Pemkot-Kemitraan Jaga Ketahanan Pangan Di Tengah Dampak Perubahan Iklim

Kota Pekalongan – Pemerintah Kota Pekalongan berkolaborasi Kemitraan menggelar kegiatan Festival Pangan 2024 dengan mengangkat tema ‘Sedekah Untuk Bumi’ yang berlangsung meriah di GOR Jetayu, Kota Pekalongan, Minggu (28/4/2024). Seperti diketahui, perubahan iklim membawa efek domino yang merugikan manusia. Salah satu efek tersebut ialah terancamnya ketahanan pangan. Sebab, perubahan iklim mengakibatkan pergeseran musim hujan dan kemarau yang mengurangi hasil pertanian.

Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo yang hadir mewakili Walikota Pekalongan, menjelaskan bahwa, sejak tahun 2021, Kemitraan bersama Pemerintah Kota Pekalongan melalui dukungan Adaptation Fund (AF) bekerja sama membangun program adaptasi perubahan iklim. Salah satu tujuannya yakni untuk membangun ketahanan pangan di wilayah terdampak. Dimana, saat ini Kemitraan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Pekalongan dan warga setempat tengah mengembangkan urban farming sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim. Menurutnya, para petani yang tadinya tak bisa bercocok tanam lantaran sawah dan kebunnya terendam rob, sekarang bisa kembali memproduksi pangan bagi masyarakat Kota Pekalongan.

“Ini merupakan rangkaian acara dan bentuk kerjasama serta kolaborasi yang dilakukan oleh Pemkot Pekalongan dengan Kemitraan yang dipimpin oleh Bapak Laode M. Syarif, mantan Ketua KPK RI. Kerjasama ini sudah berjalan sejak tahun 2021,”ucap Sekda Nur Pri, sapaan akrabnya.

Sekda Nur Pri menegaskan, bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak Kemitraan ini tidak hanya dalam bentuk pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan non fisik seperti pelatihan-pelatihan, sosialisasi cara produksi dan pemasaran produk kepada para UMKM dan sebagainya.

“Termasuk kegiatan festival pangan ini, yang turut menghadirkan produk para UMKM binaan dalam inovasi pangan seperti es krim tempe, terasi udang hingga kerupuk dari telur asin, bio kultur jaringan dan lainnya,” katanya.

Pihaknya berharap, kegiatan ini bisa menjadikan inovasi dalam mengembangkan lahan di Kota Pekalongan yang relatif sempit. Sehingga,  perlu untuk dilakukan inovasi secara terus-menerus dalam menghadapi kondisi alam yang seperti ini akibat perubahan iklim. Lanjutnya, sistem kerjasama ini akan diperpanjang.

“Dengan komitmen dan jalinan kerjasama yang baik kita lanjutkan hingga 3 tahun kedepan. Bahkan, bentuk kerjasama kemitraan ini juga telah direplikasi di beberapa daerah seperti Kota Tegal, Kabupaten Batang, Demak dan lain sebagainya,”ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Kemitraan Laode M. Syarif memaparkan, Kemitraan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Pekalongan dan warganya kini tengah mengembangkan urban farming sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim. Para petani yang tadinya tak bisa bercocok tanam lantaran sawah dan kebunnya terendam rob, sekarang bisa kembali memproduksi pangan bagi masyarakat Kota Pekalongan. Kini, hasil dari urban farming sebagai solusi adaptasi perubahan iklim dalam menjaga ketahanan pangan di Kota Pekalongan mulai menampakkan hasil.

“Contohnya, Pak Slamet bersama kelompok urban farming-nya. Di tengah keterbatasan lahan kering yang ada, kelompok ini berhasil mengembangkan pertanian sayur dan bumbu dapur. Mereka juga mengolah hasil panen menjadi jajanan seperti keripik terong,”beber Laode

Adapun selama proses pengerjaan program adaptasi perubahan iklim, Laode menerangkan, Kemitraan mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat seperti Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, dan selainnya. Sehingga, atas dukungan tersebut Kemitraan menyampaikan apresiasi dan terima kasih sebesar-besarnya.

Laode menilai, upaya-upaya baik ini perlu terus ditindaklanjuti agar masyarakat makin tangguh dalam beradaptasi dengan perubahan iklim, terutama dalam menjaga ketahanan pangan di Kota Pekalongan.

“Kita tidak bisa berharap Pekalongan kembali menjadi kota yang dikenal dengan lumbung padi dan perkebunan. Tapi, dengan usaha dan kolaborasi semua pihak, kita optimis bahwa Kota Pekalongan akan mewujudkan misi ketahanan pangan dan sekaligus beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang terjadi,” imbuhnya.

Turut hadir dalam acara tersebut, Direktur Eksekutif Kemitraan, Laode Muhammad Syarif, serta perwakilan dari PJ Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Perwakilan Sekda Jateng beserta tamu undangan lainnya. Dalam kegiatan festival pangan Kota Pekalongan ini juga turut dimeriahkan oleh bazar pangan produk lokal UMKM yang terdiri dari 3 stan OPD, 2 Kecamatan dan 8 Pokja Perubahan Iklim di Kota Pekalongan yang memamerkan produk-produk inovasi yang lahir dari aksi adaptasi perubahan iklim. Selain itu, diisi pula dengan acara talkshow ketahanan pangan, launching film hingga aneka hiburan dengan hadiah dan doorprize menarik.(Dian/Adam).

Dukung Tercapainya ODF, Masyarakat Diminta Maksimalkan Pengelolaan MCK Komunal Adaptif

Selain membuat program ketahanan ekonomi di tengah dampak perubahan iklim, Kemitraan Indonesia juga membangun program-program sarana dan prasarana fisik  untuk membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim di Kota Pekalongan. Salah satunya, Kemitraan membangun 23 Unit Mandi, Cuci, Kakus (MCK) Komunal Adaptif di 8 kelurahan terdampak banjir dan rob di Kota Pekalongan. Saat ini, pembangunan MCK komunal adaptif tersebut sudah 95 persen rampung dikerjakan. Namun, diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan oleh masyarakat setempat selaku penerima manfaat

Menindaklanjuti hal tersebut, Kemitraan Indonesia menyelenggarakan Kegiatan Workshop Sanitasi Publik dan Pengelolaan MCK Komunal Adaptif di Koya Pekalongan yang dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pekalongan, Nur Priyantomo didampingi Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, dan dihadiri oleh kelompok kerja (pokja) perubahan iklim dan fasilitator kelurahan se-Kota Pekalongan, berlangsung di Hotel Aston Kota Pekalongan, Selasa (28/5/2024).

Sekda Nur Pri, sapaan akrabnya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Tim dari Adaptation Fund Kemitraan Indonesia yang terus memberikan pendampingan kepada Pemerintah Kota Pekalongan dan masyarakat untuk bersama- sama membahas tentang  perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang masih terjadi di sejumlah titik di lingkungan masyarakat. Dengan pertemuan workshop ini, dapat meningkatkan pengetahuan dan memberi pemahaman kepada masyarakat, bahwa perilaku BABS sangatlah tidak dianjurkan karena dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Maka, harapannya pertemuan ini dapat memberikan beberapa alternatif solusi dalam upaya menurunkan tingkat bebas BABS, sekaligus mencapai predikat Open Defication Free (ODF) atau tidak BAB sembarangan secara menyeluruh di Kota Pekalongan.

“Sebagaimana dilaporkan teman-teman dari Adaptation Fund, bahwa masih terdapat empat kelurahan (Panjang Wetan, Degayu, Krapyak, dan Padukuhan Kraton) yang teridentifikasi masih melakukan BABS. Dimana, kebiasaan ini masih dipengaruhi oleh perilaku sosial yang perlu penyadaran kolektif, baik dari individual maupun kelembagaan,”ucapnya.

Sekda Nur Pri juga menyampaikan apresiasi kepada fasilitator kelurahan dan Tim AF yang ke depannya memiliki keinginan untuk segera membangun pengelolaan MCK Komunal Adaptif, dengan metode pendampingan langsung kepada masyarakat, agar tujuan dari tercapaianya kota sehat di Kota Pekalongan dapat direalisasikan.

Pihaknya menilai, diperolehnya status Kota Sehat merupakan salah satu cita-cita yang masih terus Pemkot Pekalongan upayakan pencapaiannya. Memperoleh status tersebut akan menjadi sebuah prestasi luar biasa, yang mana dapat turut menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyelenggrakan akses kesehatan terhadap masyarakat secara menyeluruh.

“Tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai status Kota Sehat tersebut, seperti salah satunya terkait pemenuhan standar sanitasi yang tinggi dengan tercapainya Open Defecation Free (ODF). ODF sendiri mencerminkan adanya akses yang memadai terhadap fasilitas sanitasi yang layak, seperti toilet atau jamban. Selain itu, ODF juga melibatkan perubahan perilaku masyarakat untuk menghindari praktik buang air besar sembarangan dan menerapkan kebiasaan mencuci tangan yang baik setelah menggunakan toilet,”paparnya.

Lanjut Sekda menambahkan, bahwa mencapai status ODF sangatlah penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal tersebut lantaran praktik BABS dapat menyebabkan berbagai penyebaran penyakit serta mengancam kebersihan lingkungan. Sehingga, dengan mencapai status ODF risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan lingkungan harapannya dapat dikurangi secara signifikan.

“Kemudian, setelah memastikan lingkungan bebas dari praktik buang air besar sembarangan, langkah-langkah selanjutnya akan kami arahkan pada peningkatan kualitas air minum, pengelolaan limbah yang baik, dan promosi kesehatan yang holistik, hingga nantinya dapat tercapai status Kota Sehat bagi Kota Pekalongan. Sebuah hal baik tentunya tidak mungkin tercapai tanpa kerja keras, kolaborasi, dan dedikasi dari semua pihak,”tegasnya.

Sementara itu, Team Leader Program Adaptation Fund Pekalongan, Andi Kiki, Workshop ini dimaksudkan untuk membangun pemahaman yang sama terkait MCK Komunal Adapatif yang didalamnya berkaitan dengan sanitasi, sehat untuk bersama, dan sebagainya.

“Bagaimana MCK itu tidak hanya bisa memenuhi indikator sehat, tetapi juga memenuhi perlakuan terhadap MCK itu sendiri yang dikelola secara bersama. Selain itu, kami ingin mensinergikan peran semua pihak yang menjadi modalitas bersama terkait pengelolaan MCK komunal adaptif yang sudah dibangun ini ke depan. Jadi, tidak hanya sekedar selesai dibangun, namun juga ada pengelolaan untuk keberlanjutan ke depannya baik perawatan, memastikan MCK selalu berfungsi, dan dikelola secara komunal,”ungkap Andi Kiki.

Andi Kiki menyebutkan, sejak Juli 2021, Kemitraan Indonesia telah membangun 23 MCK komunal adaptif yang tersebar di 8 kelurahan terdampak perubahan iklim di Kota Pekalongan. Dari jumlah tersebut, 17 unit diantaranya merupakan rehabilitasi MCK, dan sisanya pembangunan MCK baru. Pembangunan sudah 95 persen, 5 persen sisanya untuk memastikan kelengkapan sarana dan prasarana, yang dapat mendukung operasional MCK ini.

“Nanti, akan ada serah terima MCK ini kepada Pemkot. Untuk pembangunan MCK komunal adaptif ini rata-rata sekitar Rp70-100 jutaan. Jika MCK ini sudah jadi, maka masyarakat setempat bisa memanfaatkan secara gratis dan turut mengelola secara bersama-sama. Yang membedakan MCK komunal adaptif ini dengan MCK lainnya adalah ada tanaman kecil yang dapat menyerap aroma bau, dikelola bersama, airnya ada yang dihubungkan ke Pamsimas atau jaringan yang sudah ada. Pembangunan MCK komunal adaptif ini juga sebagai upaya mendukung terwujudnya Kota Pekalongan 100 persen ODF,”pungkasnya. (DIAN).

Wali Kota Tebar Benih Ikan Nila Di Kelurahan Kandang Panjang

Pekalongan – Dalam rangka adaptasi perubahan iklim, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) bekerja sama dengan Kemitraan Adaptation Fund menebar sedikitnya 4.400 benih ikan nila di Kelurahan Kandang Panjang. Wali Kota Pekalongan H A Afzan Arslan Djunaid, Lurah Kandang Panjang Fauzan, dan Tim Leader AF Kemitraan, Ani Kiki secara simbolis menebar benih ikan nila di kolam seluas 300 meter persegi.

H. A Afzan Arslan Djunaid atau Mas Aaf mengatakan tebar benih ikan nila tersebut merupakan salah satu upaya terhadap adanya perubahan iklim yang berdampak di Kota Pekalongan dengan memanfaatkan lahan lahan yang tidak produktif. “ Tadinya banyak alang-alang dan kita manfaatkan untuk budi daya Nila, mudah mudahan 2 sampai 3 bulan panen, mudah mudahan dilancarkan,” kata Aaf.

Sementara itu, menurut Lurah Kandang Panjang, Fauzan menuturkan penebaran benih ikan nila tersebut merupakan yang kedua. Sebelumnya sudah dilakukan pada tanggal 26 April 2024 . “ Untuk bibit yang pertama bantuan Dari DKP sekitar 3000 ekor benih ikan tetapi itu besarnya sekitar 2-3 cm, nah untuk penebaran kali ini dari DKP 800 ekor dari Pokja Perubahan Iklim bantuan dari kemitraan Adaptation Fund sekitar 600 ekor tapi ini besarnya 5-6 cm, Insya Allah nanti panenya bareng pada tangal 26 Juli 2024,” tuturnya.

Tim Leader AF Kemitraan Andi Kiki menambahkan tabur benih ikan tersebut merupakan upaya penanganan dalam menghadapi perubahan iklim di Kota Pekalongan. “ Kami Ada 8 lokasi titik kerja di 8 Kelurahan di Kota Pekalongan ini, kami sesuikan dengan kondisi yang ada, seperti di Kandang Panjang ini Budidaya Ikan Nila, Kelurahan Krapyak Urban Farming, kelurahan Bandengan Budidaya Ikan. Selain itu kami juga membangun infrasturktur yaitu 95 persen MCK di 23 titik di 8 kelurahan lokasi kerja Kami,” tuturnya.

Tim Dokumentasi Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kota Pekalongan