KIBAS

Kelurahan Kandang Panjang secara geografis terletak di pesisir utara Jawa terdiri dari 13 RW dan 66 RT dengan profesi penduduk antara lain; buruh, wiraswasta, pedagang, karyawan (ASN, TNI/Polri/Swasta), tukang, dan nelayan.

Topografi yang relatif datar (ketinggian 0-1 mdpl), dekat dengan pantai menyebabkan salah satu kerentanan di Kelurahan Kandang Panjang adalah ancaman bencana banjir rob, yakni bencana yang terjadi akibat naiknya permukaan air laut dan menyebabkan masuknya air ke dataran serta menimbulkan genangan air yang hampir terjadi di seluruh wilayah Kelurahan.

Beberapa permasalahan yang dihadapi warga akibat dari bencana banjir rob, antara lain drainase yang tidak memadai menyebabkan air hujan tidak dapat keluar menuju muara sungai dan laut, sehingga menjadikan air menggenangi pemukiman, perubahan iklim yang terjadi dapat memengaruhi tinggi muka air laut dan curah hujan, dan kondisi tanggul tidak mampu menahan air laut limpas ke daerah pemukiman, terutama saat terjadi rob yang cukup tinggi.

Terkait hal tersebut, KEMITRAAN – Partnership for Governance Reform bekerjasama dengan Pemerintah Kota Pekalongan, melalui dukungan Adaptation Fund (AF) melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan dampak perubahan iklim. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: 

  • Memfasilitasi pembentukan Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) kelurahan. Kelompok ini memiliki tujuan untuk mengajak warga peruli terkait lingkungannya dan juga mengadvokasi isu perubahan iklim dalam rencana pembangunan di kelurahannya melalui usulan-usulan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan (Musrenbangkel) yang diselenggarakan oleh pemerintah.
  • Penanaman mangrove bersama kelompok warga yang ada di Kelurahan di kawasan Pusat Informasi Mangrove (PIM) dan sekitarnya. Sebanyak 11.800 pohon mangrove jenis jenis brayo/api-api/avicennia marina ditanam di sepanjang pesisir seluas 5.264 m2, melibatkan Pokja PI, Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK), Asosiasi Pemuda Salam Manis Raya (APSARA), Kelompok Tani Kapa Asri, Kolaborasi Bareng Pemuda Kota Pekalongan (Kobar), serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD Kota Pekalongan. 

Kegiatan penanaman mangrove dipimpin langsung oleh Walikota Pekalongan sebagai bagian dari upaya bersama melindungi pesisir dari abrasi, penguatan sedimentasi pantai, pengembangan ekosistem serta pengembangan lokasi wisata edukasi mangrove yang dalam beberapa tahun terakhir rusak akibat gelombang pasang serta angin.

  • Masuknya air laut ke wilayah pemukiman juga menyisakan persoalan sanitasi warga, oleh karenanya dalam waktu dekat program berencana membangun fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) komunal untuk meminimalisasi praktik buang air besar di saluran drainase. Pembangunan MCK di RT 8 RW 5 diharapkan dapat menjadikan alternatif bagi masyarakat, serta dapat berperilaku hidup bersih dan sehat.
  • Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai utara menyebabkan gelombang ombak langsung menghantam pesisir pantai, dan merusak sebagian tanaman mangrove yang ada. Untuk itu, program berencana membangun brake water (Pemecah gelombang ombak) di pesisir pantai dan diharapkan juga akan menciptakan sedimentasi di sekitar pemecah gelombang.
  • Keberadaan Pusat Informasi Mangrove (PIM) sebagai salah satu destinasi wisata juga akan lebih dikembangkan melalui program ini. Saat ini Sebagian wilayah PIM sudah tenggelam dan sebagian besar tanaman mangrove telah mati menyisakan sebagian kecil. Melalui rencana penanaman mangrove diiringi dengan pengembangan ekowisata, harapannya kawasan ini akan kembali dikunjungi oleh wisatawan dan dapat meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
  • Intervensi lain yang dilakukan oleh KEMITRAAN adalah pengembangan silvofishery (wanamina) yang rencananya akan dibangun pada dua titik; area sekitar PIM dan gang widoro yang masih terdapat tanaman mangrove.
jiwa jumlah penduduk (2021)
0
kepala keluarga (2021)
0
penerima manfaat (2023)
0
penduduk perempuan
0%
perempuan penerima manfaat
0%