Pengentasan Kawasan Kumuh Clumprit di Degayu

Dampak banjir dan rob ternyata menimbulkan permasalahan timbulnya kawasan permukiman kumuh. Begitu juga dengan Wilayah Degayu, yang menjadi sorotan adalah kawasan permukiman kumuh Clumprit.

Untuk itu diadakan Rapat pada Senin, 22 April 2024 di Ruang Tiga Negeri yang dihadiri oleh Kepala Bappeda Kepala BWWS, Kepala DPUPR Kota Pekalongan, Kepala DLH Kota Pekalongan,  Kepala Disperkim Kota Pekalongan, Kepala Dinperpa Kota Pekalongan, Kepala DKP Kota Pekalongan, Kepala Disperinaker Kota Pekalongan, Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Cabang  Dinas ESDM Wilayah Serayu Utara, Camat Pekalongan Utara, Lurah Degayu, Tim PMU AF Pekalongan, dan Tim Mercy Corp Indonesia.

Guna mewujudkan program pengentasan kawasan kumuh tersebut, diperlukan data lengkap dan akurat. Data tersebut harus sudah selesai pada tanggal 10 Mei 2024.

Lurah Degayu, Fariki, SH mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah berkontribusi guna Pengentasan Permukiman Kumuh di Clumprit.

Ada Guna dalam Gulma

Dampak perubahan iklim di berbagai wilayah di bumi menyebabkan sebagian wilayah daratan berubah menjadi perairan. Sungai yang dulu bersih kini banyak ditumbuhi tanaman gulma.Salah satunya adalah eceng gondok .Tidak hanya di perairannya saja, tapi persoalan di sekeliling perairan yang menyebabkan masalah perairan itu subur untuk eceng gondok. Dengan kecepatan tumbuhnya yang subur ,eceng gondok menyebabkan air mudah menyusut dan mengalami pendangkalan. Akarnya mampu mengendapkan lumpur, dan setelah mati eceng gondok menumpuk di dasar perairan sehingga terbentuk sedimentasi.

Keberadaan eceng gondok memiliki fungsi di perairan yakni menjadi tempat berlindungnya anak-anak ikan dan tempat menempel telur ikan. Selain itu, eceng gondok juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos (biogas), bahan bakar pembuatan batu bata dan kertas. Batangnya pun bisa dimanfaatkan untuk kerajinan tangan, contohnya seperti souvenir dan tirai.

Eceng gondok merupakan gulma yang tumbuh sangat pesat di lingkungan yang sering terdampak banjir dan rob.

Pada tahun 2014 terjadi banjir yang cukup besar di wilayah kelurahan Pasir Kraton Kramat. Sejak saat itu, wilayah tersebut tak luput juga terkena dampak banjir rob setiap ada pasang surut air laut. Hal ini yang menyebabkan sungai-sungai mulai bermunculan gulma yang menghambat aliran sungai. Untuk penanggulangan pesatnya pertumbuhan enceng gondok,maka diadakan kegiatan kerja bakti yang melibatkan berbagai elemen masyarakat di sekitar aliran sungai.

Hal ini sudah berlangsung cukup lama, ada tahapan adopsi inovasi yang dilakukan atas dasar dari kesadaran dan kepedulian masyarakat di lingkungan sekitar, sehingga terciptanya ide suatu penamaan untuk memanfaatkan gulma tersebut dengan istilah “CENDOK IRENG” yang merupakan kependekan dari Eceng Gondok Olah Bareng-Bareng Ide ini muncul dari salah satu warga yang tinggal di sekitar sungai bremi. Ihtifazhudin Abadi Bowo adalah pencetus ide tersebut yang didasari dari rasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Beliau membuat pelet ikan dan kompos biogas dengan bahan baku eceng gondok.

Pemanfaatan eceng gondok belum bisa optimal, karena masih dilakukan secara industri rumahan. Perlu adanya jaminan pasar dari pemerintah dan pendampingan agar produk ini bisa diserap di pasaran secara berkelanjutan.

Eceng Gondok Jadi Alternatif Bahan Pupuk Ramah Lingkungan

Dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup Indonesia pada tanggal 10 Januari 2024, POKJA PI Kelurahan Padukuhan Kraton menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dari Eceng Gondok. Tumbuhan yang sering dikenal sebagai hama itu bisa menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dalam menghadapi perubahan iklim di Pekalongan

Kelurahan Padukuhan Kraton merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Salah satu potensi yang dimiliki oleh Kelurahan Padukuhan Kraton adalah tumbuhan Eceng Gondok yang biasa dianggap sebagai hama. Namun, di-Kelurahan Padukuhan Kraton, Eceng Gondok dimanfaatkan sebagai Pupuk Organik. Namun demikian, Produk Pupuk Eceng Gondok asal Kelurahan Padukuhan Kraton hanya masih digunakan oleh sebagian masyarakat dan cenderung belum dikenal warga Padukuhan Kraton secara keseluruhan. Maka dari itu melalui POKJA PI Padukuhan Kraton dengan pemanfaatan eceng gondok ini diharapkan dapat membantu masyarakat dan juga aparat kelurahan dalam mengembangkan dan mempromosikan potensi yang dimiliki oleh Kelurahan Padukuhan Kraton.

Lurah Padukuhan Kraton Widya Putri mengatakan bahwa Eceng Gondok di Kelurahan Padukuhan Kraton sendiri merupakan tumbuhan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Setelah melakukan beberapa kali survei, ditemukan bahwa yang menjadi permasalahan di Kelurahan ini adalah eceng gondok yang seringkali menjadi hama dan tumbuhan ini juga jika dibiarkan lama kelamaan akan membusuk di perairan sehingga mengakibatkan permukaan sungai dangkal dan menjadikan wilayah  ini dilanda banjir karena air sungai yang meluap. Maka dari itu, POKJA PI Kelurahan Padukuhan Kraton membantu masyarakat untuk memanfaatkan tumbuhan ini dengan membuat sebuah produk Pupuk Eceng Gondok yang ramah lingkungan dan juga melaksanakan pemasaran yang lebih efektif agar produk Pupuk Eceng Gondok Kelurahan Padukuhan Kraton lebih banyak dikenal oleh orang-orang.

Menurut Slamet salah satu anggota POKJA PI menuturkan bahwa hal ini dilakukan mulai dari pengambilan Eceng Gondok di Sungai Bremi hingga pembuatan Pupuk Eceng Gondok yang terbagi menjadi beberapa tahap dan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama yakni sekitar dua minggu hingga satu bulan.

Terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses pembuatan Eceng Gondok. Tahap pertama adalah pengambilan Eceng Gondok di wilayah perairan sepanjang Kali Bremi. Setelah Eceng Gondok terkumpul, proses selanjutnya adalah menghaluskan Eceng Gondok menggunakan mesin penghalus.

Setelah Eceng Gondok halus, maka campuran tersebut akan diratakan setinggi 30 cm, setelah ditumpuk, Eceng Gondok yang telah halus tersebut akan disiram menggunakan EM4 untuk proses pengkomposan.

Setelah tumpukan eceng gondok disiram menggunakan EM4, diatasnya kemudian ditambahkan lagi tumpukan Eceng Gondok yang telah dihaluskan setinggi 30 cm dan disiram lagi menggunakan EM4. Lakukan proses sebelumnya hingga tumpukan ketiga. Setelah tumpukan ketiga disiram menggunakan EM4, tumpukan eceng gondok tersebut kemudian ditutup agar tumpukan Eceng Gondok tidak terkena udara dan proses pengkomposan dapat terjadi. Proses ini dilakukan dalam waktu 2 minggu-1 bulan, hingga campuran Eceng Gondok , Setelah proses pengkomposan terjadi, maka akan dilakukan proses penggilingan sekali lagi. Setelah Pupuk menjadi lebih halus, maka tahap terakhir adalah tahap pengayakan agar Pupuk Eceng Gondok menjadi lebih halus lagi. Setelah Pupuk Eceng Gondok di ayak, maka hasil ayakan tersebut akan dikemas kedalam plastik kemasan dan siap untuk digunakan.

Aksi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kelurahan padukuhan kraton, dan Segenap Tokoh masyarakat yang mendukung kegiatan ini bertekad melanjutkan pembuatan pupuk ini guna mengurangi populasi hama Eceng Gondok yang ada di Padukuhan Kraton sekaligus mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk tanaman agar lebih hemat dan ramah lingkungan.

Rob, Mangrove, dan Warga

Bencana rob yang terjadi dari beberapa tahun yang lalu sangat berdampak buat warga terutama warga yang berada dekat dengan pantai. Tentunya lebih banyak dampak negatifnya daripada dampak positifnya, karena selain merusak bangunan rumah dan fasilitas yang ada didalam rumah, rob juga membuat banyak warga yang kehilangan mata pencarian karena lokasi mereka mencari nafkah tergenang air.

Lurah Kandang Panjang menuturkan “Banyak warganya yang harus berhenti berjualan karena lokasi warungnya terendam air rob.Ada juga yang harus meninggalkan rumahnya dan pindah ke lokasi yang lebih aman dari rob agar mereka hidup lebih baik” pungkas Amat Fauzan. Anak-anak sekolah juga banyak yang tidak masuk sekolah karena akses jalan menuju ke sekolah tergenang air yang tentunya tidak bisa dilewati.

Untuk menanggulangi rob Kelompok Kerja Perubahan Iklim bersama Pemerintah Kota Pekalongan, Babinkamtibnas, PKK, Karang Taruna, BKM, LPM, APSARA (Asosiasi Pemuda Salam Manis Raya), KATANA dan Kobar melaksanakan kegiatan penanaman mangrove dipesisir kandang panjang. Penanaman ini dilakukan 2 tahap yakni tahap I pada bulan September 2022 penanaman sejumlah 11.800 Bibit brayo (Avicenna Marina) dan pada bulan Juni 2023 penanaman 2000 bibit brayo (Avicenna Marina) dan 2000 bakau (Rhizophora Mucronata). Pengadaan bibit tersebut disupport oleh Kemitraan partnership.

Pemerintah kota melalui Walikota Pekalongan berharap dengan penanaman mangrove ini dapat menanggulangi bencana rob diwilayah pesisir utara khususnya daerah Kandang Panjang sehingga nantinya warga dapat beraktifitas kembali seperti semula.

Ibu Rumah Tangga Olah Limbah Sampah Jadi Rupiah

Pokja PI (Perubahan Iklim) Kelurahan Panjang Baru bekerja sama dengan Kemitraan Partnership mengadakan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Plastik Rumah Tangga Menjadi Kerajinan Bernilai Jual. Pelatihan tersebut merupakan salah satu program kerja dari Pokja PI Panjang Baru yang diadakan di Aula Kelurahan Panjang Baru pada hari Selasa tanggal 26 Maret 2024. Peserta yang berpartisipasi dalam pelatihan sejumlah 30 orang dari berbagai macam perwakilan RW di wilayah Panjang Baru.

Staf Kelurahan Panjang Baru Puspaningsih mengatakan ibu-ibu yang terlibat dalam acara ini dari perwakilan RW sehingga diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini masing-masing perwakilan bisa membentuk kelompok per RW agar semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan limbah plastik rumah tangga ini.

Pokja PI Kelurahan Panjang Baru berkolaborasi dengan Rumah BUMN BRI Kota Pekalongan, memfasilitasi pelatihan pemanfaatan limbah plastik rumah tangga dengan mendatangkan pelatih dari Venti Craft yang sudah profesional dalam bidang kreatif. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada ibu rumah tangga bahwa limbah plasik dapat dijadikan ide kreatif kerajinan yang bernilai jual sehingga limbah sampah bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dan sebagai upaya untuk mengurangi limbah plastik sampah rumah tangga yang semakin menumpuk serta menjadikan ibu rumah tangga lebih kreatif dan terampil dalam pembuatan bahan baku sampah sehingga bisa memperbaiki perekonomian.

Venti Craft mengajarkan kerajinan limbah plastik dengan teknik yang paling mudah untuk pemula, kerajinan dibuat seperti bentuk bunga menggunakan botol plastik dan limbah plastik rumah tangga yang sudah tak terpakai seperti plastik sabun, kopi, pewangi dan lain-lain.

“Pelatihan seperti ini dapat meningkatkan kreativitas ibu-ibu jadi kalau di rumah bisa juga di praktekkan sendiri, rencana kerajinan yang saya buat disini mau saya gunakan untuk hiasan dirumah. Kalau sudah semakin ahli dan hasilnya bagus, baru dijual” Menurut seli salah satu peserta  pelatihan.

Menggunakan limbah plastik untuk membuat produk bernilai tinggi tidak hanya membantu mengurangi jumlah limbah plastik yang mencemari lingkungan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi kepada ibu rumah tangga.

“Harapan Saya masyarakat warga Panjang Baru bisa lebih kreatif dan memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi produk nilai jual” Harapan dari Novianti  Fasilitator Rumah BUMN BRI Kota Pekalongan

Dengan pelatihan yang tepat dan dukungan yang berkelanjutan, ibu rumah tangga dapat mengubah limbah menjadi sumber penghasilan yang berkelanjutan dan memiliki dampak positif bagi lingkungan serta masyarakat di Kelurahan Panjang Baru.

Pelatihan Hidroponik Kelurahan Kandang Panjang

Pada 6 Oktober 2023, Kelompok Wanita Tani (KWT) Kencana Jaya bersama Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) dan warga RW 9 Kelurahan kandang panjang mengikuti kegiatan pelatihan hidroponik  yang bertempat di Mushola Al Muhajirin. Pelatihan hidroponik di kandang panjang merupakan kegiatan bagian dari aksi adapatasi perubahan iklim setelah adanya sosialisasi Rencana Aksi Daerah Adapatasi Perubahan Iklim (RAD API). Kegiatan ini disupport oleh kemitraan partnership yang diinisiasi Pokja PI Kandang Panjang berdasarkan hasil rapat koordinasi pada tanggal 20 Juni 2023 mengacu pada rencana kerja yang telah disusun di bulan januari 2023.

Lurah Kandang Panjang dan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan ikut serta hadir dan mendampingi kegiatan pelatihan ini. Dalam sambutannya,  lurah kandang panjang berharap pelatihan hidroponik bisa dimanfaatkan dengan baik dan dapat berkelanjutan. Jika warga masyarakat telah mengetahui cara bercocok tanam dengan metode hidroponik,  pasca panen warga dapat mengkonsumsi untuk kebutuhan sendiri dan menjual sayuran tersebut yang nantinya akan meningkatkan pendapatan warga masyarakat.

Bambang Kundar Eko dari Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Kabupaten Pekalongan menjadi narasumber dalam kegiatan pelatihan hidroponik ini. Dalam materinya dia menyampaikan mulai dari pengertian Hidroponik, sejarah hidroponik, kelebihan dan kekurangan bercocok tanam dengan metode hidroponik, bahan-bahan yang digunakan, system hidrponik dan terakhir ditutup dengan pembuatan instalasi hidroponik menggunakan rak pipa dan rak kayu media sterofoam.

“Hidroponik adalah suatu budidaya menanam dengan mamakai air tanpa memakai tanah dan menekankan penambahan kebutuhan nutrisi untuk tanaman,” tutur Bambang Kundar Eko diawal penyampaian materinya.

Bambang Kundar Eko atau sapaan akrabnya pak eko menjelaskan dalam instalasi hidroponik di KWT Kencana Jaya terdapat 6 pipa paralon, yang masing-masing pipa dilubangi dengan jarak 20 cm sehingga 1 pipa terdapat 20 lubang, total untuk instalasi pipa menghasilkan 120 lubang. Sedangkan untuk instalasi media sterofoam ada 7 buah, di setiap sterofoam terdapat 5 lubang dengan jarak 15 cm sehingga untuk media sterofoam akan menghasilkan 35 lubang. Bibit yang diguanakan dalam pelatihan hidroponik ini adalah tanaman pakcoy yang nanti dapat dipanen setelah 30 hari.

Pelatihan Menulis dan Penyuntingan, Fokus pada Ketahanan Iklim Berbasis Masyarakat (KIBAS)

Sebuah inisiatif revolusioner tengah mengambil langkah besar dalam mendidik penulis dan penyunting tentang pentingnya ketahanan iklim berbasis masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan krisis lingkungan yang semakin marak terjadi.

Pelatihan ini diselenggarakan oleh Kemitraan program Adaptation Fund yang berfokus meminimalisir dampak perubahan iklim pada tanggal 23 April 2024 berlokasi di Hotel Howard Johnson Pekalongan.

Para peserta yang hadir yakni dari OPD Kota Pekalongan, 8 kelurahan dampingan serta Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) Kelurahan Krapyak dengan tujuan untuk memahami bagaimana mereka dapat menggunakan keahlian menulis dan penyuntingan mereka untuk memperkuat ketahanan komunitas terhadap dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

“Kita tidak perlu rating tinggi dalam membaca berita, yang terpenting adalah berita tersebut dapat memberikan fakta yang sesuai terjadi di lapangan”, ucap salah satu narasumber.

Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam memperkuat jaringan global penulis dan penyunting yang peduli terhadap isu-isu lingkungan, serta mendorong lebih banyak kolaborasi dan inovasi agar aksi yang berkaitan dengan lingkungan dapat berkelanjutan.

Evita

Evita seorang perempuan muda yang lahir dan dibesarkan Degayu, Kota Pekalongan.

Dia tumbuh sebagai anak yang ceria dan penuh semangat, selalu tertarik pada alam dan kehidupan di sekitarnya. Sejak kecil, Evita sudah menunjukkan minat pada ilmu pengetahuan dan keberlanjutan lingkungan. Sering kali, ia menghabiskan waktu luangnya untuk bermain di kampung halamannya yang terkenal sebagai penghasil beras terbaik di Kota Pekalongan.

Degayu terkenal sebagai penghasil beras terbaik di masa itu. Saat Evita mulai memasuki usia remaja daerah Degayu telah berubah menjadi genangan air akibat luapan air laut yang masuk ke daratan.

Di usia remaja, Evita terlibat dalam sebuah Kelompok Kerja Perubahan Iklim (POKJA PI) Degayu dan aktif terlibat sebagai bendahara POKJA PI tersebut. Dari sini Evita mempunyai cita-cita ingin mengembalikan tempat kelahirannnya itu menjadi seperti dulu lagi, namun logikanya berkata lain karena sepertinya sudah tidak mungkin jika dikembalikan seperti awal ketika Evita masih berusia muda.

Akhinya Evita bertekad paling tidak dengan dia aktif dalam POKJA PI ini dapat memberikan dampak positif bagi warga dan mengajak orang-orang di kampung halamannya ini agar bisa melakukan aksi sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan yang dialaminya akibat adanya air laut yang masuk ke daratan tempat tinggalnya.

Perempuan ini memiliki visi, komitmen, dan semangat untuk membuat perbedaan dalam pelestarian lingkungan dan keberlanjutan. Kisahnya menunjukkan bagaimana individu dapat memengaruhi dunia melalui kecintaan mereka terhadap alam dan tindakan nyata untuk melindungi lingkungan hidup.

Tini, Perempuan Pengabdi Negeri

Berparas cantik, senyum penuh semangat, dan sorot mata yang menyimpan sejuta harapan merupakan sifat yang cocok untuk menggambarkan sosok Martini atau biasa dipanggil Tini, perempuan inspiratif dari Kelurahan Krapyak.

Dari kecil ia dikenal sebagai gadis yang periang, cerdas dan sopan. Berkat kegigihannya, Martini berprestasi sejak masih duduk di bangku sekolah. Ia menjadi juara karate perorangan putri pada kejuaraan INKAI – Ramada Cup I ( 1997 ), juara 2 lomba dongeng anak Islam PWA ( 2014 ), dan juara 2 lomba anak islam PWA Jateng ( 2014 ).

Tak hanya itu, ketika sudah berada di dunia kerjapun sosok Martini tetap berprestasi. Ia mendapatkan kembali rentetan prestasi, yakni juara 3 lomba bercerita dengan alat peraga Tingkat kota Pekalongan IGTKI-PGRI Kota Pekalongan (2023), dan juara 1 lomba Kreanova Kota Pekalongan (2023).

Walaupun ia sibuk sebagai pengajar di TK Sudirman 3 Pekalongan, single mom ini masih menyisihkan waktunya untuk berkontribusi kepada Masyarakat. Setiap sore, ia mengajar anak-anak pinggir Sungai Krapyak di sebuah Surau yang diberi nama Ruang Pintar Krapyak Kota Pekalongan, serta menjadi narasumber di berbagai pelatihan klasterisasi pengolahan ikan.

Tak hanya itu, Ia banyak mengikuti organisasi dan komunitas-komunitas kemasyarakatan seperti LPM Kelurahan Krapyak (Ketua), FLMP Kota Pekalongan (Bendaha), Poklahsar “ Moya Bahari Perdana” dan Gerai oleh-oleh Pekalongan (Bendahara), Pokdakan “Mina Karya” (Ketua) dan menjadi anggota Tangguh Bencana Kelurahan Krapyak.

Sosok Martini memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, khususnya lingkungan kelurahannya yang telah mengalami perubahan iklim. Banjir ROB yang melanda membuat ia terus berkontribusi membantu pemerintah dalam mengatasi perubahan iklim itu melalui komunitas seperti POKJA Pi Kelurahan Krapyak yang didukung oleh lembaga KEMITRAAN.

Ia terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan seperti budidaya ikan (silvofishery) memanfaatkan lahan tidur di sekitar lahan milik Universitas Pekalongan (Unikal), pengembangan demplot urban farming di beberapa RW, budidaya lele dan urban farming di TPS2R Rusun Indah Krapyak, penataan eco-wisata berbasis alam, penataan ruang terbuka hijau di beberapa RW yang berada di Krapyak serta Pengolahan sampah dengan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).

Martini memiliki harapan besar kepada pemerintah Pekalongan dan KEMITRAAN untuk selalu melakukan program-program baik yang berkaitan dengan penanganan lingkungan dan penanganan dampak perubahan iklim, untuk kemajuan Kota Pekalongan.

Dari cerita pengalama hidunya , Slogan Perempuan Pengabdi Negeri, sepertinya memang pantas disematkan kepada Perempuan bernama lengkap Martini Yuswinda ini.

Festival Pangan 2024, Sinergi Kota Pekalongan Bangun Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim

RADARPEKALONGAN,DISWAY.ID- Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kemitraan menggelar kegiatan Festival Pangan 2024 dengan mengangkat tema ‘Sedekah Untuk Bumi’ yang berlangsung meriah di GOR Jetayu, Kota Pekalongan, Minggu (28/4/2024).

Perubahan iklim membawa efek domino yang merugikan umat manusia. Salah satu efek tersebut ialah terancamnya ketahanan pangan. Sebab Perubahan iklim mengakibatkan pergeseran musim hujan dan kemarau yang mengurangi hasil pertanian.

Berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia mengalami penurunan curah hujan tahunan sebesar 1-4 persen pada periode 2020-2034. Hal ini berpotensi menurunkan produksi padi nasional sebesar 1,13 – 1,89 juta ton. Sawah seluas 2.256 hektar pun terancam kekeringan.

Hal ini pula yang tengah terjadi di Kota  Pekalongan. Banjir rob dan naiknya permukaan air laut di pesisir Kota  Pekalongan sejak 2007 meluluhlantakkan lahan pertanian warga. Dan dampaknya tidak main-main.

Sebagian wilayah di Kecamatan Pekalongan Utara kehilangan status sebagai lumbung padi dan produsen hasil perkebunan. Padahal daerah itu dulunya menjadi sentra pertanian dan perikanan. Komoditas pangan terutama padi serta sayuran pernah tumbuh subur di Kota Pekalongan.

Sejak tahun 2021, Kemitraan bersama Pemerintah Kota Pekalongan melalui dukungan Adaptation Fund (AF) bekerja sama membangun program adaptasi perubahan iklim. Salah satu tujuannya untuk membangun ketahanan pangan di wilayah terdampak. Kemitraan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Pekalongan dan warganya kini tengah mengembangkan urban farming sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim. Para petani yang tadinya tak bisa bercocok tanam lantaran sawah dan kebunnya terendam rob, sekarang bisa kembali memproduksi pangan bagi masyarakat Kota  Pekalongan. Dan kini hasil dari urban farming sebagai solusi adaptasi perubahan iklim dalam menjaga ketahanan pangan di Kota  Pekalongan mulai menampakkan hasil.

“Contohnya Pak Slamet bersama kelompok urban farming-nya. Di tengah keterbatasan lahan kering yang ada, kelompok ini berhasil mengembangkan pertanian sayur dan bumbu dapur. Mereka juga mengolah hasil panen menjadi jajanan seperti keripik terong,” ungkap Direktur Eksekutif Kemitraan Laode M. Syarif, (28/4/2024).

Adapun selama proses pengerjaan program adaptasi perubahan iklim, Kemitraan mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat seperti Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, dan selainnya. Sehingga, atas dukungan tersebut Kemitraan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Syarif juga menuturkan upaya-upaya baik ini perlu terus ditindaklanjuti agar masyarakat makin tangguh dalam beradaptasi dengan perubahan iklim. Terutama dalam menjaga ketahanan pangan di Kota  Pekalongan. “Kita tidak bisa berharap  Pekalongan kembali menjadi kota yang dikenal dengan lumbung padi dan perkebunan. Tapi dengan usaha dan kolaborasi semua pihak, kita optimistis Kota Pekalongan akan mewujudkan misi ketahanan pangan dan sekaligus beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang terjadi,” lanjutnya.

Sementara, menyikapi hal tersebut Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Eni Lestari, mengatakan Kota Pekalongan memiliki tantangan serius dalam menjaga ketahanan pangannya. Sebab sekitar 90 persen luas lahan pertanian wilayah utara Kota Pekalongan telah tergerus banjir rob. Dulunya terdapat 400 hektar lahan pertanian di utara Kota Pekalongan. Saat ini hanya tersisa 28 hektar yang bisa ditanami. “Insya Allah dengan pembangunan tanggul rob ini sudah mulai kering dan kita kaji unsur hara dan selainnya sehingga bisa dimanfaatkan lahan tersebut jadi sawah lagi.  Pekalongan tidak pasarah. Bersama Kemitraan sudah berupaya melakukan adaptasi perubahan iklim,” ujar Eni.

Hal senada disampaikan Sekretaris Daerah Kota  Pekalongan, Nur Priyantomo. Ia mengatakan dalam menghadapi kondisi yang serba sulit di Kota Pekalongan dibutuhkan inovasi. Ia bersyukur saat ini Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kemitraan telah mengupayakan inovasi penyediaan pangan bagi warga di tengah berkurangnya lahan pertanian akibat banjir rob. Salah satu inovasi yang telah berjalan ialah urban farming. Ia menjadi alternative baru dalam menyediakan pangan di tengah berkurangnya lahan pertanian. “Di  Pekalongan tantangannya tanahnya sempit, lahannya sempit, tapi penduduknya banyak. Kalau kita tidak bisa produksi pangan sendiri dengan inovasi, kita akan tergantung dengan tetangga. Oleh sebab itu inovasi menjadi penting,” tutur Nur Priyantomo.

Dengan turut memamerkan produk-produk inovasi yang lahir dari aksi adaptasi perubahan iklim. Selain itu ditampilkan juga acara talkshow ketahanan pangan, lounching film hingga aneka hiburan dengan hadiah dan doorprize menarik.