Sebagian wilayah Kelurahan Panjang Wetan berbatasan langsung dengan pantai utara jawa, dengan ketinggian sekitar 1 mdpl, dan luas wilayah sekitar 141 Ha. Sebagian wilayahnya adalah Permukiman (131 Ha) dan kawasan pantai (10 Ha). Pekerjaan masyarakatnya beragam, mulai dari karyawan (ASN, TNI/Polri/Swasta), wiraswasta/pedagang, nelayan, tukang, hingga buruh (Monografi, tahun 2022)
Kelurahan Panjang Wetan dahulu dikenal sebagai pusat ekonomi di Kota Pekalongan. Hal ini tunjukkan dengan adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), serta berbagai macam industri pengolahan hasil perikanan tangkap, galangan kapal, dan industri lainnya. Keberadaan obyek wisata Pasir Kencana dan Wisata Bahari PPNP mempertegas predikat tersebut.
Namun seiring dengan dampak perubahan iklim global, pada tahun 2014 kondisi bibir pantai perlahan mulai hilang, ditambah topografi dengan tingkat kemiringan lereng mendekati 0o membuat daerah ini memiliki ancaman banjir tinggi, serta wilayahnya yang menjadi muara Sungai Lodji menjadikan kondisi kelurahan terimbas banjir saat hujan dan mendapatkan dampak dari tercemarnya air sungai oleh limbah batik.
Lokasi terdekat dengan sungai adalah Kampung Bugisan. Sejak tahun 2015 hingga sekarang, hampir setiap hari kampung tersebut terendam air rob. Ketinggian air berkisar antara 30 – 60 cm dan berdampak pada kerusakan berbagai infrastruktur fasilitas publik. Banyak rumah warga yang tergenang dan sebagian telah ditinggalkan oleh pemiliknya.
Jebolnya tanggul serta tingkat sedimentasi di sungai Lodji telah menambah parah dampak naiknya muka air laut, sehingga air rob mudah masuk ke wilayah pemukiman. Kondisi ini berdampak pada terancamnya perekonomian warga, matinya beberapa industri kecil – menengah (industri pengasinan/pengolahan ikan) akibat dari sulitnya kebutuhan air bersih, tergenangnya lahan industri yang menghambat proses produksi. Nelayan susah untuk mecari tangkapan ikan di laut karena area tangkapan menyempit, terumbu karang rusak, dan tingginya biaya operasional nelayan untuk melaut.
Dari sekian banyak potensi ekonomi yang terhambat akibat dari banjir rob, tersisa beberapa sumber pendapatan yang dapat menunjang kesejahteraan masyarakat, yaitu perikanan tangkap (pabrik pengolahan hasil perikanan tangkap), galangan kapal, perbaikan jaring, perusahaan rokok, serta tempat Pariwisata Pasir Kencana. Tidak menutup kemungkinan sumber ekonomi tersebut menunggu giliran untuk gulung tikar seiring dengan kian meningkatnya permukaan banjir dan rob.
Sejak tahun 2021, KEMITRAAN melakukan beberapa intervensi program di Kelurahan. Satu hal yang paling awal dilakukan adalah memberikan pemahaman kepada anak muda perihal kondisi wilayahnya yang sedang tidak baik-baik saja. Program mengajak anak muda dan tokoh masyarakat menonton film yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim yang terjadi di Indonesia di kantor kelurahan, merupakan pembuka jalan untuk bertemu masyarakat
Setelah menonton, ibu-ibu PKK sepakat melakukan aksi nyata dengan melakukan kegiatan penanaman Tanaman Obat Keluarga serta kerja bakti di lingkungan kelurahan. Tanaman obat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan obat-obatan alami.
Sebagai wilayah yang berada di muara sungai, sampah plastik menjadi masalah lain di Kelurahan Panjang Wetan. Program melakukan pendampingan terhadap kelompok Bank Sampah Mutiara 1 yang diketuai Bapak Mustaqim. Bank Sampah beranggotakan 12 orang (4 laki-laki dan 8 perempuan). Selain itu adanya keterlibatan salah satu anggota Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) sebagai pengurus sekaligus penggerak, mendorong masyarakat agar peduli dengan lingkungan sekitar. Bank sampah yang didirikan oleh swadaya masyarakat pada bulan Agustus tahun 2022 mendapat dukungan dari Kelurahan, Pemerintah Kota (Dinas Lingkungan Hidup) serta Mahasiswa KKN dari Universitas Pekalongan. Hingga saat ini, Bank sampah masih berjalan aktif dan beranggotakan 22 Kepala Keluarga.
Setiap nasabah akan mendapatkan insentif berbeda sesuai dengan jenis sampah yang disetorkan. Misalnya untuk sampah kardus, nasabah mendapat Rp. 2.600 per Kg, kaleng Rp. 1.700 per Kg. Seluruh nasabah aktif menyetorkan sampahnya setiap hari minggu. Setelah total berat sampah mencapai 50 Kg, Bank Sampah Induk (Dinas Lingkungan Hidup) akan menjemput dan mengangkut dari lokasi Mutiara 1 yang memiliki luas lahan selebar 15 m2.
Selain pengelolaan sampah, pendampingan juga dilakukan pada kelompok pengelola Mandi Cuci Kakus (MCK) Komunal yang ada di RW 01 dan RW 06. Pendampingan dilakukan dengan melatih pencatatan administrasi, serta melatih transparansi pelaporan ke masyarakat dan RT/RW setempat agar pengelolaan lebih bertanggungjawab dan akuntabel.
Saat ini, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan adaptasi perubahan iklim di kelurahan menjadi salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Kelurahan, pasca terbentuknya Kelompok Kerja Perubahan Iklim (Pokja PI) kelurahan. Terbaru, kelompok ini sedang memperjuangkan apa yang telah masyarakat usulkan terkait program pembangunan kelurahan di tingkat kecamatan dan kota.