (Dinas Lingkungan Hidup) akan menjemput dan mengangkut dari lokasi bank yang memiliki luas lahan untuk menyimpan sampah selebar 15 m2.

Panjang Baru Ikuti Silang Belajar Perubahan Iklim ke Desa Betahwalang Demak

Kota Pekalongan adalah salah satu Kota yang terdampak perubahan iklim, seringnya kejadian banjir dan rob saat ini dari pemerintah pusat melakukan pembangunan tanggul laut serta perbaikan infrastruktur lainnya di Kota Pekalongan. Dengan mempertimbangkan dampak dan risiko di Kota Pekalongan yang diakibatkan oleh iklim, penanganan risiko merupakan hal penting yang perlu diperhatikan sehingga program/kegiatan intervensi akan berfokus pada membangun ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim di Kota Pekalongan secara berkelanjutan.

Strategi peningkatan ketahanan masyarakat terhadap resiko perubahan iklim penting melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam melakukan rencana perbaikan tata kelola mengatasi dampak perubahan iklim melalui aksi aksi adaptasi perubahan iklim dan adopsi perangkat dan teknologi yang inovatif.

Untuk itu Kelurahan Panjang Baru beserta 7 kelurahan terdampak rob dan banjir yang masuk di Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat telah membentuk Kelompok Kerja Perubahan Iklim sebagai wadah yang sifatnya kolaboratif dalam mewujudkan langkah – langkah upaya penanggulangan resiko dampak perubahan iklim dari program yang sudah ada maupun bentuk program rencana kegiatan yang akan dilakukan.

Maksud dan tujuan kunjungan adalah untuk dapat mempelajari berbagai pandangan mengenai perubahan iklim dan memperoleh pengalaman serta pembelajaran dari lokasi yang sama terdampak perubahan iklim dengan harapan bisa saling belajar dan berbagi informasi terkait perubahan iklim.

Penanaman Mangrove Pesisir Kandang Panjang

Kelurahan Kandang Panjang merupakan bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan secara geografis terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Salah satu daya tarik utama di kelurahan ini adalah Pusat Informasi Mangrove (PIM), sebuah tempat yang dibangun untuk memberikan edukasi dan informasi kepada pengunjung tentang keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan di kawasan hutan bakau atau mangrove.

Sejak awal diresmikannya pada akhir tahun 2013, kawasan wisata PIM ini tidak pernah sepi pengunjung baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Pengunjung dapat menikmati keindahan hutan bakau yang menjulang tinggi dan beragam satwa liar yang hidup di dalamnya, seperti burung-burung air, kepiting, dan ikan. Namun mulai pada tahun 2018 sebagian wilayah PIM sudah tenggelam dan mangrove yang sebelumnya sudah tumbuh lebat kini hanya ada sebagian yang masih survive, bahkan garis pantai di pesisir kandang panjang sudah hampir tidak terlihat. Kondisi tersebut dikarenakan salah satunya adalah adanya abrasi di pesisir pantai.

Menanggapi hal tersebut, KEMITRAAN – Partnership for Governance Reform bekerjasama dengan Pemerintah Kota Pekalongan, melalui dukungan Adaptation Fund (AF) dengan program Ketahanan Iklim di Wilayah pesisir Kota Pekalongan melalui pendekatan 3M (Melindungi-Mempertahankan-Melestarikan). Dimana salah satu target kegiatan adalah pengembangan Mangrove di wilayah pesisir. Kegiatan penanaman di pesisir kandang panjang dilaksanakan pada bulan September 2022 sejumlah 11.800 bibit brayo/api-api dilahan seluas 5.264 m2.

Metode Penanaman Konvensional

Sebelum adanya kegiatan penanaman mangrove di pesisir kandang panjang, Kelompok Tani Kapa Asri bersama pembibit lokal (pak jumani dan mas panca) melakukan pembuatan trucuk yang menggunakan bambu ampel  di area penanaman. Bambu dipotong 2 meter kemudian ditancapkan di area penanaman 1 meter kebawah (vertikal) dipasang dengan jarak 50 cm, dan bambu sepanjang 6 – 8 meter dibelah menjadi 2 bagian untuk mengapit (horizontal)

Pembuatan Trucuk dilakukan dengan harapan dapat meminimalisir hantaman ombak di lokasi area penanaman mangrove.

Setelah adanya trucuk yang terpasang diarea penanaman, kemudian dilakukan Pembersihan lahan dari sampah, ranting pohon, dan potongan kayu serta tumbuhan liar di sekitar lahan penanaman

Setelah adanya pembuatan trucuk dan pembersihan lahan kemudian dilakukan Kegiatan penanaman dengan cara berbaris di sepanjang tali arah larikan sesuai dengan pola tanam di masing-masing section. Penanaman dilakukan secara seri dengan penancapan ajir terlebih dahulu. Setelah ajir ditancap pada baris pertama, maka tali larikan akan dipindah ke baris selanjutnya. Kemudian, dilakukan penanaman bibit dengan menggali substrat dan menanam bibit. Bibit yang telah ditanam diikat dengan tali ke ajir agar kuat dari terpaan gelombang maupun kondisi pasang surut. Terdapat 6 section (S1 – S6) area penanaman mangrove dimana disetiap section ada trucuk yang berguna untuk melindungi bibit mangrove.

Pasca penanaman mangrove kegiatan yang dilakukan adalah monitoring sekaligus penyulaman bibit terhadap mangrove yang mati. Pada tahun 2023 dilakukan perawatan trucuk sekaligus penyulaman mangrove di area S1, S2, S5, S6 dengan jarak tanam satu meter. Area penanaman S3 dan S4 tidak menjadi prioritas dalam penyulaman mengigat berdasarkan hasil monitoring area tersebut sering terjadi genangan yang cukup tinggi ketika pasang air laut.

Nonton Bareng Film SEMES7A

Jumat 8 Januari 2021 Kelurahan Kandang Panjang mengadakan kegiatan nonton bareng (nobar) film SEMES7A dan diskusi bersama untuk membahas pesan dari film SEMES7A, Kegiatan ini merupakan upaya penyadartahuan terhadap kaum muda khususnya pelajar terkait isu perubahan iklim yang terjadi di kota Pekalongan.

Film “SEMES7A” merupakan film dokumenter karya sutradara Chairun Nissa dan diproduseri oleh Nikolas Saputra ini masuk nominasi film dokumenter terbaik FFI 2018. Film yang bercerita tentang tujuh sosok dari tujuh provinsi di Indonesia mampu menarik perhatian peserta nobar yang ada di kelurahan kandang panjang. Mulai dari tokoh pertama Tjokorda Raka Kerthysa, seorang tokoh budaya di Ubud, Bali, bersama segenap umat Hindu menjadikan momentum Hari Raya Nyepi sebagai hari istirahat alam semesta. Sampai pada tokoh yang terakhir Soraya Cassandra, petani kota pendiri Kebun Kumara, Jakarta. Pemuda kandang panjang fokus menyimak setiap cerita dari masing-masih tokoh, karena di film ini mereka tidak hanya belajar tentang perjuangan ketujuh tokoh untuk menjaga iklim, tetapi juga belajar tentang keberagaman budaya, agama, dan toleransi.

Setelah selesai menonton film yang berdurasi 88 menit tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan Forum Grup Diskusi (FGD). Kegiatan FGD dipandu oleh Nur Khasanah. Ada tiga pertanyaan yang diajukan sebagai pemantik FGD pada setiap kelompok. Pertanyaan pertama, terkait tentang apa pesan dari film yang paling menginspirasi. Pertanyaan kedua, perserta diminta menyebutkan masalah lingkungan sekitar sebagai dampak krisis iklim. Pertanyaan ketiga, perserta diminta untuk membuat rencana aksi nyata terkait permasalahan yang muncul di pertanyaan kedua.

Pemuda Kandang Panjang tampak antusias dalam sesi diskusi. Mereka menyampaikan pendapatnya tanpa ragu dan berpikir panjang bagaimana cara menanggulangi permasalahan krisis iklim yang ada di lingkungan sekitar. Seperti jawaban perwakilan peserta nobar kurang sadarnya akan dampak penggunaan plastik yang berlebih terutama pada penggunaan botol air mineral dan plastik dari bungkus makanan ringan dan juga menyampaikan aksi nyata yang akan mereka lakukan, yakni mengampanyekan gerakan bawa botol minum dari rumah dan mengurangi penggunan sampah plastik.

Dari berbagai hasil diskusi peserta nobar (pemuda kandang panjang) pemandu mencoba menarik benang merahnya dibantu oleh syariful mal agar hasil diskusi dari kegiatan nonton bareng film “Semesta” ini bisa menjadi aksi nyata yang bisa diimplementasikan sebagai program gerakan di kandang panjang. Dari hasil simpulan diskusi ada beberapa aksi nyata yang akan diwujudkan oleh Pemuda Kandang Panjang Kota Pekalongan. Antara lain, rencana untuk melakukan gerakan bawa botol minum sendiri dan mengampanyekan pengurangan penggunaan plastik.

FGD Gender tingkat Kelurahan Panjang Baru

Gender, kebanyakan masyarakat masih memahami gender sebagai jenis kelamin atau fisik semata. Dikutip dari website resmi dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kemenppa.go.id, Gender adalah hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan bagaimana hubungan sosial ini dikonstruksikan. Peran gender bersifat dinamis dan berubah antar waktu. Jadi tidak ada hubungan antara Gender dengan Sex atau jenis kelamin.

Sedangkan menurut sumber yang sama, Peran Gender adalah perilaku yang dipelajari di dalam suatu masyarakat/komunitas yang dikondisikan bahwa kegiatan, tugas-tugas atau tanggung jawab patut diterima baik oleh laki-laki maupun perempuan. Peran gender dapat berubah, dan dipengaruhi oleh umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik. Baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran ganda di dalam masyarakat. Perempuan kerap mempunyai peran dalam mengatur reproduksi, produksi dan kemasyarakatan. Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan politik kemasyarakatan.

Wilayah Kelurahan Panjang Baru yang sebagian besar buruh dan nelayan, menjadikan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan masih timpang, dengan pemahaman yang masih kurang terkait Gender menjadikan beban perempuan semakin banyak, untuk itulah diadakan pada hari FGD Gender ditingkat kelurahan untuk mengetahui informasi, situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi di kehidupan masyarakat kelurahan Panjang Baru.

Setelah berkoordinasi dengan pihak kelurahan, disepakati FGD Gender akan dilaksanakan 28 Februari 2023 untuk Laki-laki dan 2 Maret 2023 untuk perempuan di Aula Kelurahan Panjang Baru. Pemisahan ini dilakukan untuk mengetahui lebih dalam terkait pembagian peran dalam keluarga dan bermasyarakat dengan sudut pandang masing-masing yang tidak ada intervensi dari lawan jenis. Peserta FGD Gender terdiri dari berbagai unsur masyarakat, kelompok rentan seperti perempuan kepala keluarga, anak-anak, warga manula beserta relawan difabel.

FGD Gender dibagi menjadi 3 Topik besar, Peran Gender, Gender dan Perubahan Iklim, Gender dan Pemberdayaan Masyarakat di Sektor Ekonomi. Topik pertama, Peran Gender membahas terkait pembagian peran untuk penentuan pengambil keputusan Mata Pencaharian, pembagian tugas dan aktivitas keseharian, serta kebebasan dalam beraktifitas publik seperti rapat atau arisan RT/RW.

Selama proses FGD Gender, baik itu saat laki-laki atau perempuan, kecenderungan peran masih dibebankan kepada perempuan dan pengambilan keputusan masih didominasi dari pihak laki-laki yang biasanya juga sebagai kepala atau ketua organisasi didalam masyarakat. Sedangkan untuk kelompok rentan difabel, masih kurang diperhatikan di kelurahan Panjang Baru. Namun, untuk lansia sangat diperhatikan terutama sektor kesehatan lewat posyandu yang sangat aktif di kelurahan Panjang Baru.

Topik kedua, Gender dan Perubahan Iklim membahas terkait kejadian bencana di kelurahan beserta keterlibatan Gender dalam penanganan dan penanggulangan bencana. FGD Gender Laki-laki maupun perempuan kelurahan Panjang Baru sepakat untuk saling inisiatif dan gotong royong tanpa memandang jenis kelamin saat keadaan bencana. Urusan dapur yang biasa dikerjakan oleh kelompok perempuan, dapat dikerjakan laki-laki yang biasanya diwakilkan tantara TNI karena jumlah dan waktu memasak yang sangat lama sampai berhari-hari dan berminggu-minggu tergantung situasi dan kondisi kebutuhan di masyarakat.

Topik ketiga, Gender dan Pemberdayaan Masyarakat di Sektor Ekonomi, kecenderungan kontrol pengambilan keputusan masih dipegang Laki-laki sebagai kepala keluarga, namun melalui proses diskusi terlebih dahulu bersama perempuan sebagai istri atau ibu. Sedangkan untuk akses, partisipasi dan manfaat di sektor ekonomi mengarahkan ke sisi perempuan yang memang sebagian besar uang rumah tangga dipegang oleh pihak perempuan.

Hasil diskusi pada pertemuan FGD Gender ini untuk mengenali isu dari kesetaraan gender, mengetahui perbedaan peran, hak, kewajiban dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, mengetahui siapa yang lebih memberikan peran aktif pada anggota keluarga ataupun pada keikutsertaan dilingkungan masyarakat, mengetahui siapa yang lebih sering dalam pengambilan keputusan. Teridentifikasinya informasi terkait peran gender, Kaitannya gender dengan perubahan iklim, serta kaitan gender dengan program pemberdayaan masyarakat dalam sektor ekonomi yang sudah berjalan didalam masyarakat.

Setelah FGD Gender, pemahaman masyarakat terkait peran, hak, kewajiban dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan mulai berubah menjadi lebih sesuai dan benar. Namun untuk mempraktekkan kesetaraan Gender masih butuh proses panjang dan perlu pendampingan berkelanjutan dikarenakan sudah terbiasanya masyarakat dengan keadaan perempuan yang paling lemah dan tidak memiliki hak kewajiban yang setara dengan Laki-laki.

Tantangan dari kesetaraan Gender ini lebih ke aturan, baik aturan formal dari pemangku kebijakan untuk lebih inklusif, tapi juga aturan non formal atau norma yang berlaku di masyarakat untuk lebih fleksibel untuk menerima perubahan kemajuan jaman dengan mulai memasukkan peran perempuan dan kaum difabel yang sebelumnya belum terlalu diperhitungkan untuk masuk menjadi salah satu yang memiliki peran dalam bermasyarakat.

Selain membahas isu Gender, muncul isu menarik terkait kemudahan pendanaan atau peminjaman modal di masyarakat. Dengan sulitnya persyaratan peminjaman di Bank konvensional, muncul pihak permodalan atau peminjaman yang memberikan persyaratan mudah dan tanpa anggunan atau jaminan, seperti Mekar, BTPN, Amman dan lain-lain. Hanya saja kemudahan akses peminjaman ini disalahartikan oleh masyarakat, bukan untuk modal yang akan diputar kembali malah digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat kesusahan mengembalikan peminjaman dengan meminjam dari pihak yang lain, seperti istilah, Gali Lubang Tutup Lubang.

Situasi ini diperparah dengan munculnya Bank Tongol karena meningkatnya kebutuhan peminjaman di masyarakat. Bank Tongol ini istilah dari Bank yang berarti tempat menabung atau meminjam uang, dan Tongol yang dalam bahasa lain bisa diartikan sering muncul dimanapun dan kapanpun adalah perseorangan atau kelompok yang berani meminjamkan uang dengan syarat sangat mudah, bisa dipanggil kapanpun dan dimanapun, cepat cair namun dengan bunga yang selangit. Bank Tongol ini menjadi favorit karena saat terdesak mereka siap menyediakan berapapun kebutuhan peminjam. Bank Tongol seperti pedang bermata dua, sangat merugikan masyarakat dengan bunga yang terlampau tinggi, namun juga sangat dibutuhkan masyarakat ditenggah himpitan ekonomi beserta melambungnya harga kebutuhan pokok saat ini. Semoga kedepannya ada solusi dari permasalahan ini.